Bab V
Cahaya di Tanah Merah Indonesia
Perjalanan di Keukenhof menyisakan tanda tanya besar dalam pemikiranku. Aku merasa sedikit senang, karena sepertinya sosok sahabat sekaligus orang yang kukagumi juga pernah berada disana dan meninggalkan jejaknya. Aku meneruskan tujuan utama ku ke negeri kincir angin ini yaitu untuk menapak rekam jejak kejayaan islm disini. Namun kalii ini tidak hanya sekedar pengetahuan, namun aku juga memulai dengan keyakinan yang teguh untuk mendalami islam dibimbing oleh para tokoh agama yang ada disini.
Pagi ini aku bersiap untuk mengikuti pembelajaran tentang agama. Sampai dering handphone menyentakku.
"Halo." Ujarku.
"Halo, Tan Anne. Mengapa kau susah sekali untuk dihubungi!". Teriakan kesal terdengar.
"Ya ampun, akhirnya kau menelfon juga Jenny. Aku tidak bisa menelfon dari sini, selalu tidak terhubung, bagaimana kabarmu dan juga cafe saat ini?". Tanyaku antusias.
"Aku sehat-sehat saja, cafe seperti biasa bedanya imo jarang berkunjung untuk sekedar melihat keadaan cafe." Ujarnya terdegar sedih.
"apa imo sangat sibuk dengan perusahaaan?" tanyaku lagi.
"Imo saat ini sedang memikirkanmu, aku tahu dia menyuruh seseoraang untuk mencari tahu keberadaanmu. Namun dia tidak memaksamu untuk pulang, karena dia hanya berharap untuk kebahagiaanmu." Ujar jenny panjang lebar.
"O-o begitu ya..!" aku terdiam dan bingung harus mengatakan apa.
"Anne, aku tutup telfon dulu ya, pengunjung cafe hari ini sungguh ramai, jaga kesehatan ya, dan aku merindukanmu aku harap kau bisa secepatnya embali ke korea. Bye anne!"
Tut...! Tut...!
Sambungan telfon terputus jenny bahkan tidak memberiku kesempatan untuk mengucapkan salam penutup, anak itu meang menyebalkan. Rencana ku yang akan pergi mengikuti pembelajaran agama tadi sirna ketika membaca e-mail masuk dari teman di grup diskusi terbuka itu bahwa pembelajaran diganti esok hari. Khayalku mengantarkan kepada kejadian tiga tahun yang lalu.
***
Flashback 2013
Sejuk aroma hujan yang masih bersisa dipagi hari membangunkanku dari lelap kenyamanan. Setelah dengan syukur kepada Tuhan terucap ketika semalam siang aku kembali menginjakkan kaki ditanah merah Indonesia. Setelah tragedi topan hebat yang kualami di taiwan. Hari ini akan menjadi hari libur yang menyenangkan.
"Anne, bangun kita akan kegereja". Suara wanita terdengar didekatku dengan tangannya yang mengguncang embut bahuku.
"Mom, bukannya hari ini sabtu ya?'. Tanyaku setengah terjaga.
"Kau masih bermimpi sayang, ayo bangun sudah jam 06:00 WIB ini, nanti terlambat kegereja." Ujar mama.
"Mom, aku menyusul saja, mom tahukan apa yang terjadi padaku ketika di Taiwan kemarin?" rengekan kecilku menolak halus untuk kegereja.
"Baiklah 20 menit lagi segera turun untuk sarapan bersama, setelah itu kita kegereja". Mama menegaskan.
"Baiklah mom". Ujarku akhirnya pasrah.
Setelah selesai sarapan aku sekeluarga pergi kegerja. Dalam perjalanan, kulirik Bible yang ada disampingku. Kusentuh dengan telapak tangan yang sedikit bergetar, aku berusaha membuang jauh fikiranku yang ragu akan ajaran Al-Kitab yang terkandung dalam beberapa injil. Dentang lonceng gereja menyentak lamunanku membawa sadar kembali kealam nyata, ternyata aku sudah sampai digerbang gereja.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEJAK CINTA SANG MUALAF
RomanceSebuah novel berlatar negara-negara sejarah peradaban islam. bercerita tentang gadis bernama Gabriella Tan Anne yang mencari jati diri tentang keyakinannya. Ane jatuh cinta pada seorang pria muslim yang tak sengaja di temuinya di depan Masjid. Benih...