Setelah reuni itu aku jadi memikirkan kata-kataku sendiri, saat sedang berbicara dengan Asep
"...Neng yakin Sinta yang terbaik buat Asep dan Nengpun bakal dapetin yang lebih baik"
"Bukan masalah baik atau enggak, ini tentang tepat atau tidak. Asep emang orang baik tapi belum tentu kita bisa cocok jika kita lebih dari teman"
Jika Sinta adalah yang terbaik untuk Asep apa mungkin Kak Syahid orang yang baik untukku? apa dia merupakan orang yang 'tepat' itu?
CVnya sudah ku baca, kitapun mulai akrab di pekerjaan. Ia juga dekat dengan Hadi, dan Hadi sering mengeluh padaku karena Kak Syahid selalu menginterogasi Hadi menganaiku. Hadi terkadang curhat padaku kalau Ia merasa seperti Mak Comblang.
Kak Syahid selalu makan siang dengan bekal yang dibawanya sendiri. Aku ingat, dia kan suka pilih-pilih makanan, jika aku menikah dengannya mungkin aku harus lebih mempelajari lagi mengenai gastronomi. Kata Hadi bekal yang dibawa Kak Syahid adalah masakan buatan Ibunya. So sweet sekali anak laki-laki dekat dengan Ibunya.
Aku meyakinkan diriku untuk mengiyakan keinginan Bapak untuk menerima perjodohan ini.
***
"Jadi kapan mau nentuin tanggalnya?" pertanyaan Tante Humaira, Ibu Kak Syahid.
Saat ini kita tengah makan malam bersama keluarga Hikmawan di sebuah restoran.
'Udah nanya tanggal aja, baru juga nyetujuin beberapa hari lalu' komentarku dalam hati
Kita langsung berbicara serius, karena suasananya sepi. Yang memang saat ini kita berada di ruangan privat.
"Putri saya ini punya cita-cita nikah tanggal 1 dzulhijah"
"Apa gak terlalu lama, sekarangkan baru bulan rajab, berarti lima bulan lagi. Niat baik sebaiknya jangan ditunda-tunda" kata Pak Izzudin
"Bulan syawal aja. Tanggal 1 dzulhijjah memang hari di mana Siti Fatimah dan Sayyidina Ali Ra menikah. Tapi Rasulullah menikah dengan Siti Aisyah Ra di bulan syawal, kalau bulan syawal kan gak terlalu tergesa dan nunda juga" Kak Syahid mengemukakan pendapatnya
"Boleh tuh"
"Uhukk" aku tersedak, ini lagi Ibu main setuju-setuju aja
'makin maju aja nih' aku berpendapat dalam hati
"Pelan-pelan Neng, nih minum" Tante Humaira menyodorkan air minum padaku
"Makasih.. Tante"
"Jangan Tante dong panggilnya, Umi. Biasain ya!"
"Keberatan Neng?" Kak Syahid bertanya
"Gak papa, Neng setuju aja"
"Ya udah segala sesuatunya biar nanti Umi yang atur, tinggal atur tanggalnya saja"
Makan malam yang aku kira cuma pertemuan silaturahmi,malah jadi rapat penentuan tanggal pernikahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asep Bukan Untuk Eneng
RomanceInginku mengukir namamu di hatiku Namun sang pemilik pena kehidupan tak menulis namamu di lauhul mahfudz Izinkan ku menulis namamu dalam sebuah kisah fiksi.