06 - Model

30 7 0
                                    

"Kat," Panggil Kitkat.

"Hmm?"

"Gue udah empat hari ini pake baju yang sama. Lo nggak ada niatan gitu buat beliin gue baju?" Tanya Kitkat sambil memandang Katty dari atas ranjang.

Katty yang sedang asyik membersihkan komedo di area hidungnya, segera berhenti dan menoleh ke tempat Kitkat. Diamatinya cowok yang duduk bersila di atas ranjang. Iya juga ya, udah empat hari dia nggak ganti baju.

"Em, bener juga sih." Katty menaruh alat pemencet jerawat.

"Jadi lo mau beliin gue baju?" Mata Kitkat berbinar.

"Nggak." Jawab Katty singkat.

"Kampret lo!" Kitkat memanyunkan bibir.

"Uang saku gue tuh nggak banyak. Dan gue diposisi menghidupi gue sendiri dan elo. Ya jadi gue belum bisa beliin lo keperluan dong. Buat makan berdua aja belum tentu uangnya cukup."

Kitkat lantas diam. Bener juga sih, selama ini dia numpang hidup di kosan Katty. Udah gitu tiap kali makan suka minta porsi kuli. Lauknya kalo bisa ada makanan berprotein (re: ayam/daging). Dan selama empat hari ini, Katty nggak protes masalah menu makanan Kitkat. Padahal jika diliat-liat, menu makan Katty lebih vegetarian alias banyak sayurnya. Dan dilihat dari rentang harga, ya jelas lebih murah harga makanan milik Katty per porsinya. Kitkat jadi ngerasa nggak enak.

"Em, gue cari kerja kali ya?" Ucap Kitkat pelan.

"Nggak usah. Kalo lo keluar dari kamar pake wujud manusia, adanya anak kos pada takut dan histeris. Lagian kan lo nggak sepenuhnya tiap hari bisa jadi manusia. Sehari aja paling nggak 8-10 jam lo bisa bertahan dalam bentuk manusia." Tutur Katty dan mengambil alat pencet komedonya.

"Em, iya juga sih. Tapi gue nggak enak sama lo, Kat." Ucap Kitkat.

"Udah, lo santai aja. Bulan depan deh gue beliin perlengkapan buat lo sekalian baju. Untuk sekarang, em, lo sabar dulu ya pake baju yang sama, hehehe..." Katty tertawa kecil.

Mendengar ucapan Katty barusan, Kitkat semakin merasa nggak enak. Ya jelas dia ngerasa nggak enak sama cewek itu, karena dia itu cowok. Tapi sayangnya nggak bisa apa-apa buat nggak ngerepotin Katty. Dia juga malu sih sama dirinya sendiri karena selama ini kebutuhannya selalu dipenuhi Katty, terutama kebutuhan makan. Kitkat pun menghela napas.

Katty menoleh dan menatap Kitkat saat mendengar helaan napas cowok itu. Why?

"Kenapa Kat?"

"Maafin gue ya. Gue banyak bikin lo susah. Udah lo hidup pas-pasan dengan uang saku sama beasiswa Bidikmisi lo yang cairnya ternyata tiga bulan sekali. Gue sebenernya nggak pengen juga membebani elo kayak gini, Kat." Kitkat menunduk dan memandang lantai kamar Katty.

"Idih, biasa aja kali, Kat. Gue emang terbebani sih, tapi serius nggak papa." Katty kembali ke posisinya dan sibuk memencet hidung agar komedonya keluar.

"Enggak, Katty, gue bakalan tetep bekerja supaya gue nggak membebani elo lebih lama. Malu juga sama otong gue, Kat. Gue cowok tapi malah membebani cewek."

Ini nggak ada istilah lain selain 'malu sama otong' napa???

"Hmm..." Katty keliatan berpikir. "Kalo elo maunya gitu, terus lo kerja apa dong yang sesuai dengan keterbatasan lo saat jadi manusia?"

Kitkat memasang senyumnya lebar.

"Model."

***

Kitkat mengusap kepalanya yang baru saja dijitak keras oleh Katty gara-gara mengatakan ia akan bekerja menjadi model untuk mendapatkan uang sehingga bisa menghidupi kebutuhannya. Kesal karena Katty memukulnya, lantas cowok itu mendengus menatap satu-satunya perempuan dalam ruangan itu.

Katty dan KitkatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang