3

15 4 0
                                    


Dunia [baru] Canna

E

njoy!

Sudah berlalu tiga hari setelah Kenzo memintanya untuk dinner. Ya mereka memang dinner. Tapi jangan bayangkan dinner romantis seperti yang sering kalian baca dinovel. Dinner yang penuh kejutan. Apalagi adegan ketika tokoh pria yang berlutut dihadapan wanita dengan se-bucket bunga indah ditangannya. Karena semua itu jauh dari ekspetasi.

Karena dinner yang mereka jalani hancur. Mulai dari mobil Kenzo yang mendadak mogok. Sehingga mereka harus berjalan untuk mencari taxi. Hujan yang mendadak turun dengan derasnya yang membuat mereka harus berlari untuk mencari tempat berteduh. Sialnya lagi heels Canna yang terlepas saat mereka berlari. Tidak hanya disitu. Tetapi mereka sempat diusir oleh satpam restoran karena penampilan mereka. Setelah terjadi perdebatan panjang akhirnya baru mereka diberi masuk.

Rasanya takdir belum puas dengan kesialan yang mereka alami hari itu. Makanan yang sebelumnya telah dipesan Kenzo jauh hari sudah dibersihkan dengan alasan mereka terlambat hampir 2 jam. Pelayan itu fikir orang yang telah memesan meja itu tidak jadi datang maka dari itu pelayan itu telah membereskan meja itu sekitar setengah jam sebelum kedatangan mereka.

Ya sebenarnya Kenzo telah memesan tempat ini jauh hari untuk merayakan Anniversary dirinya dengan kekasihnya. Sayangnya hubungan mereka telah usai sehari sebelum hari itu terjadi.

Walaupun dinner mereka hancur parah. Mereka tetap menikmati itu. Menikmati setiap detik kesialan yang mereka alami malam itu. Tawa mereka seakan tidak pernah terputus jika mereka kembali mengingatnya. Dan setidaknya itu mampu membuat beban di pundak mereka hilang meski hanya sesaat.

Tubuh Canna terbaring diatas tempat tidur dengan mata terpejam. Berada ditempat yang penuh bunga selama berhari-hari membuat tubuh Canna menjadi lemas karena demam dan flu yang dideritanya. Memang Canna selalu meminum obat untuk pencegahan alergi itu, tapi berada dalam sumber utama alerginya selama berhari-hari adalah suatu hal yang memungkinkan dirinya seperti saat ini.

Tok... tok... tok...

Perpaduan suara antara papan kayu dan tangan seseorang membuat Canna sedikit terusik. Bagaimana tidak? Sekarang dia sedang benar-benar lemas, dan suara itu ...

Argh

"Masuk" Titahnya sedikit kesal namun masih dengan mata terpejam.

Cklek

Canna merasakan kasurnya bergerak. Sepertinya seseorang telah duduk ditepi ranjangnya. Tetapi untuk sekedar melihat siapa saja Canna malas. Sampai suara itu mengintrupsinya dan sukses membuat matanya membulat.

"Gue baru tau lo ada alergi bunga" Canna yang terkesiap langsung memperbaiki posisinya menjadi duduk. Dihadapannya sudah ada Kenzo dengan wajah polosnya. Dan itu sungguh membuat Canna geram.

"Ngapain lo dikamar gue!" Sahut Canna sengit sembari memelototi Kenzo.

"Kan lo tadi yang nyuruh masuk, yaudah gue masuk..." Jawabnya santai. Canna hanya mampu merutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia mengizinkan orang lain masuk keruang pribadinya tanpa bertanya dulu siapa dia? Benar-benar gadis ceroboh.

"Nih gue bawain sup jagung" Canna langsung mendongakkan kepalanya melihat sebungkus plastik di tangan Kenzo. Canna langsung merampas plastik itu dan mengeluarkan box berisi sup jagung.

"Laper mba?" Tanya Kenzo dengan maksud meledek karena melihat Canna yang makan dengan sangat lahap. Bahkan dia lupa kalau ada orang lain selain dirinya di ruangan itu.

"Berisik!" Ucap Canna tanpa mengalihkan pandangannya. Gadis itu kembali memakan sup jagung itu. Sepertinya dia benar-benar lapar.

Keadaan hening sampai Canna menyelesaikan makannya dan menaruh box bekas yang isinya sudah berpindah keperut itu keatas nakas."Ngapa lo ngeliatin gue gitu?!"

Bukannya menjawab Kenzo malah terkekeh. Sesaat kemudian pria itu mengambil ponselnya dan menyodorkannya tepat didepan wajah Canna dengan maksud agar perempuan itu dapat melihat pantulan dirinya dilayar Smartphone miliknya.

"Bocah banget sih! Makan aja blepotan"

Melihat pantulan dirinya yang sangat memalukan dengan sisa sup jagung di sekitar bibirnya Canna reflek menarik lengan bajunya dan bersiap untuk mengelapnya. Namun tangannya terhenti karena ulah Kenzo. Pria itu mencekal tangannya.

"Mau ngapai lo?" Tanyanya belum melepas cekalannya.

"Mau ngelap lah. Minggir ah!"

"Jorok banget sih jadi cewek! Tuh...." Bersamaan dengan lepasnya cekalan tangannya sebuah saputangan mendarat diwajahnya. Canna berdecak kesal. Tapi tak urung dia mengambil sapu tangan itu dan membersihkan mulutnya.

"Tuh gue balikin!" Ujarnya santai sembari melempar sapu tangan Kenzo yang telah kotor dengan noda bekas sup jagung. Kenzo terperangah melihat kelakuan gadis dihadapannya. "Eh lo dasar gak tau diri! Bukannya makasih malah ngelempar balik! Mana udah abis lo pake lagi! Dasar gila!"

Kenzo memungut sapu tangan itu yang tadi terjatuh kelantai. Dia kembali memasukkan sapu tangan itu ke kantongnya dengan keadaan kotor. "Nyokap lo belum balik?"

"belum, mungkin lusa baru balik. Ini aja dia udah kelimpungan sendiri waktu dapet kabar gue sakit. Tadinya dia mau langsung balik tapi gue bilang gak usah. Lagian dia juga masih sibuk kayaknya." Canna mengambil bantal disisinya dan memangkunya. Kepalanya ia sandarkan ke kepala ranjang karena masih merasa berat.

"Dia perhatian banget ya sama lo?" Timpal Kenzo seolah takjub dengan sikap over protective Dyan-mama Canna.

"Sama Lantana bukan sama gue"

Deg

Kenzo sangat merasa bersalah karena ucapannya. Bagaimana bisa mulutnya mengeluarkan pertanyaan yang lebih mirip pernyataan itu terhadap Canna tanpa memikirkan posisinya. Astaga. Dia sekarang sangat merasa tidak enak terhadap gadis dihadapannya ini.

"Sorry Can, sumpah gue gak maksud..."

"Santai gue udah terbiasa..."

Hening. Kenzo tak lagi bersuara karena takut salah lagi. Sementara Canna masih merasa lemas jadi dia lebih memilih diam. Sampai suara ringtone ponsel Canna berbunyi menampilkan Id caller My lovely brother

"Hall-" Suaranya terpotong karena suara laki-laki dari seberang sana dengan cepat telah memotongnya.

"Astaga!Lo sakit apa jelek?! Tau gak lo bikin gue khawatir tau... Mana mba Rina baru ngasih tau gue. Lo udah ke dokter belum? Kalo belum cepet gih periksain. Takutnyakan pa-"

"Apaan dah. Bacot kayak cewek! Biasalah alergi gue kambuh, gue udah minum obat kok. Ntar lagi kali mendingan. Lo kapan kesini?"

"Yaampun kirain gue lo sakit parah gitu. kayaknya sekalian nunggu gue lulus deh. Tanggung Na gue kan dah kelas dua belas... btw lo gak masalahkan?"

Canna hanya menanggapi dengan gumaman tak jelas. Dia kesal. Kesal karena Sang kakak menunda kedatangannya sampai 6 bulan kedepan. Padahal baru 3 bulan saja Canna sudah sangat rindu dengan Kakaknya itu.

"Hallo Can... are you okay?"

"Gue capek mau istirahat. Bye!"

Tut

Canna langsung mematikan sambungan telepon secara sepihak. Tidak peduli bahwa mungkin saja Redifa sudah mengomel disana. Dia kesal. Sungguh kesal dengan pria itu.

"Siapa? Pacar lo?" Canna langsung mendelik sinis kearah Kenzo membuat Lelaki itu bergidik ngeri akan tatapan yang Canna berikan.

"Abang gue! Ihhh.... udahlah jangan bahas dia gue lagi kesel sama dia!" Canna mencak-mencak sendiri. Kedua tangannya sibuk menarik sarung bantal secara brutal untuk melampiaskan emosinya.

Seakan paham akan situasi Kenzo lebih memilih bungkam daripada nantinya Canna beralih melampiaskannya kepada Kenzo.

Ada sebersit rasa lega ketika mengetahui bahwa yang menelpon gadis itu adalah kakaknya. Bukan pacar yang seperti tadi dia tanyakan.

Entahlah. Kenzo juga tidak tau sejak kapan rasa ini muncul. Mungkin ketika mereka berpelukan? ah mungkin saja. Yang pasti jantung Kenzo selalu berulah setelah kejadian itu. Mungkin ini terlalu cepat. Kenzo sendiri pun belum yakin dengan perasaannya ini.

Bisakah ini dibilang rasa suka?

°°°

Raantika
Maret 2017

Dunia [baru] CannaWhere stories live. Discover now