10th : Drama

158K 10.3K 416
                                    

Gue ngeberesin buku-buku gue.

“Oi, cepetan, yang lain udah pada nunggu!” seru Vano di ambang pintu.

“Ya tunggu sebentar.” ucap gue.

Hari ini, kelompok gue bakal latian drama di rumah gue.

“Cepetan.”

“Iya bawel,” gue bersungut-sungut.

“Jadi… lo pacarnya Valen?”

Suara itu.

“Ya,” jawab Vano singkat. “kenapa?” tanya Vano datar.

Gue cepet-cepet keluar dari kelas.

“Ngga pa-- eh, hai, Valen!” sapa Dylan sok ramah.

“Apa?” tanya gue ketus.

“Haha, pacar lo cakep juga.” Dylan tertawa kecil.

Rencana apa lagi yang lo buat, Dylan?

“Baru tau?” jawab gue ketus. Pandangan gue beralih ke Vano yang ngelirik gue. “Yuk kita pergi, Van. Males gue lama-lama disini.”

“Yuk.” jawab Vano singkat.

----------

“Gila, rumah lo keren banget, Val.” puji Varo.

“Kayak rumah yang ada di sinetron-sinetron.” puji Hanna.

“Lebay lo, Han.” kata gue.

“Ih serius.”

“Rumah lo juga segede ini juga kali, Han.” ujar Mauren.

Little bit smaller.” jawab Hanna.

“Jadi… kita gak ditawarin minum?” tanya Bagas yang dihadiahi jitakan oleh Gerry.

“Gak sopan banget jadi tamu,” nasehat Gerry.

Gue gak terlalu kenal sama mereka. Yang gue tau mereka cukup populer di AIS. Gerry itu semacam Vano. Pendiem-pendiem gimana gitu. Kalo Bagas lebih kayak Varo. Dan dia itu satu-satunya playboy AIS yang ngambil ekskul jurnalistik.

“Hehe, maaf deh, maaf.” gue nyengir sebelum akhirnya masuk ke dapur.

“Vano kemana deh?” tanya Mauren.

“Masih di mobil kayaknya.” jawab Bagas.

“Nih.” ucap gue sambil ngeletakin nampan di atas meja.

Beberapa menit kemudian, Vano masuk ke dalam rumah gue.

“Nah, akhirnya cowoknya Valen dateng juga.” kata Hanna.

“COWOK?!” seketika mata Varo dan Mauren membulat.

“Iya, cowok!” jawab Hanna.

“Ma-- ma-- ma-- maksudnya?” tanya Mauren sambil bersusah payah menelan air ludahnya.

“Gak usah lebay gitu juga, Ren.” gue terkekeh pelan.

“Kalian…” Mauren mandang gue dan Vano bergantian dengan tatapan gak percaya.

“Kalian pacaran?” tanya Varo dengan kerutan yang dalam di keningnya.

“Emangnya kenapa sih?” tanya gue risih.

“KALIAN JADIAN?!”

Gue melirik Vano dan terjadilah telepati melalui tatapan mata di antara kami.

TomfooleryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang