Jejak Cinta Sang Mualaf:- Bagian 2

218 8 0
                                    

Bab II

Gerbang Musim Semi (Spring) di Amsterdam

Harum omelet dan hot cocholate menjadi nuansa rumah mungil berwarna putih gading di pagi musim gugur yang cerah. Oh tentu saja, karena aku yang menyiapkan sarapan kali ini. Aku sengaja menyiapkan ini karenaa aku akan pergi beberapa saat lagi. Aku sungguh yakin dengan keputusanku kali ini. Ku lihat jenny sudah bangun dengan sedikit terhuyung menuju kamar mandi. Aku yakin penggemar jenny yang datang ke cafe pasti sudah katarak, karena mereka tidak tahu seperti apa sebenernya penampilan sang fashion icon ketika dalam kondisi seperti sekarang. Jika tidak ingat dengat sup rumput laut yang sedang kumasak di dapur aku pasti akan tertawa tanpa henti.

Semoga hari ini dan seterusnya menjadi hari yang baik. Aku menanti dan akan berjuang kembali menata kehidupan baru. Malam tadi imo menelfon ku dan mengatakan bahwa mama akan kekorea menghadiri wisuda ku. Aku bahkan lupa aku punya seorang ibu, dan seketika tubuhku melemas. Sepertinya aku akan kabur sekali lagi.

"Selamat pagi, Tan Anne." Sapa suara kantuk di belakangku.

"Oh Tuhan, kau membuatku jantungan, Jenny Kim." Ketusku.

"Maaf, woooow ini buatanmu?." Antusiasnya membuatku menyesal membentaknya tadi.

"Ya, tentu saja! silahkan dimakan." Ujarku riang.

"Kau yakin tidak salah makan obat? Dan tu-tutnggu, ini tidak beracunkan"

"Kim Jenny, kau seharusnya dapat penghargaan sebagai pemancing emosi yang baik. Dengar Kim Jenny, meskipun aku sedikit malas, aku cukup pintar memasak asal kau tau ya, tuan putri." Kesalku. Jenny memang pandai membuat ku kesal.

"Okay, aku minta maaf, hehehee. Uhmm ini enak, waah kau seharusnya lebih sering membantuku di dapur cafe daripada di meja kasir." Serunya.

"Terimakasih, tapi tidak untuk saat ini jen. Aku akan berangkat ke belanda beberapa saat lagi." Ujarku dengan pasti.

"Oh Tuhan, dan kau baru memberitahuku sekarang, saat sarapan. Kau kejam Tan Anne." Sentak jenny membuatku terkejut dengan kemarahan yang tiba-tiba dari gadis pintar didepanku ini.

"Maaf, aku tahu kau terkejut, tapi aku harus pergi jen, eomma akan datang bulan depan." Ujarku serius.

"Benarkah? Baiklah, lalu bagaimana dengan acara yudisium dan wisudamu?" balas jenny pula.

"aku akan datang sehari sebelum acara itu berlangsung, kumohon rahasiakan ini dari imo dan ibuku." Mohonku.

"Baiklah, sekarang kau makan dulu, apakah kau sudah mempersiapkan semuanya dari malam tadi, kau sedikit aneh sejak menerima telfonn itu." Tanya jenny kembali.

"aku baru berberes semua subuh tadi, tenang saja semua sudah selesai." Ujarku.

"baiklah, jaga diri baik-baik disana dan jangan lupa hubungi aku setelah kau sampai." Pintanya. Aku ingin tertawa, dia sudah seperti nenek ku saja.

"Tenang, dan aku akan berangkat dua jam lagi temanku sayang, bukan sekarang. Kau seperti mengusirku saja." kesalku.

"hahahaa.. bukan seperti itu. Yah aku tidak ingin mengatakannya, tapi aku sudah menganggap mu seperti adikku sendiri, aku menyayangimu Tan Anne." Ujarnya.

"Aku juga, terimakasih kakak."

Kim Jenny tidak mengantar kepergianku. Aku duduk di boarding room bandara, menanti pesawatku take off sebentar lagi. Keberangkatan ku kali ini dengan niat yang pasti untuk hijrah kejalan Allah. Kalian pasti bingung, tapi aku sudah memantapkan hati untuk memeluk agama Islam sejak setahun lalu. Agama yang dikenalkan oleh seorang laki-laki bernama Ibnu Rasyid, seorang blasteran Arab-Indonesia yang tak sengaja kutemui di perpustakaan ketika aku sedang study tour ke Pekanbaru.

JEJAK CINTA SANG MUALAFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang