''Ahhh.. ngantuk'' Kirrya langsung tertidur pulas di atas kasur berwarna biru muda dengan gambar teddy bear.
Di ruang yang lain, mama Kirrya juga baru menyelesaikan pekerjaannya membuat kue ulangtahun untuk 2 orang, putrinya dan putri adiknya yaitu Villary.
''Akhirnya selesai juga, tinggal diberikan sentuhan terakhir. Dan didinginkan supaya tidak mencair'' Claurie, mamanya Kirrya langsung memberikan polesan terakhir di kedua kue yang dia buat, dan tak lama dari itu langsung disimpannya agak tidak mencair. Saat dilihatnya jam di dinding menunjukkan pukul 2 pagi, Claurie bergegas membereskan dapur. Dan pergi ke kamar Kirrya untuk melihat apa putrinya itu masih merajut atau sudah tidur.
''Sebaiknya aku ke kamar Kirrya'' Claurie menaiki tangga yang mengarah ke kamar Kirrya. Pintu kamar Kirrya sedikit terbuka, Claurie pun mengintip kamar putrinya itu dan tak mau mengganggu.
''Sedikit lagiii'' ujar Kirrya sambil menepuk kedua pipinya dengan tangannya agar tetap terjaga. Claurie kagum dengan ke gigihan putrinya itu.
''Dia akan tidur setelah menyelesaikan rajutan, lebih baik aku tidur duluan'' kata Claurie tersenyum sambil turun dari tangga menuju kamarnya sendiri
''Akhirnyaaaa'' Kirrya langsung berbaring ke tempat tidurnya setelah menyelesaikan rajutan yang hari ini akan jadi hadiah ulang tahun untuk Villary. Dia menyelesaikannya tepat saat sang fajar menunjukkan rupanya di sebelah timur Villenburg. Kirrya pun terlelap.
Saat matahari tepat berada diatas, Villary bersiap-siap mandi, dan memakai mantel hitamnya dengan sepatu bot coklat tua dan baju kemeja ditemani dengan rok hitam selutut. Villary mengepang sedikit rambut yang ada di pinggir kiri dan kanannya yang kemudian diikatnya dengan pita merah.
''Ok.. semuanya siap'' Villary menatap dirinya dicermin setelah berkali-kali mengganti gaya rambutnya. Rambut coklat merahnya itu jatuh dengan indah. Setelah memeriksa tampilannya, kini Villary mengambil syal di lemarinya yang berwarna cream.
''Untuk hari ini, aku pakai syal apa ya....'' pikirnya sambil melihat persediaan syal yang ia punya. Merah, biru muda, coklat, pink, hijau, dan ungu muda.
''Ummm.. ahh.. warna biru muda ini saja'' Villary mengambil syal biru dari lemari dan melilitnya di lehernya.
''Ok, semua siap'' Villary menghampiri ibunya yang sedang berjualan di toko
''Ibu, Vil pergi ke tempat Kirrya yaa'' ucap Villary sambil beranjak dari rumah
''Tunggu, bawa ini yaa''perkataan ibunya membuat Villary berhenti
''Oh iyaa.. Vil lupa, makasih bu, Vil pamit yaaa.. Vil sayang ibuu..'' ucap Villary berlari ke rumah Kirrya dengan membawa keranjang berisi aneka roti yang sudah di bungkus oleh ibunya.
Ketika Vil berlari terlihat orang dengan jubah yang menutupi kepalanya, namun sorot mata birunya memperhatikan Villary dengan tajam.
''Matanya sama seperti warna mataku.. perasaan apa ini..'' Saat Villary menatap sekilas orang misterius itu, ada perasaan tak enak di dalam hatinya.
''Shh.. sudahlah, yang penting aku harus ke tempat Kirrya, mungkin dia akan menceramahi ku karena aku telat latihan'' Villary melanjutkan larinya. Tanpa diperhatikan oleh Villary, sang misterius pun menghilang layak julukannya.
Tak lama dari itu, Villary sudah berada tepat di depan rumah Kirrya
''Permisi.. Kirryaa... Tante Claurieee'' Villary mengetuk pintu rumah berkali-kali. Terdengar langkah kaki yang mendekat ke arah pintu, dan knop pintupun berputar.
''Ya?''pintu terbuka dan terdengar suara wanita dewasa dari balik pintu yang kemudian menunjukkan wajahnya, orang itu tak lain adalah mamanya Kirrya, atau tante Claurie yang disebut oleh Villary.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Adventure of Medeia
FantasíaMenurut sebagian orang, menjadi penyihir itu suatu penghormatan yang amat besar, kebahagiaan yang tak dapat dinilai, dan kehidupan yang indah. namun... semua itu hanya kabar burung belaka. kehidupan para penyihir tak seindah yang dibayangkan. kebaka...