Prolog

19.1K 836 15
                                    

ECHA memarkirkan motornya di halaman rumah dengan jantung yang ber-detak cepat, sesaat setelah dia menerima telepon dari ibundanya yang mengatakan bahwa Tante Aini, sahabat bundanya, jatuh pingsan di rumahnya sendiri. Ia panik, sampai tidak sadar, ia hampir terpelanting beberapa kali hanya untuk ke dalam rumah tersebut.

"Bunda?" panggilnya saat melihat Dewi, bundanya tengah duduk di salah satu kursi kayu yang ada di ruang tamu rumah Aini.

"Echa, kemari!" Dewi melambaikan tangannya pelan, sebagai isyarat Echa un-tuk mendekat. "Duduk di samping Bun-da."

Echa mengangguk. Sempat ia mena-tap bingung dengan kondisi kediaman Aini saat ini. Di sana, terlihat Aini juga duduk di salah satu kursi panjang yang berada tepat di sisi Bundanya Echa sekarang duduk. Di samping Aini, ada anak laki-lakinya yang bernama Kyar sedang duduk dengan garis wajah yang terlihat tegang. Sedangkan di depannya, ada Gunawan, ayahnya Kyar dan juga Latifa, kakak perempuan Kyar. Dan ada seorang gadis lainnya yang belum pernah Echa temui sebelumnya. Gadis cantik dengan wajah terlihat sembab itu, duduk tepat di sisi Latifa bersila saat ini.

"Ada apa, Bun?" bisik Echa setelah ia mendaratkan bokongnya di kursi kayu tempat yang tadi Dewi tujukan padanya. Tubuhnya sedikit dicondongkan agar bisa lebih rapat ke telinga sang bunda. "Bukan-nya tadi bunda bilang tante Aini lagi drop? Kok sekarang—"

"Echa?"

Echa menghentikan bisikannya pada sang bunda saat mendengar suara Aini ya-ng bergetar memanggil namanya.

"Iya, Tante?"

Aini hanya diam. Terlihat semua yang ada di ruangan itu menarik napasnya da-lam- dalam, kecuali gadis cantik yang duduk di sisi Latifa saat ini berada. Dia semakin meremas jemarinya sebagai tanda kalau hatinya sedang gelisah menunggu kata-kata yang akan Aini ucapkan.

"Echa ini adalah gadis yang akan dinikahi oleh Kyar."

Ekspresi wajah Echa yang semula terlihat biasa, berubah menjadi sangat jelek seketika. Otaknya seperti tersambar petir di cuaca yang sangat cerah seperti ini.

Tunggu! Jika tidak salah hitung, baru saja Echa tiba semenit yang lalu di tempat itu.

Tapi, kenapa sekarang Aini berkata seperti itu? Ibunya Kyar itu, sedang tidak mengalami gangguan di bagian kepala 'kan? Buat sakit kepala Echa saja....

"Pernikahan mereka akan dilaksa-nakan minggu depan! Dan tidak ada celah bagi kamu untuk masuk ke dalam hidupnya Kyar!"

Secepat kilat Echa menoleh kembali pada Aini. Masa bodoh dengan masalah Kyar, ataupun gadis yang saat ini ditatap tajam oleh Aini saat ini. Bagi Echa, kata pernikahan dan sangkut pautnya dengan dirinya sudah membuat Echa hanya bisa memikirkan dua hal tersebut dengan mata yang masih sulit untuk sekedar dikedipkan sekarang.

Suara gadis yang terisak di sisi Latifa itu membuat Echa bertanya-tanya, tentang siapa gerangan perempuan tersebut? Kena-pa wajahnya terlihat begitu sedih? Apa dia ini kekasihnya Kyar?

Tanpa bersuara, gadis yang tidak dikenal oleh Echa itu pun berdiri. Berlalu begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi pada keluarga mereka. Menyi-sakan kebiusan yang mendalam bagi setiap orang yang di sana. Ingin Echa berteriak dengan keras dan meminta seseorang men-jelaskan semua ini padanya. Dia ingin paham atas apa yang terjadi. Setidaknya sedikit alasan kenapa dia bisa dibawa-bawa dalam urusan Kyar dan gadis yang pergi menangis itu.

"Kamu pasti bingung sama apa yang diomongin Mama barusan," tebak Latifa memandang wajah Echa yang sudah menganggukkan kepala kuat.

"Iya, Kak. Maksud Tante Aini tadi... apa, ya?" tanya Echa terlihat sangat penasaran.

Tapi, kendati mendapat jawaban dari Latifa, justru Echa mendapat jawaban lang-sung dari yang bersangkutan.

"Maafin Tante ya, Cha. Tante nggak bisa lagi nahan ini semua." Ucap Aini lirih, dengan tatapan yang mendung. "Tante benar-benar mau jadikan kamu menantu di keluarga Tante. Kamu... mau kan?"

"Hah?"

"Kami mau kamu menikah dengan Kyar." Timpal Gunawan tiba-tiba, memb-uat Echa membatu seketika.

"Ini...apaan sih?" gumam Echa se-perti terbengong, sebelum akhirnya meno-leh pada Dewi. Ibundanya.

"Bun?" panggilnya pada Dewi yang malah menundukkan wajahnya dari Echa.

"Bunda,"

"Bunda harap kamu nggak keberatan dengan keputusan ini ya, Cha?" ucap Dewi pelan, menyentuh tangan putrinya.

"Eh? Maksud Bunda?" tanya Echa bingung, mengerutkan alisnya dalam. Tata-pannya kini bergeser pada Kyar yang masih setia duduk dengan kepala yang juga ikut menunduk.

"Ayah dan Bunda sebenarnya udah lama menjodohkan kamu sama Bang Kyar. Tapi, baru sekarang keinginan itu—"

"Stop, Bunda!" Echa mengangkat tangannya ke udara, meginterupsi penje-lasan Dewi. Sepertinya, dia sudah mulai pa-ham, kemana arah pembicaraan ini sekara-ng.

Dialihkannya lagi busur matanya pada Kyar kembali. Pria itu masih saja diam seribu bahasa tanpa meoleh ke arah-nya. Bahkan mimik wajahnya saja tidak terbaca sama sekali oleh Echa.

"Bang! Kok diem aja?! Ngomong sesuatu, kek?!" ujar Echa kesal, mencoba mendesak Kyar. Dia baru tahu, kalau pria yang sudah dianggapnya sebagai abang itu, bisa berubah menyerupai manekin di saat-saat genting begini. Dan itu benar- benar menyebalkan.

"Bang! Jawab!"

"Berisik!" bentak Kyar tiba-tiba ter-dengar frustasi.

Terlihat pria itu mengacak rambutnya sendiri, sebelum akhirnya berdiri dari du-duknya. "Terima aja, apa susahnya, sih?!"

Bukan hanya Echa, melainkan semua orang yang ada di ruangan itu, termasuk ayah dan ibunya sendiri pun kaget, melihat sikap kasar Kyar barusan. Yang mereka tahu, Kyar adalah sosok yang ramah bagi mereka yang dekat dengannya. Dan Echa, bukanlah orang asing yang tiba-tiba saja muncul dalam hidup pria itu. Gadis itu sudah lama —bahkan sudah terlalu lama— hanya untuk mendapat gelar adik angkat bagi Kyar. Lantas, kenapa dia bisa bersikap seperti itu?

Tanpa mengucapkan kata maaf, Kyar pun berlalu. Meninggalkan rasa sakit di hati Echa yang mendalam. Dia tersinggung atas tindakan lelaki itu padanya. Memang, ini masalah siapa? Bukannya menyelesaikan ini bersama, Kyar justu main pergi begitu saja. Memangnya Echa mau menikah dengan-nya?

"Dasar bego'..."

***

Hai... kita ketemu di prolog lagi...
Gimana d bagian prolognya?
Cocok?
.
Sebenernya aku bingung untuk memulai suatu cerita itu gmana. Jadi, aku harap kalian, bisa maklum sama kekurangan aku yang gak ada lebih-lebihnya ni ya..
Hahay..

Tengkyuuu ~_~

24'03

Something About Love (Tersedia di PlayStore!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang