Four: Kenapa?

203 13 2
                                    

Maudy sedari tadi hanya diam saja di dalam mobil. Anta melihat adiknya itu dengan dahi mengkerut.

Aneh.

"Dek, lo kenapa sih daritadi diem aja?" Tanya Anta. Pasalnya, Anta bingung kenapa adiknya berubah 180°.

Maudy yang cerewet berubah menjadi pendiam.

"Kenapa gimana? Gue daritadi biasa aja kok." Maudy membalas pertanyaan Anta dengan malas.

"Kalo ada apa-apa, cerita sama gue ya!" Anta pun kembali fokus kepada jalanan di depannya.

👣👣👣

Keesokan harinya, Maudy datang ke sekolah pagi-pagi sekali. Ia hanya ingin menjernihkan pikirannya.

Maudy melamun di kelasnya. Kelasnya masih sepi.

"Apa gue baper ya, sama cowok itu?" Maudy bertanya kepada dirinya sendiri. Ia berpikir sejenak.

"Tapi, ya gak mungkin banget lah. Orang dia udah masuk kedalam daftar Blacklist gue." Maudy menggumam sendiri.

"Mungkin aja. Karena kita gak pernah tau takdir kita itu gimana." Tiba-tiba, ada suara seorang cowok yang membuat Maudy mendongakkan kepalanya.

Maudy tersentak kaget.

Ya, cowok itu adalah Ray.

"Lo kok udah dateng? Ini kan baru jam enam kurang?" Maudy bertanya kepada Ray. Ray hanya menggumam saja.

"Lo sendiri? Udah dari jam berapa disini?" Tanya Ray.

"Setengah enam kurang."

"Ngapain aja disini?" Ray bertanya lagi kepadanya membuat Maudy celingukkan.

Tidak mungkinkan ia jujur? Mau ditaruh dimana muka Maudy.

"Bukan urusan lo." Maudy menjawab dengan sedikit berteriak.

"Yakin bukan urusan gue?" Tanya Ray lagi.

"Bukan. Jangan ge-er makanya." Maudy memutar bola matanya.

"Bener?" Ray mendekatkan wajahnya ke wajah Maudy untuk melihat wajah cewek itu dari dekat.

Manis.

Itulah kata Ray dalam hati.

"I-i-iya. Udah ah sana, jauh-jauh!" Maudy mendorong wajah Ray untuk menjauhi wajahnya.

"Gitu aja udah BAPER. Dasar cewek!" Ray pun kembali ke posisi duduknya yang semula.

"Stop bilang gue baper!" Perintah Maudy.

"Hmm."

👣👣👣

Bel masuk pun berbunyi. Murid-murid kelas X-IPA-2 sudah duduk di bangkunya masing-masing

Pelajaran pun berlangsung dengan tertib.

Beberapa jam kemudian, bel pulang pun bVanilla.. Murid-murid berhamburan keluar kelas masing-masing.

Tiba-tiba, langkah Maudy terhenti karena ada yang memegang tangannya.

"Pulang bareng gue." Ray mengucapkan itu dengan nada dinginnya. Ya, orang yang memegang tangan Maudy ialah Ray.

"Mau ngapain?"

"Gak ngapa-ngapain."

"Kalo gak mau ngapa-ngapain, ngapain ngajak pulang bareng?" Tanya Maudy kesal.

"Udah sih, ikut aja!" Perintah Ray.

"Hey, kalian lagi ngapain? Pegangan tangan segala lagi!" Sebuah suara muncul dari balik punggung Maudy.

Me And My BrokenheartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang