18. Abang birthday!

6.5K 796 20
                                    

Sean bangun dari tidur lelapnya. Ia duduk termenung sambil mengumpulkan nyawa.

"Udah 25 nih gue?" Tanya Sean pada diri sendiri. Bukannya senang karena hari ini adalah hari ulangtahunnya Sean malah merasa kalau hatinya hampa.

Dulu Sean bertanya-tanya, nanti saat umur 25 apakah ia sudah bekerja di perusahaan keluarganya? Apakah dia sudah selesai S2? Atau sedang mengambil gelar doktor? Ataukah dia sudah memiliki kekasih yang ia janjikan akan ia nikahi?

Semua pencapaian-pencapaian ia pikirkan. Di umurnya yang sekarang dia sudah melakukan apa saja? Di umurnya kini dia sudah memiliki apa saja? Orang lain di umur segini sudah mencapai target-targetnya belum, ya?

Pikiran Sean berputar dalam pencapaian-pencapaian dan target-target kehidupan membuat kepalanya yang pusing semakin berputar-putar, pusing sisa party semalam bersama teman-temannya.

Party semalam merupakan ide Kai yang memaksanya ke club bersama teman-temannya yang lain. Jangan lupa Johnny yang terus mencekoki Sean dan Bang Chiko selaku DJ di club tadi malam yang terus-terusan mencegat Sean untuk pulang juga teman-temannya yang lain.

Kehidupan seperti itu sudah Sean lalui sejak masih SMA, saat kuliah rasanya tiada hari tanpa party. Hal itu yang membuat kuliah Sean molor sampai ia harus melalui 11 semester.

Sean akui dia amat sangat menyesal pada masa lalunya.

"Abang" panggil Bunda dari balik pintu kamarnya.

"Masuk aja, Bun"

Bunda masuk membawa paper bag yang Sean yakini itu kado untuknya.

"Happy birthday to my beloved son" Bunda memasuki kamar Sean.

Sean tersenyum, hatinya menghangat. Apapun penyesalannya di masa lalu Sean gak pernah menyesal lahir dari rahim seorang ibu yang sempurna.

"Thank you, Bunda"

Bunda duduk di kasur Sean, memberikan paper bag yang membuat Sean terngaga dibuatnya.

"Oh my god! Bunda, are you serious?"

Bunda mengangguk tersenyum, "of course, anything for my son"

"Waaahhh" Sean membuka paper bag nya lalu unboxing isi di dalamnya.

Itu jam tangan rolex yang Sean taksir sejak lama, Sean bisa aja, sih, beli sendiri tapi Sean masih mikir-mikir dulu karena harganya yang seharga mini cooper Lisa.

"Bunda, maafin Abang, ya, umur segini belum bisa buat Bunda bangga.

Bunda mengelus rambut Sean, "Abang, jangan jadiin umur sebagai patokan pencapaian. You always make me proud, dengan kamu yang nggak macem-macem, baik sama adik-adik kamu, masih mau nurut sama Bunda, Ayah dan Kakek, it means a lot to me"

Sean menunduk, dengan mendengar Bunda ngomong kayak begitu membuat Sean semakin merasa bersalah.

"Sekarang umur Abang udah 25, jangan bandingin sama pencapaian orang lain. Semua orang punya waktunya masing-masing. Abang cukup fokus dengan pencapaian Abang kedepannya"

Rasanya Sean mau nangis aja tapi dia inget umurnya udah 25 ini gak boleh cengeng.





Keluar kamar Sean tidak melihat adanya tanda-tanda kehidupan dari adik-adiknya. Si kembar pasti lagi sekolah dan kedua adiknya yang lain kuliah.

La FamiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang