Part 8 : Beach

8 1 0
                                    

Kami memilih hotel yang berhubung langsung dengan pantai. Kamarku terletak di nomor 512. Aku,mom,kakak, dan dad segera masuk. Kamar ini sangat bagus, dengan lampu led bewarna kuning keoranye-an, tempat tidur tertata rapi, dan sebuah jendela besar, dimana kita bisa melihat keindahan pantai.

Kami sekeluarga besar memutuskan makan di sebuah cafe dekat pantai. Angin-angin membelai rambutku.

Setelah makan, kami kembali ke kamar masing-masing dan mengganti pakaian menuju pantai. Sekarang pukul 17.00. Waktu yang tepat kelihat sunset. Aku bersama sepupuku Stezella, pergi dahulu ke pantai bersama kakakku dan kakak Stezella, Stefan. Aku mengenakan pakaian dress ku yang tidak berlengan, tipis, dan juga diatas lutut. Dress dengan warna soft pink dengan motif bunga mawar sama seperti milik Stezella, bedanya Stezella dengan motif polkadot.

Lambaian angin menyambutku. Gesekan daun kelapa, yang menimbulkan nada yang khas dan indah. Ombak-ombak saling mengejar satu sama lain. Aku dan Stezella memakai baju yang sama dan segera berlari ke air. Membiarkan kaki kami terbasahi oleh ombak. Kakak dan kak Stefan bermain voli pantai.

"Hey Lucy, lo ngapain disini? Senin lo masuk kan?". Suara itu bukan dari Stezella. Aku menghadap ke belakangku. Stezella juga ikut memutar kepalanya. Itu Grayson. Aku mengucek mataku berulang kali. Itu benar-benar Grayson.

"Gue main. Senin gue juga masuk. Lo sendiri ngapain?" Aku berbalik tanya kepadanya.

"Papa gue ada urusan kerja disini. Ga jauh dari pantai. Besok gue juga dah pulang,". Sebelum aku menjawab, ada suara seorang perempuan yang memanggil Grayson. Suaranya seperti seorang amak kecil.

"Kakak, ayok pergi ke tempat papa, aku mau pulang,". Dia adalah adik Grayson, Grivella. Dia melihat ke arahku. "Kak, kakak ini siapa? Dia cantik sekali. Cewek kakak yaa? Hayoo ketahuan,". Katanya sambil ketawa. Sebelum aku membantah, Grayson sudah lebih dulu menjawab, "cewe kakak dek, masih coming soon,". Kami berempat tertawa puas.

Terlihat dari jauh, kakak mengarah ke arahku bersama kak Stefan. "Lucy, Stezella, ayok balik ke hotel. Besok kita liat sunrise aja. Sunset nya gausah,". Terlihat mimik wajah kakak yang seperti kesal terhadapku. Aku ingin bertanya tapi kakak menarik tanganku duluan. Kak Stefan dan Stezella mengikuti dari belakang. Grayson dan Grivella menatapku dari jauh.

Wajah kakak terlihat marah padaku.
"Lucy, apa kamu tidak sadar, dulu kakak pernah cerita, Grayson yang udah bikin kakak celaka. Kakak gamau spai kamu jadian sama dia. Kalau itu terjadi, kakak ga akan permah maafin kamu,". Sebelum aku menjawab, kakak sudah pergi lebih dulu. Aku hanya berdiri diam, mencerna lagi apa maksud kakak.

Aku dan mom bangun jam 4 pagi. Kami memutuskan pergi berdua ke pantai terlebih dahulu. Aku mengenakan jaket sweater berwana putih dari rajutan grandmaku, dengan celana selutut jeans. Sedangkan mom menggunakan jaket bewarna kuning kesayangan mom.

Bintang-bintang di langit masih menyapaku. Semilir angin ini terasa sangat digin. Kami memutuskan duduk di salah satu pondok pinggir pantai yang menyediakan kelapa muda. "2 kelapa muda mas, gausah pake gula ya,". Kata mom kepada bapak penjual kelapa.

"Lucy, kamu mau dengar cerita mom sama dad ga? Kenapa kami bisa menjalankan hubungan sampai sekarang?". Aku berbalik ke arah mom. Meletakkan 2 tanganku di kedua pipiku,bersiku di pahaku, dan duduk bersila. Mom mulai bercerita.

"Saat itu, mom duduk di bangku 1 SMA dan dad kamu di 3 SMA. Dad kamu adalah seorang anak dari pemilik perusahan besar yang sekarang sudah menjadi perusahaan milik kita. Sedangkan mom, berasal dari keluarga yang sederhana. Dad itu adalah seorang ketua OSIS dulunya. Mom bisa kenal sama dad, karena saat itu dad kamu berulang tahun. Mom ingin ngucapin ulang tahun ke dad kamu, mom minta nomor telepon ke kakak kelas yang merupakan teman dekat dad kamu. Saat mom mengucapkannya, timbul rasa nyaman. Dad kamu adalah orang yang baik dan peduli kepada orang yabg baru dia kenal. Seiring waktu, kami sering mengobrol lewat SMS. Terkadang di sekolah, dad suka menyapa mom dengan segala ledekan dia. Mom merasa sangat nyaman dan tidak mau kehilangan dad kamu. Tetapi, sayangnya dad kamu sudah berpacaran dengan perempuan lain. Dia mulai berbeda. Dia jarang peduli sama mom. Mom menangis. Tapi mom tetap mengejarnya. 5 tahun kemudian. Dad kamu sudah bekrrja menjalankan perusahan Grandpa kamu. dan mom baru saja lulus kuliah. Saat itu, dad kamu berkunjung ke SMA mom yang dulu juga merupakan SMA-nya. Kebetulan mom juga pergi kesana. Dad masih mengingat mom. Dia menyapa mom. Mom tidak mempedulikannya. Saat mom lagi duduk di cafe sekolah, mom mengotak-atik ponsel mom. Mom menemukan SMS dari Dad. Mom membukanya. Isinya kamu kenapa jutek banget tadi? Rasanya mom ingin menjawab bahwa dialah yang duluan seperti itu. Tapi mom mengurungkan niat itu dan tidak membalasnya. Disaat yang sama, dad datang membawa sebuah lollipop berpita merah dengan sebuah surat singkat.
Mungkin kamu mengiraku hanyalah sebatas teman curhat. Apa kamu tahu, semenjak saya mengenal kamu, itu berbeda dengan perempuan lain. Walau saat itu saya berpacaran dengan perempuan lain, saya tetap menyayangi kamu. Saya tidak bisa menemukan seorang perempuan seperti kamu yang sangat sabar. Saat ini saya ingin bilang, bahwa saya mencintaimu. Maukah kamu menjadi pendamping hidup saya?
Mom tidak bisa menahan rasa bahagia. Mom langsung mengatakan iya, membuat semua orang terkejut. Kami berdua berpelukan. 7 bulan kemudian, kami menikah. Semenjak itu mom tahu, apa itu yang dinamakan cinta. Mom sangat menghargai perjuangan yang mom lalui. Setiap mom pergi kemana-mana, mom selalu membawa sebuah buku diary, yang berisi perjuangan mom mendapatkan dad kamu. Juga terdapat puisi dad didalam sana,".

Kebetulan, kelapa kami datang saat mom telah menyelesaikan ceritanya. Aku juga ingin bercerita kepada mom tentang apa yang kulalui. Tetapi aku dan mom tersentak tak percaya, di belakang kami sudah ada dad dan kakak. Ternyata dari tadi dad dan kakak mendengarkan cerita mom. "Ehem, Lucy, kita pergi dulu yok main air. Biarkan mereka berdua berswnang-senang,". Kata kakak kepadaku. Kami berdua berlari ke arah pantai dimana aku bisa merasakan dinginnya air pantai ini. Matahari mulai menunjukkan wujudnya dengan perubahan langit yang mulai sedikit kuning. Aku dan kakak melihatnya. Sempurna. Pikirku dalam hati. Matahari sudah berada diatas. Kami kembali ke hotel, makan pagi di hotel bersama keluarga yang lain. Setelah makan, kami kembali ke kamar, membereskan barang kami dan berangkat ke bandara pada pukul 18.00. Selagi menunggu waktu, aku bermain truth or dare bersama kakak, kak Stefan, dan Stezella.

"Aku duluan, aku pilih T,". Kataku sambil mengacungkan tangan.

"Hmm siapa orang yang kamu suka?". Pertanyaan itu diberikan oleh Kak Stefan. Pipiku tersipu malu. Mau tidak mau aku harus jujur.

"Kalian diam-diam aja ya, nama cowoknya James Thompson,". Kakak yang duduk disampingku menyenggolku. "Ehem, ada yang berbunga-bunga," katanya sambil menggodaku. Kami terus bermain.

Kami segera berangkat. Aku mengenakan baju dress putih selutut yang berlengan sesiku, sepatu boot kesayanganku dan jaket rajutan grandma. Di bandara, banyak terjual barang-batang untuk oleh-oleh. Aku memilih 1 cendramata, berupa seperti snow ball dengan miniatur 1 anak laki-laki dan 1 anak perempuan beserta ayah dan ibu di belakangnya. Terdapat pasir putih didalamnya dan juga berlatar rumah. Ukurannya sekitar 15cm x 18 cm. Dan juga 4 gantungan kunci berupa ski dengan tulisan Hello Bali.

Kami menaiki pesawat Garuda. Aku duduk bersama kakak. Kami duduk bersebelahan. Aku mengeluarkan buku pink ku, tempat aku menulis cerita dan puisi. Aku meletakkan buku di atas meja tempat penumpang dan mulai menulis.

Awan-awan saling berarakan
Dibawa angin malam yang menawan
Dengan kekosongan dan kesunyian
Langit hitam yang dilukiskan
Dengan bintang dan bulan
Mengisi sebuah kegelapan
Dengan cahaya yang berkilauan
-Violetta Alexandra Lucy-

Mataku mulai mengantuk. Kusimpan buku dan pulpenku. Kakak sudah tertidur lebih dulu. Aku menyenderkan kelapaku di kursi dan mengangat kakiku duduk bersila. Mataku terlelap dalam hitungan 5 detik.








Lucy's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang