Ananda pov
3 bulan sudah berlalu semenjak perpisahan kemarin. Sekarang aku sedang duduk di bangku SMA dengan teman-teman baruku.
Sangat berbeda memang rasanya jauh dari sahabat. Tapi ini lah yang harusku jalani, menuruti kata Ayah dan Bunda.
Aku sedang mengerjakan tugas harian yang di berikan guru saat materi sudah selesai.
Kebiasaanku ketika mengerjakan tugas tidak ada yang boleh menggangguku. Sekali ada yang menggangguku maka akan dapat tatapan tajam dariku.
Namun berbeda ketika mengerjakan tugas dengan para sahabatku, ada tawaan, candaan, sedih dan senang bersama. Semua itu berubah ketika Ayah dan Bundaku membawaku ke Bandung.
Tapi apalah daya aku, hanya bisa menuruti kata mereka. Selesai mengerjakan tugas seperti biasa aku slalu sibuk dengan tugas-tugasku yang lain. Aku menyibukan diriku dengan hal-hal yang membuatku lupa akan masalahku.
Lebih baik menyibukan diriku dengan tugas-tugas sekolahku dari pada terus memikirkan masalah.
Aku lebih tertutup pada kedua orang tuaku semenjang perpisahan itu. Yah... Aku tau itu salah, tapi mau bagaimana lagi. Di sini aku belum mendapatkan teman seperti sahabat-sahabatku.
Mereka ada di saat aku senang maupun sedih, tapi temanku di sini ada saat aku senang saja. Saatku membutuhkannya malah menghilang entah kemana.
Maka dari itu aku hanya memilih menghindari mereka. Menunggu teman yang setia padaku seperti sahabatku di jakarta.
Tidak ada komunikasi di antara aku dengan sahabatku lagi. Hanponeku yang lama rusak, kartuku hilang, semua akun sosmedku ada di Hanpone yang rusak. Aku baru membelinya 2 bulan yang lalu, aku hanya berfikir 'kalau memang ditakdirkan untuk dipertemukan lagi, pasti suatu saat akan bertemu, meski dengan sengaja atau tidak di sengaja' hanya kata-kata itu yang ada dipikiranku.
Aku tidak ingin membuat akun sosmed seperti dulu, aku hanya ingin menghubungi orang tua atau temanku melalui sms atau telpon.
Dan 2 bulan itupun ada laki-laki playboy yang mencoba mendekatiku. Namun alhasil dia hanya mendapatkan pukulan dari tanganku yang mengenai pipinya hingga berubah menjadi membiru.
Aku tidak ingin mengenal lelaki manapun. Aku ingin sendiri aku hanya ingin ada teman wanita di sekitarku bukan laki-laki.
"Gue udah bilang berapa kali sama lo sih hah? Jauhin gue, sebelum lo dapet tonjokan lagi di pipi lo!!" ucapku marah pada lelaki yang ku sebut playboy.
"Gue mau berubah, asalkan lo mau jadi pacar gue" pintanya memohon. "Please nan, kasih gue kesempatan buat deket sama lo, gue gak akan nyakitin lo seperti gue nyakitin wanita-wanita lain" ucapnya memohon lagi.
"Kalo lo mau berubah yah berubah aja, gak usah mohon-mohon sama gue buat nerima lo masuk dalam kekehidupan gue" jawabku geram."permintaan terakhir gue..... Lo jauhin gue, percuma lo deket sama gue, karna gue cuma mau deket sama cewe, kalo urusan pacar atau jodoh itu biar tuhan yang nentuin, lagian juga gue gak mau pacaran" kataku panjang lebar supaya dia tau.
"Ywdh kalo itu mau lo nan, tapi gue mohon sama lo, kalo gue gak boleh jadi pacar lo seenggaknya lo bolehin gue jadi temen lo" mohonnya padaku. "Gue janjji gak bakal bikin lo ngerasa sendiri, gue bakal ada disaat lo seneng maupun sedih, seperti sahabat lo nan"
DEG
Tau dari mana dia tentang persahabatan aku sama mereka? Apa dia mencari tau tentang aku dan sahabatku secara diam-diam? Aku menjadi pusing mencerna kata-kata lelaki itu.
"Maksud lo apa Rangga?" tanyaku pelan sambil menahan tangisku. Iyah lelaki itu bernama Rangga yang di juluki lelaki palyboy oleh Ananda.
"Gue udah tau tentang persahabatan lo yang gak bisa dipisahkan, gue mau mengembalikan senyum lo yang dulu sempat hilang,sekarang izinin gue buat bikin lo senyum terus dan gue juga mau memperbaiki hidup gue, kelakuan gue, sikap gue, karna lo yang buat gue jadi mau berubah" aku hanya diam mendengarkan kata-kata yang keluar dari mulut Rangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERITAKU
روحانيات-Anatasya Alviana -Aldo syarief pratam -Ananda tasya Alvia pratama