2 Tangis di Hari yang Sama

69 4 11
                                    

Malam ini, merupakan malam yang penuh dengan kerlap kerlip bintang diiringi dengan tumpahnya cahaya bulan. Villenburg sedang bahagia atas kelahiran seorang makhluk bertubuh mungil dengan jenis kelamin perempuan dari keluarga penyihir. Tangisan kecil dari penyihir cilik itu membuat bahagia seisi Villenburg.

''ayoo... penyihir baru telah lahirrr.. cepattt cepattttttt!!''
Semua orang bahagia dan mencoba menggendong penyihir cilik tak bernama itu.

''ibu, apa setiap penyihir yang lahir diperlakukan seperti itu?'' Tanya seorang anak yang memegang erat tangan ibunya.

''tidak, hanya penyihir dengan darah murni saja yang diperlakukan khusus, karena penyihir dengan darah khusus sangat sedikit nak'' jawab sang ibu sambil mengelus kepala anaknya.

''aahh.. lihat dia tertawaa''

''sudah, waktunya kembali kerumah kalian masing masing, hari semakin pekat, tak baik berada diluar terlalu larut.'' Ucap para petinggi di desa Villenburg. Semua orangpun kembali kerumah mereka masing masing.

''selamat kak, atas kelahiran putri kecilmu'' ucap Zoe kepada kakak kandungnya itu.
'' iya, makasih Zoe, kuharap kau juga segera mendapat seorang putra ataupun putri'' ucap Claurie kepada adiknya.

''iya kak, ku harap kami akan segera memperoleh seorang putri yang cantik seperti putrimu'' ucapnya sambil memegang tangan suaminya.

''oh ya, siapa nama putri cantik ini?''

''namanya Kirrya. Kirrya Lutharie. Lutharie dari keluarga Lutharie'' ucap Willen Lutharie sambil melihat putri kecilnya itu dengan senyuman.

''nama yang indah sekali.. oh ya kak kami kembali dulu, kami harus segera kembali, soalnya kami terlalu bahagia atas kelahiran putrimu sehingga kami lupa membersihkan toko kami untuk besok. Sekali lagi selamat ya kak.. kami pamit'' ucap Zoe sambil menutup pelan prlan pintu rumah kakaknya.

'' kasihan Zoe, hingga sekarang belum memperoleh seorang putri.. aku turut sedih karena aku tau perasaannya.. dia bukan orang yang akan menunjukkan kesedihannya ke orang lain''

''pernikahan antara penyihir dengan manusia itu terlalu beresiko, meskipun mereka memperoleh penerus, namun tak sepenuhnya penyihir'' ujar Willen

***********************************
''Zoe... maafkan aku.. karena aku manusia dan bukan penyihir jadi aku....''

''sstt.. jangan bicara begitu'' ujar Zoe sambil meletakkan jari telunjuknya ke bibir suaminya agar berhenti berbicara..

''itu bukan salahmu Steffan, ku yakin, suatu saat akan ada tawa kecil di keluarga ini dan akan ada yang mewariskan nama Iedenhyl'' ucap Zoe sambil memeluk suaminya.

''ya, aku sangat mengharapkannya hadir di keluarga kita''

Saat Steffan dan Zoe sedang sedih karena susah memiliki keturunan, tiba-tiba mereka mendengar suara bayi dari depan pintu rumah.

''Stef, kau mendengar apa yang ku dengar?'' Zoe melihat Steffan, dan Steffan membalas tatapan isterinya.

''ya'' ucapnya mantap

Mereka berdua langsung menghampiri suara tangisan itu. Awalnya mereka berfikir itu hanya halusinasi mereka, dan ternyata itu tidak benar

Merekapun membuka pintu rumah mereka, dan betapa terkejutnya mereka dengan yang mereka lihat, seorang anak berumur 1 tahun tergeletak di teras rumah sambil menangis.

''Steffann!! Astaga, siapa yang tega meninggalkan anak umur 1 tahun kedinginan disini!'' Ucap Zoe terkejut, dan langsung memeluk anak itu. Dengan sigap, Steffan langsung mencari sekeliling rumah dan toko mereka, namun tak ditemukan seorangpun.

Dengan napas setengah, Steffan menjawab '' mengapa mereka membuang anak mereka sedangkan diluar sana banyak orang yang susah memperoleh anak''

''kita tunggu saja beberapa minggu, mungkin mereka akan merasa kehilangan. Jika tidak... apa aku boleh mengadopsinya jadi anak kita?'' Ucap Zoe sambil memeluk anak itu dengan ekspresi yang sedih. Zoe terlihat sangat mengerti perasaan anak yang ditinggal pergi orangtuanya itu.

''tentu saja, tanpa kau bilang terlebih dahulu pun aku setuju, sayang'' ucap Steffan sambil memeluk istrinya dan bayi kecil itu. Mereka pun dengan segera membawa masuk bayi itu kerumah mereka.

Beberapa minggu berlalu...

Tak ada seorangpun yang datang mengambil dan menghampiri anak kecil yang berumur 1 tahun itu. Zoe dan Steffan telah memberitahukan para petinggi Villenburg dan semua penduduk. Namun, mereka bilang kalau tak ada yang kehilangan anak. Kalaupun ada yang membuang anaknya ke Villenburg itu tidak mungkin.. selain di lindungi dengan sihir yang tinggi, Villenburg juga jauh dari pusat kota dan berada di jantung hutan.

'' Steffan, tak ada yang merasa kehilangan anak ini.. kasihan sekali dia'' ucap Zoe

''ya, padahal kita sudah menyebarkan berita ini ke seluruh penjuru Villenburg. Tapi tak ada informasi sedikitpun yang kita dapat''

''apa kita angkat saja anak ini menjadi anak kita, Steffan?'' Kata Zoe kepada Steffan sambil melihat anak kecil itu tidur dengan lelap.

''aku juga berfikir begitu.. kita angkat saja putri kecil ini menjadi anggota keluarga kita yang baru'' ucap Steffan bahagia.

''aahh.. aku sedang memikirkan nama yang indah untuk anak ini.. ah, bagaimana kalau kita beri nama anak ini Villary? Villary yang belakangnya Iedenhyl..'' ucap Zoe bahagia.

''ya, penerus cilik dan penerang di keluarga Iedenhyl pantas mendapatkan nama indah itu'' ujar Steffan sambil meneteskan sedikit airmatanya karena rasa bahagianya.

The Adventure of MedeiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang