_AIR MATA_
Aku perlahan membuka kedua
kelopak mata ku yang sangat berat. Bau obat langsung menyergap penciuman ku. Aku sedikit terbatuk saat menciumnya. "Um, ah~ aku dimana?"Cklek, suara pintu putih itu terbuka. "Nona Baek, kau sudah bangun? Syukurlah," ujar seorang dokter wanita yang tengah memeriksa infus yang melekat ditangan ku.
"Aku di rumah sakit?" Tanya ku was-was dan to the point. Dokter itu tampak berpikir. Tampak kerutan di pelipisnya. Aku yakin dia sedang ragu untuk menjawab. "Katakan saja! Apa susahnya."
Ia melirik ku sekilas. Lalu tersenyum manis. Sedangkan aku hanya menggenggam selimut dengan kuat. "Tidak, Nona. Kau sedang ada di klinik perusahaan," jawabnya pelan. Namun, terdengar jelas di telinga ku. "Tapi, kau sempat dibawa kerumah sakit terdekat tadi... Hhh..." ia mencoba menjelaskan. Tetapi, ia malah menciptakan jeda dengan helaan napas pasrah. Aku menghela napas kasar sambil memutar bola mata ku. "Keadaan mu kritis dan Samu-nim, telah memerintahkan ku untuk merawat mu di klinik hingga sembuh."
"Kenapa? Kenapa kau tidak katakan saja, bahwa aku tidak di diperbolehkan kerumah sakit karena telah menganiaya banyak suster. Sebenarnya itu bukan salah ku, mereka yang membuat seperti ini kau tahu. Apa kau percaya pada ku?"
"Ya." Jawabnya dengan suara parau.
"Dokter Choi, kau bukanlah orang yang hebat berdusta kan?" Aku mengajukan pertanyaan yang membuatnya terperangah. Aku tersenyum meremehkan. "Yah, ku maklumi saja. Karena selama ini di hidup ku, akulah pihak yang salah, arraso?" Aku menoleh sembari memberikan senyuman tersinis yang pernah ku tunjukan padanya. Ia hanya menunduk malu.
"N~ne." Jawabnya terbata. Aku kembali menatap lurus kearah dinding. Menatap kosong. Tak ada artinya. Dan dinding itu juga tidak ada artinya bukan? Dinding polos tanpa ukiran apa pun. Wallpaper dan hiasan dinding pun tak pernah menghiasinya.
"Aigoo, akh!" Aku ingin turun namun langsung di cegah oleh Dokter Choi.
"Kau belum boleh beranjak dari tempat tidur dulu Nona Baek," tegur Dokter Choi sambil membopong ku naik kasur lagi. Aku menatapnya dingin.
"Tapi kenapa?"
"Kau tadi melakukan operasi Nona, Kau mengalami pendarahan pada selaput otak dan ketika kau mengamuk tadi... kau berusaha kabur dari ruang operasi. Entah karena sengaja atau tidak sengaja seorang polisi menembak tepat di bagian kanan perut mu... dan kau ambruk," cerita Dokter Choi panjang lebar. Aku hanya membuang napas kasar. Sambil menatap nanar kearah jendela tepat berada dibelakang Dokter Choi.
Cklek...
Pintu terbuka kembali, menampakan seorang wanita tua berbaju mewah mendekati kami. "Nona Choi Myun Sin. Ada beberapa orang yang ingin berbicara pribadi dengan Nona Baek Hye Jung." Jelas wanita tua itu.
"Baiklah, jaga diri mu baik-baik Nona Baek," ucapnya ramah sembari berjalan keluar melewati wanita tadi.
"Nona muda, mungkin ini akan lama. Karena mereka datang dengan tujuan yang berbeda-beda. Jadi mereka merasa harus memiliki waktu sendiri-sendiri dan tak perlu sama-sama. Apakah kau keberatan?" Tanyanya lagi.
"Kim Haramonie, aku sudah berkali-kali mengatakan bahwa aku sangat tidak suka dengan datangnya orang-orang itu. Mengerti? Tapi kali ini aku akan bermurah hati menemui mereka," jelas ku agak ketus. "Ups! Maksud ku mereka yang menemui ku."
"Ne, arraso. Nona Baek," ucapnya lalu pamit untuk memanggil mereka. Setelah itu datanglah dua orang. Satu pria paruh baya dan seorang wanita.
"Ada apa cepat katakan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorrow About Day (SAD) On Going
General FictionHanya cerita dimana seorang gadis yang selalu menangis dan menyadari antara pahitnya hidup dan penderitaan yang dialami. menjadi orang yang terlihat lemah dan harus belajar dari setiap kesedihan dan kepedihan. Hingga Tersakiti. Disakiti. Menyakiti...