Jason PROV
Kakiku melangkah memasuki salah satu sekolah di kotaku yang baru rasa lama. Ya, sudah lama aku tidak pulang ke Indonesia, termasuk kota ini. Biasanya mama yang akan ke negaraku.
Mama, lirihku dalam hati.
Aku berjalan sampai ke ruang kepala sekolah. Kepala sekolah di sekolah ini ternyata saudara jauhku. Makanya papa menitipkan aku ke Om Marwan, ya, itu namanya.
Aku langsung masuk saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan ku dapati Om Marwan sedang berbicara dengan seseorang, itu adalah
dia tetanggaku.
Siapa namanya, aku lupa, lagi pula tidak penting untuk diingat.
"Ah, Jason, kau sudah datang. Kemari, duduk di samping Nadira.", interupsi Om Marwan padaku.
Aku melangkah dan duduk di samping
siapa namanya tadi, ah itulah dia.
Gadis itu tersenyum padaku dan aku langsung membuang mukaku.
"Jason, Nadira ini akan menjadi teman sekelas dan semejamu.", terang Om Marwan.
Aku diam saja.
"Tampaknya kau setuju, Nak. Kalian bisa kembali ke kelas.", akhir Om Marwan.
Sebenarnya aku tidak peduli mau semeja dengan dia atau dengan siapapun.
Aku tidak perduli.
"Permisi, Pak. Terimakasih, Pak.", ucap gadis itu dengan sedikit membungkukan badannya. Lalu beranjak. Aku pun langsung mengikutinya ke kelas. Aku belum tau letak kelasku makanya aku mengikutinya, kalau tidak aku sudah malas berada di dekatnya.
Kami sampai di depan sebuah pintu kelas dengan angka XI-IPA.1, dia mengetuk pintu, kemudian membuka pintu. Aku mendapat senyum ramah seorang guru wanita dan tatapan penasaran siswa-siswi di kelas.
Guru itu mempersilahkanku memperkenalkan diri, kemudian aku duduk di samping gadis tadi dan melihat guru itu mengajar.
xxxxx
Bel istirahat berbunyi.
"Hem, Jason. Apa kau mau ke kantin? Atau berkeliling sekolah? Aku bisa mengantarmu.", kata gadis semejaku itu.
"Kau tidak usah berpura-pura baik. Aku tau kau kasihan padaku.", sarkasku.
Ya, aku bintang yang dulu di langit kini menjadi terumbu karang di dasar samudra, batinku.
"Aku tidak kasihan padamu. Walau dulu kau bintang dan sekarang terumbu karang sekalipun, kau harus tau, mereka punya keindahannya tersendiri. Kau juga punya cara bahagia di kondisi seperti ini.", katanya sambil beranjak dari kursi dan keluar kelas.
Aku tak perduli dia pergi.
Tapi aku perduli, darimana dia tau isi hatiku?
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Holla reader "DI BALIK TEMBOK HIJAU"
Nih aku up, maaf ya lama.
Love,
Author lagi semangat :))
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Tembok Hijau
Novela JuvenilSepulang sekolah, aku menyusuri jalan besar menuju ke rumah mungilku. Hidup di tengah daerah yang berkembang ini, di rumah mungil yang sebanding dengan ruangan OB di perusahaan di sekitar rumahku. Aku tidak pernah malu dengan keadaanku sekarang. Aya...