05

32.2K 4K 76
                                    

Andai setiap kesalahan tak pernah meninggalkan jejak. Bisa dibayangkan setiap manusia seenaknya bertindak sesuka hati. Menyesal itu sudah terlambat....


"Yasmin?" Yasmin membisu di tempatnya. Dia akan sarapan pagi di restoran hotel. Seperti hari sebelumnya, dia akan pergi sendiri. Ini hari ketiga status Yasmin berubah menjadi istri Arjuna Hamada. Dan selama itu dia ditinggalkan seorang diri di hotel.

Setelah malam itu....

Arjuna hanya berpesan kalau acara menginap di hotel diperpanjang. Mungkin keluarga menduga perpanjangan ini sebagai hadiah, karena wajar bagi para pengantin baru melakukan hal demikian. Butuh waktu berdua tanpa gangguan. Namun sayang, permintaan Arjuna sebenarnya karena dia tak siap memperlihatkan wajah kecewanya di hadapan keluarga saat dia pulang nanti. Yasmin menyanggupinya. Semua hak sang suami yang sedang kecewa.

"Ternyata benar, kamu ada di hotel ini juga, Yasmin. Teman-teman kampus bilang kamu baru saja menikah." Pria itu menatap tak suka pada Yasmin. Lorong sepi itu membuat suasana hening semakin terasa. Yasmin sedang menunggu lift menuju restoran seorang diri.

"Harlan?" tanya Yasmin. "Kamu ... kamu apa kabar?"

"Kabarku? Kamu tanya kabarku?" tanya pria itu dengan nada meninggi.

"Kabarku tidak baik, Yasmin. Masa depanku kacau karena kamu. Andai kita tidak pernah saling kenal." Yasmin tak siap sebenarnya bertemu dengan mantan kekasihnya. Bagaimanapun, Harlan pernah mengisi kisah hidupnya. Harlan pernah membuat Yasmin berharap akan cinta. Karena itu, dia mau merelakan kesuciannya. Yasmin pernah berharap banyak pada pria di depannya. Dia percaya penuh pada sosok bertanggung jawab seperti Harlan.

"Kaget ketemu aku? Tenang saja, aku juga lagi ada keperluan di sini. Bukan mau ganggu kamu." Tawa itu meremehkan Yasmin. Harlan masih membencinya seperti terakhir kali mereka bertemu.

Yasmin tak menduga, detik ini dia dipertemukan oleh masa lalu yang sekuat tenaga ingin dia hindari. Semua memang telah berubah dan itu bukan keinginannya. Andai Harlan tahu. Andai dia bisa menjelaskan situasi yang membuatnya terpaksa memilih cara kejam. Terlambat dan sudah tidak dibutuhkan lagi. Dia sudah mendapatkan ganjaran.

Pria itu tertawa lirih. "Dulu aku memang mencintai kamu setengah mati. Tapi ... sejak kamu dengan seenaknya bertindak tidak manusiawi ke calon anak kita, cinta itu runtuh jadi kebencian yang tidak bisa pudar. Kamu tidak ingat kejadian itu? Saat kamu melupakan janji cinta kita. Padahal kamu tahu, aku pasti bertanggung jawab."

Yasmin menggigit bibirnya. Jelas dia tidak bisa menghapus ingatan itu. Itu keputusan paling laknat yang pernah dia setujui.

"Aku yakin, suami baru kamu pasti terkejut tahu istrinya secara sadar pernah aborsi. Oh, tapi mungkin tidak masalah, mengingat kamu sudah tidak perawan saja, dia tetap menerima kamu. Suami yang baik. Semoga langgeng dan jangan melakukan itu lagi." Pria itu berlalu, sedikit menubrukkan tubuhnya ke arah Yasmin yang masih berdiri kaku, mencerna kata demi kata yang dilontarkannya.

Yasmin menunduk. Sungguh dia malu mendapatkan suami sebaik Arjuna.

Yasmin sadar, dia punya kesalahan fatal di masa lalu. Dia memang wanita tak suci saat dipinang oleh suami baik-baiknya sekarang.

Yasmin kembali menegakkan pandangan untuk berbalik arah. Saat berbalik, dia langsung bertatapan dengan sang suami. Yasmin tak bisa menebak waktu kedatangan Arjuna. Sejak tadikah? Apa dia mendengar perbincangan Yasmin dengan mantan kekasihnya?

"Mas," panggil Yasmin tak percaya. Dan saat inilah dia mulai yakin, jika rumah tangga barunya tidak akan baik-baik saja.

"Benar yang dikatakan pria tadi?" Pertanyaan itu membuat Yasmin tak berdaya.

Let it Flow   (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang