BAB II

81 17 27
                                    

Hari ini adalah hari pertama aku masuk kuliah, setelah beberapa minggu sebelumnya aku mengikuti tradisi yang harus dijalani sebelum resmi menjadi mahasiswa. MOMB (masa orientasi mahasiswa baru) yang aku ikuti kurang lebih selama 1 minggu. Iya, selama satu minggu aku jadi objek kejahilan kakak-kakak senior yang pada dasarnya emang hadir Cuma buat ngerjain mahasiswa baru doang.

Aku masih ingat jelas kejadian saat kegiatan MOMB berlangsung. Waktu itu kegiatannya udah masuk pada sesi games. Oke, ini sesi dimana mahasiswa baru bisa seru-seruan sepuasnya. Ohh bukan, ini sesi dimana semua panitia OSPEK bisa sepuasnya menjaili para mahasiswa baru yang polos tak berdosa. Dan tibalah giliranku yang jadi objek kejahilan mereka.

Heyy kamu .... !!!

Salah satu kakak senior teriak sambil menunjukkan jarinya kearahku. Aku santai, karena aku fikir bukan aku orang yang dimaksud kakak senior itu.

Hehh kamu, yang rambutnya panjang .... !!!

Kakak senior itu teriak lagi masih dengan mengarahkan jari telunjuknya kearahku. Aku masih berfikir bukan aku orang yang dimaksud kakak senior itu. Selain aku, ada 5 cewek lagi yang rambutnya juga panjang. Mungkin saja salah satu dari merekalah yang dimaksud kakak senior itu.

Dan tiba – tiba kakak senior itupun dengan sedikit kesal berteriak menyebutkan sebuah nama !!

ZELDA ANANDA PRADIPTA ......... !!!!!!!!

Astaga ... !!! Mampusss .. itu nama aku .. ya Tuhan .. dari mana dia tahu nama lengkap aku ??

Zeldaaa ...... !!!

Sekali lagi kakak senior itu meneriakkan namaku. Aku langsung berdiri sambil menunduk, menanti perintah apa yang akan diberikan untuk aku lakukan.

Silahkan maju kedepan. Akupun melangkahkan kaki untuk maju kedepan. Banyak pertanyaan yang muncul dalam kepalaku. Astaga, mau diapain aku ? perintah apa yang bakal mereka kasih ? nyayi ? puisi ? joget gak jelas ? teriak-teriak gak jelas kayak orang kesurupan ? atau apa ?? aku menebak-nebak dengan posisi yang tetap masih merunduk.

Ketika sampai didepan, aku disuru mengangkat kepalaku, melihat kearah semua panitia. Dengan perasaan deg-degan aku mengangkat kepalaku. Astaga ... sunggu aku sedikit takut saat melihat begitu banyak kakak panitia yang sepertinya sudah punya rencana masing-masing untuk ngerjain aku.

Ohh ... Jadi dia yang namanya Zelda ? Ucap salah satu panitia cewek.

Jantungku makin deg-degan saat mendengar ucapan itu. Seolah-olah aku seperti buronan polisi yang telah lama dicari.

Aku masih tetap diam tak berkomentar. Kalian semua pasti tahu apa yang akan terjadi jika aku menanggapi apa yang mereka katakana. Yah begitulah nasibnya jadi anak baru. Nggak ngelakuin apa-apa aja tetap disalahin, apalagi emang benar-benar salah. Dan benar saja, sikap aku yang dari tadi diam, dianggap salah sama mereka.

Ehh, kok lo dari tadi diam aja ? kalo diajak ngomong itu direspon dong. Lo pikir yang ngomong ini batu apa ? ucap salah seorang senior yang entah siapa. Maaf kak, bukan maksud aku kayak gitu. Aku hanya – ucapanku langsung dipotong sama senior yang lainnya. Siapa yang nyuru lo ngomong ? kalo disuruh ngomong malah diam, gak disuruh ngomong ehh ikutan nimbrung.

Astaga, apa-apaan ini ? ngomong salah, diam apalagi. Ini mereka maunya apa sih ? Aku bukan robot kali yang bisa dimainin kapanpun mereka mau. Ucapku dalam hati.

Kenapa ? marah ? gak suka ? gak terima ? Siapa suru belagu. Sok keren sih !! Sok cantik !! Sok nyari perhatian sana-sini. Ucapan itulah yang kemudian terdengar. Entah siapa yang ngomong, aku gak tahu dan gak pernah mau tahu.

AKU SANGAT (berpura-pura) MEMBENCIMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang