aProlog

95 1 0
                                    

Starla De'sandra

Pria itu menatapku dengan tatapan anehnya, aku menghela napas dan mulai menyunggingkan senyum untuk mengurangi rasa curiga dari dirinya. Sedari tadi dia diam membeku, aku bingung harus mengekspresikan bagaimana. Ini salahku dan aku tahu konsekuensinya.

"Lo... selingkuh?" Ok, ini gila! Dia dengan santainya menanyakan pertanyaan yang pasti sudah terjawab di depannya. Sedangkan tubuhku lemas dan aku ketakutan setengah mati.

"Tidakk!!..." Jawaban itu terlontar saja dari mulutku tanpa bisa ku cegah. Sudut bibir kanannya tertarik, seakan ingin menunjukan senyum miringnya. Tidak! Ini bahaya.

Napasku menjadi tersenggal, ku tengok Stefan yang sedang waspada dengan muka tegangnya. Ku alihkan kembali wajahku pada pria dingin di depanku dengan jantungku yang masih memompa dengan cepat. Tanganku berkeringat dingin saat aku menyatukannya.

Dia tidak jadi menyunggingkan senyum smirknya, aku menghela napas lega. Namun tak sepenuhnya lega, bagaimana tidak?! Aku dan Stefan sedang di kelilingi 5 orang preman dengan badan besar mereka. Stefan ingin menggenggam tanganku sementara aku mencoba melepaskannya. Bahaya jika dia sampai jadi, itu akan menimbulkan kemurkaan pada pria di depanku yang menatap tajam kami.

"Starla... ikuti perintahku!" Kali ini giliran Stefan yang memerintahku. Suaranya terdengar seperti bergumam dan beruntung aku masih mempunyai indra pendengaran yang peka sehingga dapat mendengar kata-katanya.

"Ambil kunci di balik celanaku" Aku tak bisa melihatnya karena ia membelakangi tubuhku dan dengan kekuatan indra perabaku, rasa malu tak ku hiraukan yang penting aku bisa mendapatkan benda yang ku cari. Aku menemukannya di dalam saku sebelah kanan.

"Bawa kunci itu dan.... Lari Starla!!!" Stefan memukul salah satu preman suruhan pria itu, seakan memberiku jalan dan aku tak mensia-siakan kesempatan itu. Aku berlari dengan cepat menghindari 2 preman yang mengejarku. Sementara Stefan di pukuli habis-habisan. Aku menangis namun masih berlari dengan cepat, aku pernah menang lomba lari dulu dan aku beruntung lagi dapat berlari dengan cepat menuju mobil warna hitam milik Stefan yang berada di persimpangan jalan.

Ku buka pintu mobil dan dengan kecepatan penuh aku meninggalkan 2 preman yang terduduk dengan napas tersenggal-senggal. Ku hela napas lega, setelah memasuki kawasan kota dan menengok kanan kiri apakah ada polisi?

Wajar saja aku waspada, umurku hampir mencapai 16 tahun dan aku masih memakai baju seragam SMP. Aku tidak punya SIM dan ini juga bukan mobilku.

Getaran di saku seragam ku membuatku menepi di sisi jalan. Ku buka layar kunci dan menemukan message dari pria kejam itu. Terlihat foto Stefan dengan muka babak belurnya, aku kembali menangis dan mengirimkan kata 'KITA PUTUS!!' padanya.

Aku membencinya dan aku muak menyebutnya sebagai pacarku. Yah! Aku berselingkuh dengan Stefan karena tak tahan dengan sifat dinginnya dan aku ingin berpacaraan dengan normal layaknya pasangan lainnya. Aku tak menemukan keinginanku pada pacarku- ralat mantan pacar, melainkan keinginanku ada pada Stefan.

Hp ku bergetar lagi dan aku menemukan kata yang membuatku ketakutan lagi, segera ku lajukan kembali mobil milik Stefan dengan tangan bergetar dan meminta seseorang yang dapat membantuku kabur dari kota ini.

"Kalau nanti kau tertangkap padaku, Ku pastikan kau tidak akan lepas! Jadi larilah sekencangmu sayang;) :* "

The Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang