Assalamualaikum,, direvisi nih, tapi tetep aja hopeless sama tulisan yang ini. Tapi lumayanlah jadi wadah, ngalamun teh aya hasilna, daripada ngalamun, ngahayal teu pararuguh.
Happy reading ya minna-san, kalo ada yang baca.
Belum terlalu lama ini, kau menghubungiku
Kau berkata kau akan menikah
Kau fikir kau harus memberitahuku
Dengan suara yang bergetar
Aku mencoba bersikap keren
Tapi aku tak tahu kenapa
Hatiku terasa sangat sakit
~~~
"piket sendiri?"
"he'eh"
"Asep bantuin ya?"
Asep sering membantuku tanpa ku minta, setelah dia putus dari pacarnya kita memang lumayan dekat.
"Pr kemaren udah dikerjain?"
"Udah, buat minggu depan ini"
"Ajarin Asep ya! soalnya gak ngerti nih"
"Oke!!"
Jam istirahat aku mengajari Asep pelajaran matematika yang belum dia pahami di perpustakaan, ditemani Hadi sahabatnya yang juga rivalku. Aku dan Hadi sering bersaing untuk mendapatkan posisi juara kelas, tapi kita juga sering bekerjasama dalam mengerjakan pr atau tugas kelompok.
~~~
Andai saja saat dia sedang kosong aku berusaha untuk mengisi hatinya, mungkin Ia tak akan kembali pada mantannya. Aku benar-benar hancur dengan kabar pernikahan Asep dengan mantannya Sinta yang juga adik kelas kita.
'apakah ini benar, aku bersedih saat orang bahagia?'
'bukankah seharusnya aku juga merasa bahagia?'
Sudah beberapa hari aku hidup seperti robot, aku hanya melakukan apa yang harus ku lakukan, bekerja, makan, mandi, sisanya aku hanya mengurung diri di kamar.
Namaku Neneng Afifa atau bisa dipanggil Eneng, Aku bekerja di sebuah firma arsitektur. Bapakku Afif Ramly seorang pimpinan proyek yang sering bekerjasama dengan firma tempatku bekerja sekarang. Tapi aku bekerja di tempat ini bukan dengan cara nepotis. Aku tinggal di Kota Bandung bersama Bapak dan Ibuku yang bernama Husnaeni.
Hadi menjemputku ke rumah pada hari pernikahan Asep, sementara aku masih saja mengurung diri di kamar. Aku enggan datang.
Knock.. knock...
"Neng keluar!!"
"patah hati sih patah hati, tapi kan yang mutusin buat gak pernah pacaran siapa?"
"katanya gak mau mendekati zina? Sekarang nyesel?"
"kamu nyesel ngejauhin larangan Allah?"
Hadi terus saja berkata sambil mengetuk-ngetuk pintu
'aku bukannya nyesel, aku cuman gak siap liat Asep bersanding sama orang lain'
aku hanya menjawab dalam hati.
"Ayo dong, jangan jadi pengecut. Bukannya dulu Kamu jago ngendaliin perasaan?"
"Ayo dong Neng. Buka pintunya!!"
Aku masih juga tak membalas Hadi.
"Udah deh nangis aja sono,Hadi berangkat sendiri aja"
Hadi marah, kalau Hadi marah dia bisa diemin aku berbulan-bulan. Aku gak mau didiemin sahabatku ini. Akhirnya aku membuka pintu.
"Masih idup?"
'Sial, aku dikejain dia cuma pura-pura ternyata'
Aku membuka pintu kamarku dan Hadi melihat penampilanku yang amburadul.
"Tungguin, jangan tinggalin!"
"Buruan dandan sana!"
Aku bersiap-siap secepat kilat, tadi aku melihat Hadi mengenakan stelan coklat. Jadi aku memilih dress warna coklat juga dan kerudung orange bercorak coklat, aku ambil sepatu dengen heels yang tidak terlalu tinggi. Aku gak jago pake high heels jadi aku pakai yang pendek saja. Ku poles wajahku dengan make up, aku juga harus menutupi mataku yang agak bengkak.
Tak banyak yang tahu kalau aku menyukai Asep, hanya Indi dan Hadi tempatku curhat. Indi telah menikah dan sudah memiliki putra berusia 2tahun –Ia tidak lanjut kuliah. Aku dan Hadi kuliah di tempat berbeda dan jurusan berbeda. Jika aku mengambil jurusan teknik arsitektur, Hadi memilih jurusan teknik informatika dan sekarang kita bekerja di tempat yang sama.
"Buruan ih, tinggalin nih"
"Bentar atuh, gak sabaran ih"
Setelah memoleskan lipstick aku langsung keluar dengandandanan yang sudah rapi. Kita pamit pada orangtuaku lalu berangkat ke resepsipenikahan Asep.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asep Bukan Untuk Eneng
RomanceInginku mengukir namamu di hatiku Namun sang pemilik pena kehidupan tak menulis namamu di lauhul mahfudz Izinkan ku menulis namamu dalam sebuah kisah fiksi.