Selama beberapa menit kami bertahan diposisi yang sama. Pipi Valen memerah. Lucu. Eh, gue bilang apa?
Valen mendehem lalu mengambil ancang-ancang untuk berdiri. Tapi, tangan gue berkehendak lain. Dengan posesif, tangan gue meluk pinggang Valen. Meluk Valen berasa meluk… Kensa, tau gak?
Valen tersentak dan menatap gue takut. “Ken-- kenapa?”
Gue mengerjap-ngerjap sesaat. Apa yang gue lakuin? Gue-- gue meluk Valen? Bisa kegeeran tuh cewek.
Dengan gaya sok cool gue ngelepasin pelukan gue dan membiarkan Valen berdiri.
Gue berdiri dan mengusap muka gue. Kenapa akhir-akhir ini gue jadi sering nyama-nyamain Valen sama Kensa, ya? Jelas-jelas mereka beda.
“KAK VALEN! GUE PULANG!” teriak sebuah suara cempreng.
“Nah, adek gue udah pulang.” kata Valen sambil berjalan dengan pincang menuju ruang tamu. Gue ngekor dibelakang.
“Lama banget sih lo.” omel Valen.
“Hehe, maaf, Kak.” kata adeknya Valen. “Kan belajar buat UN, biar taun depan gue bisa masuk Angkasa International School.”
Cewek kayaknya, suaranya aja cempreng gitu.
“Oh, yadeh. Eh, Nad. Kenalin nih temen gue, namanya Vano.” kata Valen setelah adek ceweknya masuk ke dalam rumah.
Cewek yang kira-kira setinggi Vina itu mendongakkan kepalanya. Matanya membulat seketika.
“Kak Vano, kan? Kakaknya Deviona?” tanyanya.
Gue mengerutkan kening. “Kok tau?” tanya gue.
“Waktu itu kan lo pernah nganterin Vina ke rumah gue! Hari terakhir liburan.” jawabnya dengan semangat.
Pikiran gue menerawang. Ngejemput Vina, hari terakhir liburan, rumah cat abu-abu... gue inget!
“Anjir! Cogan cogan cogan!”
Kata-kata itu terlintas di pikiran gue. Oh, jadi salah satu temennya Vina waktu itu… adeknya Valen?
“Oh yang itu.” jawab gue datar.
“Kenalin, Kak, gue Nadya, sahabatnya Vina!” ucap adek Valen dengan semangat.
“Gak usah lebay.” komentar Valen.
“Ih, Kak Valen mah ngiri aja! Cogan nih, Kak!”
“Malu gue punya adek kayak lo, Nad.” bisik Valen seraya menutup mukanya dramatis.
“Gue juga malu punya kakak kayak lo.” Nadya mencibir.
“Ngomong-ngomong… berdua aja nih?” tanya Nadya ragu.
Gue dan Valen saling ngelirik.
“Gak ada sesuatu yang terjadi, kan?” tanya Nadya horror, yang dihadiahi jitakan oleh Valen.
“Sembarangan lo!” omel Valen.
“Aduduh, sakit, Kak! Gue kan cuma bercanda.” ringis Nadya seraya mengelus-elus pundak kepalanya.
“Gue pulang dulu.” ucap gue datar.
“Bye, Kakak Kece!” seru Nadya.
“Yaudah sana pulang, hush hush.” usir Valen sambil cekikikan.
Gue memutar bola mata seraya berjalan ke arah mobil.
“Ih, Kakak! Cogan kayak gitu kok disia-siain.” omel Nadya.
Walaupun gue udah duduk di dalem mobil, samar-samar gue masih bisa ngedenger percakapan mereka.
“Tau ah. Terserah lo, Nad.” bisa gue liat, Valen masuk ke dalam rumah sementara Nadya nunggu mobil gue ilang dari pandangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tomfoolery
Dla nastolatków•Completed• Devano Michiavelly. Cowok cuek yang ternyata bisa memasak dan hobi menulis diary. Apapun rela dilakukannya agar rahasianya aman, termasuk menjadi pacar gadungan dari cewek paling menyebalkan seantero sekolah, disaat ia masih dalam masa...