Hujan 8

13 1 0
                                    

😊

Karena gue mulai merasa nyaman berada di dekat lo, Tiv.

Sejak pulang sekolah tadi Tiva tidak bisa berpikir dengan benar, Tiva seperti kehilangan fokus. Tidak tau kenapa, tapi sejak sampai di rumah Tiva yang biasanya melakukan ini itu hanya langsung ke kamar dan melewatkan makan malam. Tadi bunda sudah memanggilnya untuk makan malam, tapi Tiva pura-pura tidur dan sampai sekarang belum ada makanan yang singgah ke perutnya kecuali makanan tadi siang di sekolah.

Tiva tidak tau kenapa dia bisa hilang fokus hanya karena perkataan Gilang di depan gerbang tadi sore. Saat Gilang berkata seperti itu Tiva langsung melepaskan tangan Gilang dari pundaknya dan melangkah pergi dengan sejuta pertanyaan dalam benaknya. Bahkan Tiva melupakan janji untuk bertemu dengan sahabatnya sendiri, untung saja Rani belum datang ke cafe yang ditentukan tadi. Kalau tidak, pasti Rani akan menunggu lama. Kebetulan juga sahabatnya itu ada urusan mendadak di sekolahnya. Syukurlah.

Tiva tidak pernah mengalami ini sebelumnya, tapi kenapa di saat kebingungannya sekarang Tiva merasakan ada sesuatu dalam dirinya yang bergejolak saat semua itu terjadi?

~~~~

Gilang tidak habis pikir dengan semua yang di ucapkannya pada Tiva sore tadi. Bagaimana bisa dia berfikir untuk mengatakan hal yang menurutnya aneh itu? Apa yang akan di fikirkan Tiva terhadapnya nanti? Bodoh. Ucap Gilang pada dirinya sendiri.

Drrrt drrt

Gilang meraih benda kotak yang bercahaya itu dan melihat nama Denis tertera di layar depannya. Setelah cukup lama barulah Gilang mengangkat panggilan dari sahabatnya itu.

"Heh, lo kebiasaan banget ya. Ngangkat telpon aja lama banget durasinya." Ucap Denis saat Gilang mengangkat panggilannya.

"Santai bro, lo kayak gak tau gue aja." Balas Gilang dengan cengiran kecil.

"Ga usah nyengir lo, gue tau pasti lo lagi nyengir sekarang." Ucap Denis lagi.

"Tau aja lo, haha," "oke, udah. Jadi ada perlu apa lo nelpon gue?" Tanya Gilang dengan nada normal lagi.

"Gak ada yang penting sih, gue cuma mau ngajakin lo nongkrong. Katanya ntar malem ada balapan, lo ikut gak?"

"Balapan sama Renu?" Gilang mulai tertarik dengan tawaran Denis, sudah lama dia tidak balapan.

"Ya iyalah, sama siapa lagi emang. Lo dateng gak? Ada Bintang juga nih."

"Boleh deh, tunggu gue ya. Mau siap-siap dulu."

"Sip." Gilang segera beranjak dan menyambar jaket kulit abu-abunya dan kunci motor ninja hitam kesayangannya.

~~~~

"Waah, dateng juga lo. Gue kirain lo udah gak mau ikut ginian lagi, you know. Gue kirain lo pengecut. Haha." Renu menatap Gilang dengan pandangan meremehkan seperti biasa. Renu selalu membanggakan kemenangannya yang sebenernya hanya selisih sedikit dengan Gilang. Pernah satu kali, Gilang hampir saja menang tapi ternyata Renu melakukan kecurangan dengan menyenggol motor Gilang dan jadilah Gilang hilang keseimbangan dan mau tak mau Gilang menghentikan motornya di dekat jalur finish.

Tapi untungnya Gilang tak terlalu serius dengan itu semua, ayolah, Gilang hanya mengganggap balapan ini sebagai pelarian. Wadah untuk menampung semua kebosanan Gilang dengan urusan keluarganya.

"Inget Lang, lo bawa motornya jangan ngebut-ngebut. Santai aja, oke." Pesan Denis pada sahabatnya itu.

"Iya Lang, bener tuh kata Denis. Gak usah buru-buru, gak penting juga kan lo menang atau kalah ntar. Yang penting kan lo have fun." Sambung Bintang dengan cengiran khasnya.

"Iya, iya. Udah, lo berdua sono. Mau mulai nih." Ucap Gilang dan langsung memakai helm-nya, menatap ke arah Renu yang sudah siap-siap dengan motor ninja merahnya.

1... 2... 3... GO!!!

Bruumm

Gilang langsung memacu motor ninja hitamnya dengan gesit dan hati-hati. Gilang bisa melihat Renu yang sudah lumayan jauh di depannya, melaju dengan kekuatan penuh, seakan ini adalah kejuaran nasional dan dia sedang mempertaruhkan nama baiknya. Lebih tepatnya, sedang mempertaruhkan reputasinya di depan anak-anak yang menonton balapan ini tentunya. Renu tentu saja tidak akan membiarkan harga dirinya jatuh semudah itu, kalau bisa dia akan melakukan apapun untuk mempertahankan harga dirinya, walau harus sampai mengorbankan orang lain sekalipun. Dia tidak peduli.

Gilang hanya santai melihat itu, memangnya apa yang di harapkannya? Dia mengikuti balapan ini hanya untuk menjernihkan pikirannya yang mulai aneh akhir-akhir ini. Apalagi kalau bukan masalah Tiva? Gadis itu telah berhasil membuat Gilang uring-uringan tidak jelas dan juga semangat secara bersamaan.

Contohnya saja, Di sekolah Gilang sibuk mencari cara agar Tiva mau berbicara dengannya dan di rumah? Gilang juga sibuk dengan persiapan untuk esok hari, membuatnya semangat untuk pergi sekolah terutama rooftop. Dengan begitu, secara tak sengaja Gilang menjadikan rooftop sebagai tempat special-nya.

Gilang yang masih sibuk dengan pemikirannya sendiri tak sadar bahwa ada yang tidak beres dengan motor lawannya itu, terlihat dari motor yang mulai kehilangan kendali dan bergerak tidak lurus.

Tiin tiiiinn

Tak lama Gilang tersadar dan melihat ke depan, ke arah Renu yang tampak panik mengendalikan motornya. Mau tak mau Gilang memacu motornya sehingga meninggalkan sedikit jarak dengan motor Renu.

"Ren, motor lo kenapa?" Tanya Gilang dengan wajah datar.

"Gue juga gak tau, tiba-tiba aja rem nya blong. Gue juga gabisa ngurangin kecepatannya." Balas Renu dengan sedikit teriak berharap Gilang mendengarnya.

"Oke oke, lo tenang dulu. Jangan panik, pedal gas nya gak usah lo apa-apain lagi. Di depan masih jalan lurus, jadi coba lo turunin kaki lo buat jadi rem. Tapi jangan langsung turunin, bisa patah kaki lo. Turunin pelan-pelan." Arah Gilang yang masih berada di belakang Renu.

Renu pun mengikuti saran Gilang, menurunkan kakinya dengan pelan-pelan. Membuat kakinya beradu dengan aspal. Dan Renu bisa merasakan kecepatan motornya mulai berkurang dan tak lama motornya benar-benar berhenti.

Gilang yang melihat itu ikut menghentikan motornya dan melihat Renu yang menarik nafas lega.

"Kenapa lo berhenti? Dikit lagi finish, lo bisa menang kan?" Ucap Renu masih dengan nada yang sedikit angkuh.

"Kalaupun gue menang, gak ada gunanya. Lagian gue gak ngincer juara atau apalah itu, cuma buat seru-seru an aja." Balas Gilang tenang.

"Ya udah, gue duluan. Mau pulang aja, udah kelar kan battle nya? Lo kalo mau hadiahnya ambil aja. Gue gak minat." Gilang memacu motornya menuju teman-temannya.

"Itu tadi kenapa sih, Lang?" Seloroh Bintang saat melihat Gilang datang memarkir motornya di tengah-tengah kedua motor sahabatnya.

"Itu tadi motor si Renu, rem blong. Untung gue liat, jadi ya gue bantu ngarahin. Kalo enggak udah kelar tu anak." Balas Gilang datar.

"Ooh." Bintang melanjutkan kegiatan ngemil nya tanpa peduli dengan sekitar. Kebiasaan Bintang, ngemil dimanapun dan kapanpun.

"Eh, udah jam 11 nih. Pulang yuk!" Usul Denis yang di angguki kedua temannya itu.

"Gue cabut duluan ya, lo berdua hati-hati." Pamit Gilang dan segera meninggalkan area itu.

~~~~

Selesai memarkirkan motornya, Gilang dapat melihat rumah yang tampak sepi. Untungnya pintu depan belum terkunci, kalau tidak terpaksa Gilang memanjat untuk bisa sampai ke kamarnya di lantai dua.

Setelah masuk ke kamarnya dengan selamat, Gilang langsung merebahkan tubuh ke atas kasur dan menerawang ke atap-atap kamarnya.

Seakan sadar, Gilang langsung bangkit dan mengganti bajunya, tak lupa cuci muka. Setelah itu Gilang kembali merebahkan tubuhnya dengan semangat dan mengucapkan kata-kata yang dia semogakan untuk esok hari.

Besok, bertemu dengan Tiva, mengajaknya ke rooftop dan menghabiskan waktu dengan berbicara banyak hal dengannya.

Semoga.

Love And RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang