Chapter 3

693 154 60
                                    

Mau tidak mau Myungsoo terpaksa mengingat kembali kenangan pahit beberapa waktu lalu.

Dulu ia memiliki seorang adik perempuan yang juga memiliki profesi yang sama dengannya, yaitu seorang ahli biologi.

Adiknya lah yang lebih dulu menaruh minat lebih pada spesies-spesies yang ada di dasar palung Mariana.

Maka suatu hari ia bersama salah satu rekan kerjanya melakukan ekspedisi dan menyelam ke dasar palung Mariana.

Saat itu Myungsoo tidak begitu khawatir karena adiknya dibekali peralatan canggih dan juga ia ditemani seorang ilmuwan jenius bernama Jaebum yang telah berpengalaman karena sebelumnya ia juga pernah melakukan ekspedisi yang sama.

Namun takdir ternyata berkata lain. Selang beberapa jam setelah keberangkatan mereka, Myungsoo mendapat laporan bahwa tim komunikasi tidak bisa mendeteksi keberadaan kapal selam yang ditumpangi adiknya. Komunikasi diantara mereka pun tiba-tiba saja terputus.

Berhari-hari mereka melakukan pencarian, tapi nihil. Adik Myungsoo maupun si ilmuwan jenius itu tidak dapat ditemukan lagi.

Dan sebulan kemudian keduanya dinyatakan meninggal.

Myungsoo masih ingat bagaimana terpuruknya dia waktu itu hingga ia sempat memiliki pikiran untuk menyusul adiknya. Toh ia sudah tidak memiliki siapapun lagi di dunia ini.

Namun rencana bunuh dirinya entah kenapa selalu berhasil digagalkan Choi Minho. Temannya itu bahkan menyuruh kekasihnya untuk merawat Myungsoo ketika ia sedang sibuk bekerja di Lab. Tak lupa juga ia memasang keamanan ketat di sekitar apartemen Myungsoo.

"Myungsoo hey?" Jiyeon melambaikan tangannya di depan wajah Myungsoo membuat lelaki itu mengerjap kaget.

"Eh iya kenapa?" tanyanya.

"Tadi aku bertanya soal adikmu, kau tidak ingat?"

"Ah itu ... ya aku memiliki seorang adik perempuan, dan benar dia juga menghilang di palung Mariana," jawab Myungsoo sambil tersenyum pahit.

"Sungguh?" Myungsoo mengangguk pelan.

"Siapa namanya?"

"Jiyeon!"

"Apa? Aku? Hey itu tidak mungkin!" kaget Jiyeon sementara Myungsoo langsung terkekeh pelan.

"Tentu saja bukan kau, tapi nama adikku memang Jiyeon."

"Kebetulan yang menakjubkan!" kata Jiyeon sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Oh ya boleh aku bertanya sesuatu?"

"Apa itu?"

"Kenapa pulau ini berbentuk gelembung? Dan kenapa bisa menjadi pulau tak kasat mata?"

"Aku juga tidak tahu, hal ini jelas tidak bisa dijelaskan dengan ilmu science sekalipun. Terlalu rumit dan ... tak masuk akal?"

"Kau sendiri yang asli penduduk sini bisa berkata seperti itu, apalagi denganku yang baru pertama kali datang ke tempat  aneh ini."

"Sudahlah lupakan saja, toh tidak ada gunanya memikirkan asal muasal pulau ini. Bagaimana kalau sekarang kita keluar cari makan?" Mendengar kata 'makan' Myungsoo sontak memegang perutnya yang memang sudah keroncongan.

"Tapi aku tidak punya uang, dan apa di sini melakukan transaksi dengan uang juga?" Dan Jiyeon lagi-lagi tertawa.

"Tentu saja!" katanya.

Setelah mematikan komputer milik Yoo Seungho, keduanya pun beranjak menuju salah satu cafe yang menurut Jiyeon cocok untuk tamu miskin seperti Myungsoo.

Qoscowana [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang