Bab I
Salam Angin Autumn di Seoul
"Bangun... dasar pemalas, ayo bangun". Teriak suara cempreng.
Guncangan keras ditubuhku memberikan respon tak nyaman sehingga mau tak mau aku membuka kelopak mata dengan berat. Hangat sinar matahari pagi dan lembutnya hembusan angin memubuatku dengan tulus menarik kembali selimut lembut bermotif doraemon. Dengan semangat kuteruskan rencana untuk tidur kembali. Oh tidak, aku tidak ingin dilempar dengan jam weker ku yang terus berdering, atau disiram dengan seember penuh cocktail, atau yang lebih mengenaskan di tendang oleh kaki si ibu tiri cinderella. Oh pemikiranku berlebihan.
"Tan Anne... bangun sekarang. Bantu jenny memanggang roti!". Perintah mutlak
"Iya imo. Aku sudah bangun". Aku malas berdebat.
Masih dengan titik air yang mengalir diujung rambutku, aku keluar dari kamar menuju toko kue yang merangkap jadi coffee shop dengan letak strategis di Cheongdam-dong gangnam, seoul. Aku betah kerja part time disini karena dekat dengan pusat perbelanjaan dan juga pemilik coffee shop atau cafe ini adalah imo ku, lebih tepatnya seseorang yang kuanggap imo (bibi).
"Selamat pagi, imo". Sambil mencium pipinya aku tersenyum.
"Hello Anne, kau seperti bakpau. Ada apa dengan wajah mu?." Jenny si kyeopta meneliti wajah ovalku.
"Mungkin karena malam tadi aku tidak bisa tidur, jen. Lalu aku memasak ramen dan makan sampai habis, uhh menyebalkan. Apakah sungguh terlihat?" wajahku memerah kesal.
"Yah, sedikit jelas." Ucapnya.
"Tan Anne jangan mengeluh, ayo lanjutkan kerja mu. Oh iya ada paket untukmu, sudah imo letakkan dikamarmu. Imo pamit kekantor, jagain cafe ya sayang." ujar wanita paruh baya yang masih cantik itu sambil mengecup pipiku.
Dengan riang aku mengerjakan pesan imo, dan hari ini aku lebih banyak dimeja kasir karena jenny sedang serius mengembangkan resep baru kue untuk event cafe bulan depan. Jenny sosok periang yang menjadi manajer cafe sejak 2 bulan lalu, blasteran Korea-Amerika yang merupakan gadis pintar lulusan Oxford University. Namaku Gabriella T. Anne, berumur 20 tahun saat ini aku sedang meneruskan pendidikan di KAIST (Korea Advance Institute of Science and Technology) dan sedang menyusun skripsi untuk wisudaku. Cerita tentang aku sehingga bisa terdampar di korea sungguh sangatlah panjang. Aku berkebangsaan Indonesia. Tanah merah Indonesia adalah tanah kelahiranku, kedua orang tuaku juga berasal dari Indonesia, hanya namaku yang terdengar kebarat-baratan. Dan keluargaku adalah penganut kristen yang taat.
Untuk sekarang aku lupa kalau orang tua pernah ada dalam kehidupanku. Sepak terjang keluarga yang mengerikan membuatku tegar dengan memaksa fikiranku bahwa aku baik-baik saja dan akan selalu baik-baik saja seperti saat ini. Sejarah berdarah yang pernah ku alami mengatarkanku ke Korea dengan aroma ginsengnya yang kental. Aku sadar aku merindukan mereka dan dia yang pernah hadir diantara rekam jejakku.
"Anne, coba lihat arah jam 9, sepertinya dia menyukai mu". Jenny berbisik lirih.
"hah! Lelucon mu tidak lucu jenny sayang, dia hanya pengunjung cafe". Aku melenggang ke meja kasir.
"Benar hanya pengunjung, dan ini adalah kunjungannya yang kedelapan berturut-turut." Bisik jenny lagi.
"Oh bernarkah? mungkin dia berencana menjadi pelanggan tetap cafe".Jawabku sekenaanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEJAK CINTA SANG MUALAF
RomanceSebuah novel berlatar negara-negara sejarah peradaban islam. bercerita tentang gadis bernama Gabriella Tan Anne yang mencari jati diri tentang keyakinannya. Ane jatuh cinta pada seorang pria muslim yang tak sengaja di temuinya di depan Masjid. Benih...