Nadira PROV.
"Udah pulang sayang?"
"Udah, Ma"
"Mama lagi masak apa?"
"Menurut kamu?"
"Tempe goreng ala Mama Nadira", pekikku riang dengan memeluk mamaku.Aku baru aja pulang les sekolah. Aku langsung menghampiri mamaku yang sedang berkutat di dapur.
Aku sangat bahagia begitu melihat apa yang dimasak mamaku.
Yups, tempe goreng. Itu makanan yang sangat kusukai.
Aku tak pernah merasa bosan bila tempe adalah menu santapan kami hampir setiap harinya. Karena masakan tempe goreng mamaku sangat sangat enak. Uh, aku tidak sabar untuk makan malam nanti. Kalo aku ambil satu sekarang, mama atau papa pasti akan rela makan tanpa lauk nanti malam. Aku menahan seleraku yang menggebu-gebu untuk mencicipi tempe yang menguarkan bau yang sedap menandakan akan sangat renyah di mulut. Uhhh, tahan Nadira sayang. Aku meninggalkan mama yang sedang sibuk mencuci beras.Aku masuk ke kamarku, meraih handuk dan menuju ke kamar mandi.
Selang waktu 10 menit, aku keluar kamar mandi dengan rambut panjangku yang masih basah. Aku pergi keluar dan duduk di teras rumah. Memandang kendaraan yang ramai berlalu lalang di jalan. Sekarang pukul 6 sore. Waktu pulang bagi karyawan perusahaan di sekitaran rumahku.
Aku menikmati keramaian jalan sembari mengeringkan rambutku.Sebuah mobil Alphard hitam melewati depan rumahku dan masuk ke jalan samping rumahku. Kaca pintu belakang terbuka dan sesosok lelaki dengan tatapan cemooh memandang rumahku.
Aku menangkap ekspresi wajahnya dalam mataku. Sampai mobil itu berlalu ke dalam sebuah rumah besar di belakang rumahku. Rumahku dengan rumah itu hanya dibatasi dengan sebuah tembok.
Aku mengenal pemilik rumah itu. Paman Watson dengan Tante Nita. Aku memang hanya pernah bertemu dengan Tante Nita. Tante Nita dulu sering datang ke rumah untuk sejenak bercengkrama dengan mamaku atau mengantarkan makanan yang sangat lezat sebagai lauk untuk makan keluargaku..*flashback on*
Sembilan tahun yang lalu..
"Tante sangat kesepian di rumah itu.", kata Tante Nita menunjuk rumahnya.
"Tante bisa kok main setiap saat ke sini.", balasku sambil makan bolu pandan yang dibawa Tante Nita.
Wanita cantik yang di depanku saat ini, mengusap rambut lurusku dengan lembut.
"Kamu anak yang lucu dan pintar. Mengingatkan tante dengan anak tante."
"Anak tante dimana?", tanyaku dengan mulut penuh berisi bolu, membuat aku seperti memiliki pipi cubby, seperti gendut aja. Melihatku seperti itu, Tante Nita cekikikan.
"Tante dengan Paman Watson memutuskan dia tetap melanjutkan sekolahnya di London. Makanya, tante selalu kesepian. Paman Watson selalu keluar negeri. Memantau pekerjaan sekaligus anak kami."
"Kenapa tante gak ikut?"
"Tante lebih senang tinggal di Indonesia dan sibuk dengan usaha kuliner yang tante bangun sendiri."
"Tante punya rumah makan?", pekikku dengan tatapan takjub. Berarti semua makanan lezat yang selalu dibawanya adalah makanan dari usahanya sendiri.
"Tante punya restoran bintang lima, toko kue, dan toko coklat.", dia tersenyum menceritakan seluruh usaha miliknya. Dia juga menjanjikan akan mengajakku ke toko coklat miliknya. Dia tau dari mama, aku sangat menyukai coklat. Setiap papa dan mama punya rezeki lebih, mereka selalu membelikanku 2 batang coklat kecil atau 1 mini cupcake coklat. Ketika aku sakit pun, aku akan merengek menginginkan coklat. Pernah Tante Nita membawa 4 buah lolipop coklat yang nikmat dan aku hanya menghabiskannya dalam sekejap saja. Uh, coklat selalu ku inginkan.
*Flashback off*Aku teringat, awal pertamaku bercengkrama dengan Tante Nita. Dia belum memenuhi janjinya yang akan membawaku berkunjung ke toko coklatnya.
Tak masalah dengan janji itu, aku rindu Tante Nita.
Empat tahun yang lalu dia berpamitan pada kami, dia akan pergi ke London untuk mengurus anaknya yang sama sepertiku akan masuk SMP saat itu. Dia telah kembali dua tahun yang lalu tapi, tak pernah mengunjungi kami lagi.Tante Nita masih sering mengirimkan makanan pada kami melalui Tante Ayu dan Paman Beny, pasangan suami istri yang mengurus kebunnya. Mereka mengatakan, Tante Nita sedang sibuk sekali sampai tak bisa berkunjung ke rumahku lagi. Mengurus pekerjaan, itu alasan Tante Nita yang disampaikan oleh mereka. Sampai dua minggu yang lalu, dua hari sekali makanan lezat selalu mereka antar ke rumahku, terkadang pizza, spagetti, cupcake coklat besar, bolu pandan, bakso, daging panggang, dan lainnya.
Tapi, minggu lalu sampai saat ini sama sekali tidak ada kiriman lagi. Paman Beny dan Tante Ayu juga tidak pernah berkunjung ke rumahku lagi. Biasanya, setiap sore sebelum pulang ke rumah mereka, mereka mengunjungi kami walau tak membawa kiriman dari Tante Nita.
Mama bilang mungkin mereka tidak bekerja lagi, mungkin Tante Nita pergi keluar negeri lagi. Ya, itu alasan mama mengatasi kerinduanku becanda dengan Tante Nita.
.
.
.
Hem, jadi siapa ya lelaki di atas mobil tadi? Kenapa dia memasuki rumah Tante Nita?
Mungkin saja itu kerabat Tante Nita yang pasti orang kaya. Wajar aja sih tatapannya mencemooh seperti tadi terhadap rumah mungilku yang dibangun di pinggir jalan besar dan di depan Rumah Tante Nita yang sangat besar pula.Aku memasuki rumah ketika papaku pulang. Pukul 7 malam. Mama sudah menghampiriku sejak 30 menit yang lalu. Papaku memarkirkan angkutan umum miliknya di depan rumah. Kami pun memasuki rumah bersama-sama.
×××××××××××××Saatnya makan malam..
Papa sudah selesai mandi dan kami bertiga akan makan malam bersama.
Selesai berdoa yang dipimpin oleh papa, ketika aku akan mengambil sesuap nasi, ada orang yang mengetuk pintu rumah kami.
Aku menghentikan gerak tanganku.
"Siapa yang akan bertamu malam begini?", tanya papa bingung.
"Aku yang akan melihatnya.", kataku sambil berdiri, karena aku saja yang masih belum menyentuh makananku, sedang papa dan mama telah menyentuhkan tangannya ke makanan mereka.Aku membuka pintu dan menemukan Paman Beny dan Tante Ayu di sana.
"Ada papa dan mama, Nadira?", ucap Tante Ayu.
"Oh iya, ada Tan, kami sedang makan malam."
"Yasudah kalian lanjut saja makannya, kami akan menunggu.", kata Paman Beny.
Aku mengangguk dan hendak melangkah ke pintu namun terhenti karena ada papa dan mama yang datang ke luar untuk melihat tamu malam ini."Ada apa, Beny?", tanya papa begitu melihat Paman Beny.
"Kemana aja kalian, Yu? Kenapa sudah tidak pernah berkunjung ke rumah lagi? Kalian baru pulang kerja sekarang ya? Apa kalian masih kerja di rumah Nita? Oh ya, apa kabar Nita?", tanya mama bertubi-tubi."Kami akan menyampaikan kabar duka, Nita meninggal seminggu yang lalu.", ucap Tante Ayu.
"Apa?", pekikku kaget.
"Ya Tuhan.", ucap mama dengan mata yang berkaca-kaca seketika.
Aku pun tak bisa membendung air mataku juga, mengingat kebaikan Tante Nita selama ini, pula ketika kami becanda. Dan kini dia telah kembali ke pangkuan Tuhan. Aku menangis.Papa, Mama, Paman Beny, dan Tante Ayu berencana akan menyampaikan kata-kata penghiburan ke rumahnya. Mereka mendapat kabar bahwa Paman Watson dan anaknya di sini.
Dan besok pagi mereka akan ke sana. Aku tak bisa ikut karena aku sekolah besok. Aku hanya menitip salam untuk Paman Watson.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Tembok Hijau
Подростковая литератураSepulang sekolah, aku menyusuri jalan besar menuju ke rumah mungilku. Hidup di tengah daerah yang berkembang ini, di rumah mungil yang sebanding dengan ruangan OB di perusahaan di sekitar rumahku. Aku tidak pernah malu dengan keadaanku sekarang. Aya...