Your Wedding

71 5 0
                                    

Aku hanya satu diantara banyak yang datang untuk mengucapkan selamat padamu

Hal ini adalah hal yang pernah aku impikan untuk bersamamu

Tapi saat ini

Pernikahanmu

Akankah aku benar-benar bisa melihatmu

Aku memikirkan tentang itu berulang

Tapi kau sedang terseyum dengan cerah padaku

Itu bagus bahwa aku datang

Aku senang aku bisa mengucapkan selamat padamu

~~~

"Mau ke mana?"

"Tempat fotokopi"

"Ikut"

"Mau motokopi juga?"

"Ngga, nganter doang J"

Asep memamerkan senyumnya membuat hatiku berdebar, kembali ke kelas kami berdua langsung disoraki teman-teman satu kelas

"cie.. cie.."

Begitu riuh hingga membuat mukaku memerah –aku dapat merasakannya dari pipiku yang menghangat.

Aku sudah menyukai Asep sejak kelas x, walau ada berbagai hal terjadi, perasaanku padanya tak bisa hilang. Asep pernah jadian dengan cewek yang 'begitulah' yang aku pikir gak pantas untuk bersama lelaki sebaik Asep. Asep juga pernah 'menembak' Indi sahabat terdekatku.

Apa kalian bisa bayangkan, bagaimana rasanya orang yang kita sukai menyatakan cinta pada sahabat yang kita sayangi seperti adik kita sendiri. Aku ingin memilki asep. Tapi aku tak berani pacaran.

Aku selalu memperhatikan dia saat latihan PASKIBRA atau voli, mungkin banyak siswa yang malas untuk upacara bendera. Tapi aku selalu semangat karena Asep menjadi pengibar bendera, dia terlihat sangat gagah.

~~~

Pesta pernikahan ini seperti ajang reuni bagi kita, Indi datang dengan Suaminya sayang anaknya tak diajak. Ada Jamal datang bersama kekasihnya Sofi –Jamal adalah orang yang paling kocak di kelas. Rezki juga ada, dia masih Pamannya Asep. Sepupuku Aisyah juga datang –kita satu sekolah walau beda kelas.

Asep, Hadi, Jamal dan Rizki adalah 4sekawan. Mereka juga membentuk band dan sekarang mereka akan tampil. Mereka menaiki panggung. Hadi sebagai drumer, Jamal gitar, Rizki gitar dan Asep bass sekaligus vokal. Dulu band mereka bernama 26, karena 2=b, 6=f, bf=best friend.

Mereka menampilkan lagu Sepanjang Hidup milik Maher Zain sambil sang vokalis terus saja menatap mempelainya. Aku mengalihkan perhatianku dengan mencoba berbagai macam makanan, Indi terus saja memandangiku. Dia yang paling tahu bagaimana perasaanku pada Asep, tapi dulu Ia menolak Asep bukan karena aku.

Tak terasa sudah 1,5jam kita di sini, waktu yang cukup lama untuk sekedar kondangan, sudah pukul 21.00 aku meminta Hadi untuk mengantarku pulang. Kita sedang di lahan parkir, kita menaiki motornya, aku memakai helm yang membuat kerudungku acak-acakan.

"Di, nanti di jalan aku mau teriak, jangan kaget ya!"

"teriak aja, keluarin semua kekesalan kamu"

Jam segini jalanan tak begitu ramai, hanya ada suara beberapa kendaraan. Suara mesin motor Hadi cukup kencang, jadi jika aku teriak mungkin suaranya tak akan begitu keras.

"AAAAAAAAAAAAAAAAA.." aku berteriak sekencang-kencangnya sampai tak ku sadari ada air mataku yang keluar.

Kita berhenti di pekarangan rumahku. Lantas kita turun dari motor.

"Rapihin dulu tuh muka, entar Ortumu khawatir lagi"

Aku memperbaiki penampilanku dengan melihat melalui spion motor Hadi.

"Gak usah mampir yah, udah malem, entar jadi fitnah"

"Ngusir nih?"

"Iya, hush.. hush.."

"Pulang ya!"

"Iya, hati-hati, sampai jumpa besok"

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"    

Asep Bukan Untuk EnengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang