bab empat

55 43 31
                                    

🔯curhatnya Tiara.




🌸🌸🌸



Mocha turun dari sepedanya saat sudah sampai di parkiran sekolahan. Merapikan rambutnya yang kusut, karena tadi Mocha sempat ngebut saking takutnya terlambat. Tapi karena melihat pak Jono —satpam sekolahnya belum berjaga-jaga di depan gerbang, itu tandanya jam belum berada di angka tujuh tiga puluh, perasaan putri tunggal Nika itu jadi lega.



"Hai, Moc!" Mocha menoleh dan mendapati Tiara tengah berada tak jauh darinya, kelihatannya baru sampai juga. Mocha tersenyum dan melambaikan tangannya,


"Ra! Sini!" Mocha berteriak memanggil. Tiara memberengut, namun dia berjalan mendekati Mocha juga.


Mocha mengusap rambutnya sekali lagi dan bercermin di layar ponselnya. Merasa sudah rapi, dia menoleh kearah Tiara yang terlihat bedmood.


"Kenapa sih Ra? Bete banget kayaknya?" tanya Mocha sambil menarik tangan Tiara dan mengisaratkan untuk jalan ke kelas. Tiara menurut.

"Gue bete. Soalnya sepupu gue—"



"Yang mana? Kembar tiga atau yang lain?" potong Mocha nggak sabaran. Tiara mendengus kesal.


"Dita. Masa, pagi-pagi gue pas lagi turun di tangga, tangganya sama tu anak di kasih sabun cuci piring, dan sialnya gue gak liat sabun itu, jadinya gue kepleset terus nyungsep di lantai bawah sampek jidat gue benjol nih!" Tiara menyingkap poni yang menutupi jidat sisi bagian kanannya. Nampak benjolan yang kemerahan disana.

Mocha melebarkan matanya lalu menutup bibir dengan punggung tangannya— tertawa. Perutnya melilit karena ia menahan tawa saking lamanya.

Tiara lagi-lagi mendengus melihat reaksi Mocha. Dia menutupi jidatnya lagi, lalu menyilangkan tangan di depan dada.
"Lo itu ngehina ya?hah! Makin Bete deh gue!"

"Ehhhhh? Jangan marah dong-" Mocha menahan tangan Tiara yang akan beranjak pergi, "abis lucu sih, masa kamu jalan gak liat-liat gitu. Udah tau kembar tiga bandelnya kayak gimana,"

"Kan gue masih agak ngantuk Moc. Pokoknya, besok mau bilang ke nyokap, mau protes minta usirin tiga anak itu. Udah numpang, jail lagi! Minta ditendang emang." ujar Tiara berapi-api. Sementara Mocha hanya mengangguk-angguk saja dan menahan tawanya di dalam hati.

Di ruang keluarga, di rumah Tiara, Dita yang sedang mencoreti buku gambar Tiara bersin tiga kali.

"Pasti kak Tiala ngomong jeyek-jeyek soal aku!" gumam Dita menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelah itu, ia kembali sibuk mencoret-coret lagi.

Kembali di tempat Mocha dan Tiara, mereka sudah dekat dengan pintu kelas.

"Yaudah si... Masuk kelas aja yuk?" ajak Mocha mengalihkan perhatian Tiara. Gadis itu setuju dan mereka pun berjalan bersisian kearah kelas XII-IPA3 dalam diam.

🌼

"Besok ada TRYOUT  di SMU Hirajaya3. Ada yang mau ikut? Bisa buat latihan juga sebelum Ujian Nasional? Mochacino Cassandra, kamu ikutan ya?" Bu Kusuma berpaling kearah Mocha, menatapnya meminta jawaban. Mocha sendiri sebenarnya malas sekali ke sekolah yang terkenal dengan anak-anak nakalnya itu. Tapi, jika bu Kusuma sudah mentapnya memohon begitu, siapa juga yang bisa tahan?

"Ba-baik bu. Saya sama Tiara bakalan ikut." jawab Mocha yang sedetik kemudian sebuah jitakan mendarat mulus di jidatnya. Mocha meringis kesakitan.

Dreaming [R]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang