part 9 : flashback

11 1 0
                                    

Kami mendarat di bandara Soekarno Hatta pada pukul 22.00. Stezella, kak Stefan, grandma, uncle, aunty sudah sampai sejam yang lalu. Mereka tinggal di Jogjakarta. Kami langsung menuju ke rumah. Besok aku juga sudah harus kembali sekolah. Aku membereskan pakaianku, buku-bukuku, dan juga mempersiapkan apa yang harus kubawa besok. Aku teringat, dari kemarin aku belum membuka ponselku.

Kubuka ponsel bewarna putih ini. Terdapat banyak notif. Mataku tertuju pada salah satu nama grup sahabat, N.E. singkatan dari Never End, ada aku, Sophia, Christabelle, James, Bryan. Aku membaca chat nya satu per satu.
James : woy,masa Lucy marah ke gue
Abel : wahh lo apain anak orang
Bryan : tautuh lo gimana sih
James : nethink mulu lo pada sama gue. Lo tau sendiri gue sama Sophia gimana, Lucy dah tau semuanya.
Bryan : wahh gawat
Abel : wahh gawat (2)
Sophia : wahh gawat (3)
james : lu ngapain coba Phia ikut-ikutan.
Sophia : Serah gue lah.
James : asal lo tau, gue anggep Vio sebatas seperti adik gue sendiri. Lo tau sendiri dia beda 4 tahun sama kita. Harusnya lo mengerti.
Sophia : iya gue ngerti. Kalau Lucy baca ini, maafin gue dan James Lucy. Gue janji gak akan nutupin apapun dari lo lagi.
Bryan : gitu dongg

Bintang-bintang di langit menyapaku dan mengingatkanku pada sebuah puisi yang pernah kubikin saat kecil.
Ketika bintang berkelap kelip
Meninggalkan kilauan cahaya putih
yang akan membuat orang terpanah
Tetapi mengapa kau memberi harapan palsu.
Kata orang bintang jatuh berarti keinginan kita akan dikabulkan
Apa yang kau lakukan pada mereka
Yang menilaimu seperti berlian
Ketika langit hitam yang kau tempati
Beranjak hilang menjadi oranye
Menyambut fajar dengan matahari
Matahari dengan cahaya yang hangat
Yang tidak sepertimu memberikan cahaya kilau kecil .

Kuakui, aku memang menyukai hal yang berkaitan dengan sastra.
Menulis diary atau puisi atau cerita. Kebetulan besok ulang tahun Sophia, aku ingin bilang bahwa aku sudah maafin dia sebelum dia minta maaf.

                     ***
Seperti biasa, mom membawa bekal pagi berupa segelas susu cokelat dan sup jagung. Aku segera berangkat dan mengucapkan bye kepada dad dan mom.

Sekarang masih jam 6.20. Masih ada waktu 40 menit sebelum masuk kelas. Aku memutuskan untuk memberi kejutan pada Sophia pada pagi ini.

Berlari secepat mungkin ke kelasku. Papan kelas 12 IPA 1 mulai terlihat. Kucepatkan jalanku. Tinggal 1 kelas lagi. Kakiku berhenti. Menatap kedalam kelas. Mataku tertegun kepada orang-orang yang sedang memasang balon dengan huruf HBD SOPHIA. Mereka adalah Vanilla,Velly, dan Vava, yang pernah bertengkar denganku karena mereka pikir aku merebut Sophia dari mereka.

"Ngapain lo?" Aku tersentak kaget. Abel selalu saja mengagetkanku. Vanilla melihatku. Aku hanya tersenyum sedikit kepadanya dan pergi. Aku tidak menghiraukan Abel yang memanggilku. Aku berlari meletakkan tas ditempat dudukku. Dan keluar menuju taman belakang sekolah. Aku duduk di salah satu ayunan dan menutup mukaku dengan kedua tangan. Kenapa aku nangis? Ngomong dengan mereka saja belum? Untuk apa aku mengingat yang dulu?
Sepertinya tidak perlu diceritakan.

Lucy's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang