Jejak Cinta Sang Mualaf:- Bagian 4

111 5 0
                                    

Bab IV

Pesan dari tulip biru di Keukenhof

Aku tersandar dikursi didalam kamar hotel tempatku menginap. Perjalanan kali ini sungguh menyenangkan, aku pulang ke hotel setelah fikri selesai sholat maghrib berjamaah. Dua hari lagi fikri akan berangkat menuju Kairo karena ada reuni dengan teman-teman seangkatannya di kampus. Kami bertukar nomor handphone ketika perjalanan pulang. Aku memutuskan untuk mengantar fikri ke bandara nanti jika aku tidak sibuk. Besok agendau kosong aku hanya ingin istrahat sebelum lusa akan ke Taman Keukenhof.

"Maaf, aku terburu-buru dan tidak sengaja membuat bukumu terjatuh." Ujar sebuah suara dengan panik.

"Tidak apa-apa, aku juga salah karena meletakkan buku ini terlalu ditepi." Jawabku.

"Ehm... apakah anda seorang muslim." Tampak wajah ragu yang tetap tampan dengan kemeja biru tua itu.

"Aku seorang Kristen, namaku Gabriella T. Anne." Ujarku samnbil menyodorkan tangan dengan maksud berjabat tangan.

"Maaf aku seorang muslim, agamaku mengajarkan untuk tidak menyentuh perempuan yang bukan muhrimku." Ujarnya sambil mengatupkan kedua tangan didepan dada.

"Oh ya, maaafkan aku." Ujarku sedikit kikuk.

***

"Islam itu ternyata indah ya?" ujarku spontan

"Lalu bagaimana dengan kepercayaan yang kau anut?" tanya ia hati-hati.

"Entahlah rasyid, aku merasa selama ini aku berada dalam lembah kegelapan. Aku sungguh merasakan kedamaian ketika melihat teman satu kostku bersujud dalam sholatnya." Ujarku lirih.

"Jika nanti ada kesempatan dengan izin Allah akan kutunjukkan rekam jejak islam diseluruh dunia." Ujarnya dengan yakin.

"Aku akan tunggu masa itu datang rasyid, terimakasih untuk semua buku-buku ini, aku akan membaca dan memahaminya." Ujarku.

"Semoga Allah memberikan hidayah-Nya kepadamu Anne." Lirih rasyid sayup terdengar olehku.

Deg!... deg!... deg!

Detak jantung berpacu cepat seakan terdengar ditelingaku. Selalu seperti ini, jika aku bangun tidur. Selalu dengan aliran keringat dingin yang seakan mengejekku karena ketakutan. Terbangun disubuh hari dengan sayup adzan subuh terdengar membuatku enggan untuk memejamkan mata kembali. Kuresapi lantunan adzan yang merupakan seruan sholat kepada umat muslim. Sejuk menyelusup dalam sanubariku seketika.

Sinar metahari pagi tak sanggup hapuskan suhu dingin dipagi amsterdam. Sarapan pagi ini membuatku sediit berselera dengan nasi goreng paprika ala thailand yang sangat cocok utnuk lidah Asiaku. Sambil mendengarkan musik dari speaker imut berbentuk muffin manis yang melantunkan lagu pouler milik salah satu girlgroup terkenal asal Korea Selatan.

Touku hanarete ite mo~

Me wo tojireba hora kokoro wa soba ni iru~~

Dare yori mo ai no imi wo chikara wo shitteiru kara~~~

Bersiap dengan coat coklat dan syal peach yang melingkari leherku, aku keluar dari hotel dengan tujuan taman di Keukenhof, setelah free sehari penuh sebelumnya. Keukenhof adalah taman bunga yang terletak di kota Lisse, antara Amsterdam dan Den Haag dengan luas mencapai 32 hektar. Merupakan taman bunga terluas didunia, dengan beraneka bunga didalamnya, seperti tulip yang ditanam dalam gugusan kecil, daffodil, hyacinth, narcissi, dan crocus. Hamparan bunga yang menenangkan hati menyapaku setiba di Keukenhof. Suara dering handphone menyentakku seketika.

"Hallo." Ujarku menyapa

"Halo, apa benar ini Gabriella T. Anne?" Tanya suara dari sebrang.

"Ya saya sendiri, jika boleh tahu dengan siapa saya berbicara?" Tanyaku Penasaran.

"He, anne bagaimana kabarmu? Ini aku, fikri" ujar suara disebrang antusias.

"Ya ampun, hei fikri. Aku sehat saat ini aku di keukenhof, bagaimana kabarmu disana?" tanyaku girang.

"Aku juga sehat, oh ya. Disana ada cafe khusus pengunjung dengan nuansa tulip birunya, aku ingat kau pernah bilang akan ke keukenhof untuk melihat tulip biru." Ujar fikri.

"oh ya, baiklah nanti aku akan singgah kesana. Bagaimana Kairo?". Tanyaku

"Disini sungguh panas, namun menyenagkan. Reuni masih lima hari lagi, aku kembali menjelajah jejak islam jadi terasa nostalgia. Nanti akan kukirimkan foto-fotonya." Jawab fikri.

"Benarkah, akau akan sangat berterimakasih."ujarku senang.

"Baiklah Anne, sampai disini dulu ya, aku harus sarapan kau tahu aku sedang membuat french toast sekarang." Ujar fikri menggerutu

"Sungguh? Hahahaaaa... sepertinya kau bagus dalam memasak. Baiklah silahkan menikmati sarapan. Dan terimaksih untuk info tulip birunya, sering-seringlah menelfonku." Ujarku

"hehehe, oke Anne." Ujar fikri. Tut....tut...! sambungan telfon diputus.

***

Senang menyelusup ketika ditelfon oleh fikri. Ini artinya kami akan bersahabat baik kedepannya. Fikiran sempitku mengatakan dia lupa, ternyata fikri ingat untuk menelfonku. Berkeliling di keukonhof tidak membuatku untuk mengambil foto. Tulip yang menjadi ciri khas Belanda memang banyak namun ditanam dalam gugus-gugus kecil tidak dalam bentuk hamparan luas seperti yang ada di wallpaper. Percakapan singkat dengan fikri seakan memanggil bathinku untuk menapakkan kaki di Tanah Mesir dengan phyramid yang menjadi keajaiban dunia. Setelah puas berkeliling, kucari cafe dengan nuansa tulip biru seperti yang dikatakan oleh Fikri.

***

"Selamat datang!" sapaan ramah dari pemilik cafe membuatku balas dengan tersenyum.

"Aku pesan mocca latte dengan chococip toppingnya dan juga waffle." Pesanu di meja kasir.

"Untuk waffle ingin diolesi sirup atau cream?" tanyanya.

"Apakah ada madu, jika ada aku ingin madu untuk waffle." Pintaku.

"Baiklah silahkan tunggu sebentar." Ujarnya.

Kuperhatikan suasana cafe dan memilih untuk duduk didekat jendela sambil menunggu pesananku. Disetiap meja terdapat vas yang berisi tulip biru, namun khusu didekat jendela ada replika sakura masih dengan warna biru yang banya tergantung kartu ucapan. Perlahan kuambil satu kartu dengan ranting yang keluar jendela. Kalimat didalam nya membuatku tersentak.

Berdirilah dengan kebenaran yang kau yakini

Aku disini menunggu dan berdo'a agar hidayah-Nya juga tercurah untukmu, Gabriel.

Aku yang disini : I.R Imam

Air mataku mengalir tanpa bisa dicegah menjadi saksi jejak kehadiranku di keukenhof. Dia pernah disini, seseorang yang selama ini kucari, Ibnu Rasyid.


JEJAK CINTA SANG MUALAFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang