Hujan 5

18 5 0
                                    


😊

Bel pulang sudah berbunyi dua menit yang lalu, tapi siswa dari kelas X IA 2 masih sibuk dengan selembar kertas di meja masing-masing.

"Waktunya tinggal 5 menit lagi ya, anak-anak."

Iya. Sekarang mereka sedang ulangan. Ulangan matematika mendadak lebih tepatnya dan tentu saja tidak ada persiapan sama sekali. Uji kemampuan diri, begitu kata bu Rena tadi.

"Mampus, gue lemah kalo soal logaritma. Mana masih banyak yang kosong lagi. Gimana nih?" Racau Nada yang sibuk mencoret-coret kertas pencarinya. Tiva yang berada di sampingnya hanya bisa menoleh dan kembali berkutat dengan soal di depannya. Untung saja Tiva suka mengulang pelajaran pada waktu malam hari, jadi setidaknya dia bisa mengerjakan soal-soal ini.

"Kerjain sebisa kalian saja, ini cuma untuk latihan uji coba kemampuan. Gak masuk nilai rapor. Jadi nanti materi yang paling sedikit terjawab akan ibu bahas lagi di pertemuan selanjutnya."

"waktunya sudah habis, cepat kumpulkan ke depan." sambung bu Rena.

"Tiva, lo ke isi semua gak?" Tanya Nada kemudian setelah mengumpulkan lembaran jawabannya ke depan.

Tiva pun mengangguk. "Tapi gak yakin bakalan betul semua, soalnya gue lupa-lupa inget rumusnya." Tiva pun merapikan mejanya dan bersiap untuk pulang.

"Mending, daripada gue. Masih ada yang kosong, hahaha." ujar Nada dengan cengiran kecil. "Oiya, pulang bareng yuk..." "sampe gerbang depan sekolah, kan?" Tanya Nada dan langsung di iyakan Tiva dengan anggukan kecil.

~~~~

"Gue duluan ya Tiv, bawa sepedanya jangan kenceng-kenceng oke." ucap Nada saat telah sampai di depan gerbang. Tiva mengacungkan jempolnya dan setelah itu Nada langsung naik mobil Jazz warna putih. Mungkin itu kakaknya.

Melihat Nada yang sudah pergi, Tiva pun mulai mengayuh sepedanya dan teringat kejadian tadi pagi. Saat dia di Rooftop.

"Belum kenalan kan? Nama lo siapa?"

Melihat Tiva yang masih diam, membuat Gilang menghulurkan tangannya lebih dekat ke arah Tiva.

"Nama lo siapa?" Tanya Gilang lagi.

"Tiva" jawab Tiva.

"Kenalin, gue Gilang Ardan. Panggil Gilang aja." ucap Gilang sambil meraih tangan Tiva untuk berjabat tangan dengannya. "Nama lengkap lo apa?"

"Hm, Rativa Adinda." Tiva melepaskan jabatan tangan mereka dan Gilang langsung berdehem untuk menghilangkan rasa canggungnya.

"Lo suka hujan juga?" Gilang kembali ke posisi semula dan menatap pemandangan di sekitar sekolah yang tampak ramai karena siswa siswi yang berlalu lalang.

Tiva mengangguk. "Suka..." "tapi gue suka menikmati hujan pakai payung, gak basah-basahan." sambung Tiva dengan sedikit tekanan di kata basah-basahan. Berniat menyindir Gilang.

"Lo ngeledekin gue? Gue juga suka hujan. Caranya ya, basah-basahan. Tapikan gue kuat, gak bakalan sakit kalo cuma kena hujan." ujar Gilang membela dirinya.

"Gue gak ledekin lo, cuma ngomong aja. Ya bagus, kalau lo kuat. Jadi gak ngerepotin orang sekitar lo." Tiva membalas dengan suara datar.

Bel sudah bunyi, Tiva beranjak dari kursi dan pamitan dengan gilang. "Udah masuk, gue duluan."

Ternyata, gak cuma dia yang suka hujan. Ada orang lain yang suka hujan, tapi cara menikmati hujannya yang beda. Tiva memandang langit. Hari ini cerah, kemungkinan besar tidak akan hujan. Tiva memutuskan untuk singgah sebentar di taman komplek rumahnya. Kebetulan hari ini tiva membawa kameranya, jadi dia akan mengambil beberapa foto untuk koleksi.

Love And RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang