6th : Weird Feeling

166K 11.2K 161
                                    

“TERUS KITA HARUS GIMANAAA?!” pekik Valen.

Sontak aja gue nutup kedua telinga gue. “Gak perlu teriak-teriak gitu juga kali.” omel gue.

“AAA GUE GAK MAU KEKUNCI SAMA COWOK DATAR TANPA EKSPRESI PLUS NYEBELIN KAYAK--”

Gue ngebekap mulut Valen sebelum cewek itu teriak-teriak gak jelas lagi.

“Diem,” gertak gue. Bisa gue rasain bibir Valen mengerucut. Dengan kesal gue ngelepasin bekapan gue. “bisa buntu otak gue kalo lo teriak-teriak mulu.”

“Terus, kita harus gimana?” tanya Valen pasrah.

“Ya mana gue tau. Dan satu lagi, gak ada kata ‘kita’. Lo ya elo, gue ya gue. Pikirin cara masing-masing buat keluar dari sini.” kata gue datar.

“Ih, masa gitu sih? Kita kan kekuncinya barengan, ya keluarnya juga harus barengan elah.”

“Bodo amat.” gue duduk di kursi yang gue dudukin tadi dan memeriksa laci mejanya. Siapa tau, iPhone gue ada disana.

“Vanooo! Jahat banget sih.” gerutu Valen.

“Baru tau?” tanya gue datar. Yes, akhirnya iPhone gue ketemu. Gue ngegeser layar iPhone gue dan--

Damn, batrenya low.

“Lo dobrak kek pintunya,” rengek Valen.

“Pintunya cuma bisa didobrak dari luar,” ucap gue datar. “lo bawa HP gak?”

“HP?” Valen membeo. “Sial, gue lupa bawa HP!” gerutu Valen setelah memeriksa saku rok dan tasnya.

Gimana caranya gue bisa keluar?

“Disini gak ada jendela atau ventilasi atau apa gitu?” tanya Valen sambil memperhatikan sekeliling.

“Gak.” jawab gue datar.

Ruang musik emang tertutup dan kedap suara, jadi gak ada jendela atau ventilasi atau-- tunggu, satu-satunya ventilasi yang ada di ruang musik adalah ventilasi yang ngehubungin ruang musik sama rooftop. Alhamdulillah, akhirnya gue bisa keluar dan gak kejebak lama-lama sama cewek ini.

Gue ngambil tangga dan nyenderin ke salah satu sisi yang ada di ruangan musik.

“Ngapain lo?” tanya Valen heran.

“Terserah lo mau ikut gue apa engga, yang jelas gue mau keluar dari sini.” ucap gue datar.

“AAAA GUE IKUT!” pekik Valen.

“Udah gue bilang jangan teriak-teriak.” gertak gue.

Mulut Valen mengatup rapat. “Galak banget,” desisnya pelan.

Kalo dipikir-pikir, gue kan cowok, gak mungkin juga gue ninggalin cewek sendiri dalam keadaan terkunci.

“Lo naik duluan, biar gue pegangin tangganya.” perintah gue.

“Iya, iy-- EH, SERIUS NIH, GUE BOLEH IKUT?” pekik Valen.

“BERISIK WOI.” gertak gue. “Udah, cepetan naik!”

----------

“Bantuin gue naik!” perintah gue.

“Iya, iya. Sabar napa,” Valen bersungut-sungut. “pegang tangan gue, cepet!” perintah Valen begitu tangannya mengayun di udara.

Gue ngeraih uluran tangan Valen. Dan... akhirnya gue sampe di rooftop.

TomfooleryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang