04

31.8K 4.2K 118
                                    

Kadang terpaksa menjaga perasaan seseorang yang disayangi bisa menjadi awal memperbaiki. Mengobati rasa yang pernah kecewa....


- Mas Arjuna: Aku dan Mama sampai mungkin sore, siapkan makan malam untuk kami. Ingat! Mama jangan sampai curiga.

Yasmin sedang duduk menunggu kedatangan suami dan ibu mertuanya sambil terus membaca pesan singkat yang tadi pagi dikirimkan Arjuna. Mendapat kiriman seperti itu saja sudah membuat Yasmin bahagia. Dia merasa dianggap sebagai istri. Kemajuan yang berarti, pikirnya.

Yasmin sudah melakukan apa yang ditugaskan Arjuna. Memindahkan barang-barang pribadi Arjuna dalam satu kamar yang sama. Berharap untuk selamanya.

Yasmin juga sudah membeli banyak bahan makanan. Dia mau menjamu sang mama mertua dengan baik. Sebagai tuan rumah, jelas Yasmin bahagia. Karena Beliau merupakan tamu istimewa. Tamu pertama yang berkunjung. Diakui Yasmin, dia memang tidak dekat dengan tetangga sekitar. Terlebih tinggal di sekitar perumahan, semua sibuk dengan kehidupan masing-masing. Yasmin benar-benar kesepian di kota ini.

Suara mesin mobil membuat Yasmin segera berdiri menuju pintu depan. Mereka pasti sudah datang. Yasmin berlari dengan senyum merekah.

"Mama," sapa Yasmin saat sang ibu mertua berdiri di hadapannya. Tersenyum hangat dan Yasmin langsung memeluk sayang. "Menantu Mama kasihan ditinggal sendiri di rumah." Lidia membalas pelukan Yasmin. Arjuna yang baru saja keluar dari mobil hanya bisa diam melihat raut kebahagiaan di wajah Yasmin.

Senyum itu yang membuat Arjuna tersihir pada pandangan pertama. Sama seperti foto yang diberikan sang mama saat awal ingin dikenalkan. Senyum manis tanpa rekayasa. Bola mata bulat Yasmin berhasil mencuri hati Arjuna kala itu.

"Mama sudah omeli Arjuna. Tidak boleh meninggalkan istri seorang diri terlalu lama." Yasmin menggiring ibu mertuanya masuk ke rumah. Dia sempat melirik Arjuna yang sepertinya lebih sibuk mengambil barang bawaan dari dalam bagasi mobil. Yasmin tak berani menyapa. Raut wajah Arjuna menjelaskan tak ingin diganggu.

"Tidak masalah, Ma. Aku terbiasa hidup mandiri sebelum menikah. Jadi tidak takut." Mereka berjalan ke dalam rumah.

"Oh, Mama lupa, kamu memang sudah tinggal sendiri, yah?"

Yasmin mengangguk. "Iya, kalau weekend saja suka menginap di rumah Om Haikal."

Lidia meneliti rumah mereka. "Rumahnya tidak terlalu besar, tapi indah. Mama suka."

"Ini juga contoh rumah yang akan dibangun Mas Arjuna." Yasmin menjelaskan. Arjuna sempat memberi tahu rumah yang akan mereka tempati setelah menikah nanti. Andai waktu bisa diputar, Yasmin mau masa singkat perkenalan mereka diulang.

"Mama sedikit kesal sebenarnya pada suamimu. Ini saja Mama yang paksa. Kalau tidak, minggu depan baru mau pulang." Lidia duduk di ruang keluarga. Pintu jendela terbuka menghadap taman kecil. Rumah yang sangat asri.

"Kamu seharusnya rayu suami kamu agar lebih betah di sini. Walaupun sudah hampir dua bulan menikah, tapi kalian masih layak dipanggil pengantin baru." Yasmin hanya tersenyum kikuk. Pengantin baru hanya dimiliki mereka yang benar-benar mendalami status dengan benar. Sedangkan dirinya dan Arjuna hanyalah dua manusia yang terjebak dalam status itu.

"Mas Arjuna sedang sibuk dengan pekerjaan. Dimaklumi saja, Ma." Saat Yasmin sedang berbicara, Arjuna datang membawa barang milik Lidia. Dia tidak terlalu memedulikan ucapan Yasmin. Arjuna bahkan langsung melewati mereka menuju kamar tamu. Meletakkan barang bawaan sang Mama.

"Mama, barangnya sudah aku masukkan ke kamar tamu. Maaf tidak terlalu besar kamarnya." Arjuna berdiri di belakang Yasmin. Sejak datang belum ada interaksi antara mereka berdua. Dan sudah seharusnya Yasmin yang mengawali. Walaupun tidak ada kecurigaan terlihat dari mertuanya. Arjuna memang dikenal pendiam dan begitu juga Yasmin. Arjuna berbeda dengan dua saudaranya yang lain.

"Mas, mau minum?" Yasmin berdiri lalu berbalik badan menatap Arjuna.

"Dia belum makan, Yasmin. Tadi di restoran sibuk menerima telepon terus," beri tahu ibu mertuanya di belakang Yasmin.

Yasmin menatap mata Arjuna. Suaminya hanya mengangguk seolah menjawab. Di depan sang mama mereka harus bisa membawa diri. "Iya, aku mau makan." Yasmin tahu, itu tindakan terpaksa.

"Aku sudah menyiapkan untuk Mama juga. Ayo, sekalian, Ma." Yasmin langsung menuju ruang makan. Disusul Arjuna yang berjalan bersama ibundanya.

"Arsal dan Adnan apa kabar?" Mereka sudah duduk di ruang makan. Yasmin memang sudah menyiapkan hidangan buatannya. Dia tidak terlalu pandai memasak, tetapi bukan berarti masakannya tidak layak untuk dinikmati.

"Mereka baik dan sibuk dengan kegiatan masing-masing. Nanti kalau tidak terlalu sibuk, Adnan mau ke sini. Kalau Arsal, dia terlalu sibuk mengurusi restoran dan penduduknya." Yasmin terkikik sendiri. Dia sempat mengenal Adnan adik ipar ketiganya yang sopan dan riang. Sedangkan adik ipar keduanya, Arsal sedikit lebih serius walaupun tetap sopan. Berbeda dengan Arjuna yang terkenal ramah. Sayangnya, sikap Arjuna tidak begitu lagi padanya.

Yasmin melirik Arjuna. Akhirnya sang suami mencicipi makanan buatannya. Yasmin menebak, Arjuna pasti menahan gejolak untuk memuntahkan makanan itu. Beruntungnya, karena keberadaan sang mertua, membuat suasana sedikit tenang. Yasmin tak perlu tegang mendapat penolakan Arjuna.

"Masakan kamu enak, Sayang," puji Lidia. "Andai kalian tinggal di rumah." Lagi-lagi Yasmin mencuri pandang ke arah Arjuna. Suaminya masih fokus dengan makanan yang sebisa mungkin dijejali ke mulutnya.

"Kamu bagaimana, Yasmin? Apa ada tanda-tanda isi?" Baik Yasmin maupun Arjuna, keduanya tampak risi.

"Mama ada-ada saja. Baru dua bulan," timpal Arjuna cepat. Yasmin hanya tertawa hambar.

"Bisa saja, dua bulan bukan alasan tak bisa. Kalian ini. Makanya digunakan sebaik-baiknya. Masih pengantin baru, tapi terlalu sibuk." Sindiran itu untuk Arjuna. Yasmin diam memikirkan segala kemungkinan. Mereka pernah melakukan hubungan badan dan kemungkinan terbentuk bisa saja terjadi. Baru dia sadari juga, sepertinya rutinitas tamu bulanan luput dia perhatikan, membuat Yasmin menunduk harap-harap cemas. Dia belum mendapatkan tamu bulanan semenjak menikah. Dia memang mudah lelah akhir-akhir ini, tetapi mungkin karena minim aktivitas yang berarti. Sendiri dengan tempat baru membuat Yasmin melupakan kesehatan. Lalu kalau benar dia hamil, apa reaksi Arjuna? Menolakkah? Arjuna sudah telanjur menganggapnya calon ibu yang kejam, yang dengan tega membunuh benihnya sendiri. Arjuna tidak tahu alasan Yasmin melakukan itu. Walaupun tindakan itu tetap salah, tetapi Arjuna tidak berhak menghakiminya. Arjuna tidak tahu yang sebenarnya.

"Setelah ini, Mama mau istirahat. Perjalanan tadi cukup melelahkan. Nggak apa-apa, kan?" lamunan Yasmin segera teralihkan, dia mengangguk tersenyum menatap Lidia.

"Iya, Ma. Istirahatlah. Aku akan menyiapkan minuman dan sedikit camilan di kamar Mama." Yasmin tidak mencari perhatian. Dia tulus ingin melayani mama mertuanya.

"Sebaiknya kamu urus suami kamu saja. Cukup lama mengemudi dan sepertinya sejak datang ke rumah kemarin, hidupnya hanya untuk bekerja." Yasmin melirik takut pada Arjuna. Jelas Yasmin tahu, sibuk bekerja sebagai pelampiasan melupakan dirinya. Itu jalan keluar terbaik menurut Arjuna.

"Aku mandi dulu, Ma. Selamat beristirahat." Arjuna beranjak setelah berhasil menyelesaikan suapan demi suapan makanan buatan Yasmin. Sementara Yasmin memilih menjamu mertuanya hingga masuk beristirahat di kamar. Yasmin seolah sadar diri keberadaannya di kamar akan membuat Arjuna tak nyaman.

Hingga malam, Yasmin tetap di ruang keluarga menyaksikan acara demi acara yang tak penting. Saat mata Yasmin mulai meredup, akhirnya dia memberanikan diri memasuki kamar. Sudah lama juga dia di luar. Dan tidak ada tanda-tanda Arjuna akan keluar kamar.

Pelan, dia membuka pintu kamar. Hawa dingin menyeruak, keadaan lampu yang sedikit redup membuat pandangan mata Yasmin bingung mencari keberadaan suaminya. Namun saat dia menutup pintu dan mendekati tempat tidur, ada kenyataan yang harus dia terima.

Tempat tidurnya masih rapi tanpa perubahan berarti. Yasmin menoleh pada sofa di dekat jendela. Suaminya sudah dalam posisi tidur memunggunginya.

Yasmin tertawa dalam hati. Sudah pasti Arjuna tetap menjaga jarak dengannya. Namun dia harus bersyukur, malam ini aroma Arjuna berada dekat dengannya. Semua butuh waktu dan dia percaya proses akan berjalan semakin baik.

Jika kita tulus ikhlas, semua akan menjadi baik pada waktunya.

***

Arjuna dan Yasmin
Jumat, 10 Maret 2017
Mounalizza

Let it Flow   (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang