Seusai penangkapan Excel dan Ashley di desa terpencil itu, kini mereka berdua tengah dihalau oleh sekelompok Silencer untuk diserahkan ke pemerintahan major minus.
Kini sudah hampir lima ratus meter mereka berjalan dengan penjagaan segerombolan Silencer dari belakang. Namun, sejauh mata memandang, hanya tampak lorong yang didominasi oleh warna putih.
"Excel, bisakah kau diam? Percuma saja kau melakukan itu," ujar Ashley seraya menghela napas perlahan.
Excel yang sedari tadi meronta untuk dilepaskan dari alat yang mengebat tangannya, menoleh ke arah Ashley dan menghembus napas pasrah pelan. "Baiklah."
"Sebenarnya, tempat apa ini?" tanya Ashley seraya mengitarkan pandangannya.
"Kantor pusat pemerintahan Major Minus," jawab Excel.
"Kau sudah pernah ke sini, Cel?" tanya Ashley seraya menoleh ke Excel.
"Hmm," gumam Excel pelan. Ashley manggut-manggut paham.
Tak berselang lama, akhirnya mereka semua telah tiba di depan pintu gerbang utama. Salah satu Silencer melangkah maju, hendak memasukan kode pembuka pintu itu. Jemari Silencer itu bergerak cekatan menekan beberapa knop pada layar ajaib dekat pintu. Seusai memasukan kode itu, serta-merta suara desiran pelan timbul dan bersamaan dengan terbukanya pintu tersebut secara otomatis. Mereka semua kembali melanjutkan langkah. Masih sama, lorong putih yang kembali mereka jumpai.
Setelah berjalan beberapa meter dari pintu, Ashley dan Excel dihalau untuk memasuki ruangan bernuansa abu-abu dengan interior yang tertata apik. "Ruangan apa ini, Cel?" bisik Ashley di telinga Excel.
Excel melihat sekitar, lantas mengedikkan bahunya, "Aku juga tidak tahu."
Ruangan ini kiranya berukuran sembilan kali sepuluh meter persegi panjang, dengan deretan buku terpampang di dinding dan beberapa meja panjang berpelintur di sudut ruangan.
Tak berselang lama, suara langkah kaki dan dehaman seseorang mengintrupsi, serta-merta semua kepala menoleh ke sumber suara. Dari ambang pintu, berdirilah seorang wanita bersurai silver dengan beberapa ajudan di belakangnya. Wanita bersurai silver itu berjalan congak mendekati Ashley dan Excel. Matanya menatap tajam kedua insan itu.
"Oh, Ashley. Selamat datang di tempatku ini, apakah kau senang dengan ruangan yang aku buat ini?" Wanita itu, Major Minus, ia semakin mendekat ke arah Ashley dan membelai surai orange Ashley. Excel segera berdiri di tengah-tengah mereka berdua dan menatap mata Major Minus dengan tajam.
"Ah! Tuan Excelius Porter! Sudah lama kita tidak bertemu," ujar Major Minus mengalihkan pembicarannya. Ia menarik dasi yang dikenakan Excel dan mengencangkannya.
"Aku tidak butuh basa-basimu, Nona. Apa yang akan kau lakukan dengan Ashley?"
"Tidak, aku hanya akan mengajak gadis mutanku berpesta. Pasti kau ingin berpesta bukan begitu, Ashley?" Major Minus memiringkan kepalanya untuk melihat Ashley yang sedang menunduk di balik punggung Excel.
"Hentikan itu, Major Minus!" ucap Excel dengan nada meninggi tanpa rasa takut.
"Tenang saja Excel, aku juga akan memasukanmu di dalam acara pestaku yang besar bersama Ashley-"
Major Minus melangkah ke belakang sambil tersenyum tipis, lebih tepatnya berseringai. Ia meminta para Silencer yang berada di dalam ruangan untuk keluar dan berdiri di belakangnya.
Major Minus merogoh saku dari rok ketatnya dan mengeluarkan sebuah kotak aluminium berwarna putih dengan antena di atasnya. Ia mengacungkan benda tersebut.
"-tapi hanya kalian berdua. Selamat berpesta di ruangan ini ex-Lead Silencer dan Mutan," lanjut Major Minus sembari jemarinya menekan alat yang ia acungkan. Pengebat dari tangan mereka berdua terbuka dan sebuah rantai mengait kedua tangan Excel, lalu membuatnya menggantung. Sedangkan Ashley, tubuhnya diikat dengan sebuah rantai. Mereka berdua meronta dan berteriak kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Run All Night
Ciencia Ficción- Event Seleksi Kelompok 2 - Ashley Griffin, seorang mutan yang berhasil membuat Excelius Porter, Lead Silencer kota Gautama, luluh akan pesonanya. Ketika pemberontakan terjadi, pelarian dari kota Gautama pun dimulai. Akankah mereka berdua...