Part 5 : SHS

9 1 0
                                    

    Rintik-rintik hujan ini mengenai tanganku. Kuputar kepalaku menghadap langit-langit, yang sepertinya juga mengerti perasaanku.  Kutelusuri lorong kelas-kelas ini. Banyak orang yang sepertinya menatapku. Tidak kupedulikan mereka semua. Yang kupikirkan sekarang, agar aku bisa cepat sampai di kelasku. Tibalah aku di lantai 2. Aku menuju kelasku yang terletak dekat lift sekolah. Terlihat siswa-siswi yang sedang bermain, mengobrol, atau sendiri.

    Seseorang menepuk bahuku dari belakang, "Hai Lucy,". Aku menatapnya balik.

    "Hai, gimana nih, aku kan udah gak masuk sekolah seminggu ada kali haha,".

    Dia adalah teman sekelasku, bisa dibilang lumayan akrab denganku. Shopia Charlotte namanya.

    "Aman-aman aja. Kamu kan pintar, jadi guru juga tidak pusing memikirkan nilai kamu. Eh yaa, by the way Grayson nyariin kamu terus. Dia tanyain kamu ke aku terus,".
     Berhubung dia ketua osis, Grayson adalah salah satu cowok populer di SHS ini.

     Saat aku hendak masuk kelas. 1 orang cowok berkulit putih kekuningan, rambut berantakan,tetapi terkesan rapi, dengan tinggi sekitar 180 cm , memanggilku

     "Hei you whats up, kemana aja Vio?". Dia adalah orang yang memanggilku dengan sebutan nama depanku, James, salah satu ketua basket. Dia adalah salah satu sahabatku sejak aku di SHS ini.

    "Apasih james, lo yang kemana aja, ga cari gue, ga jenguk gue". Kataku padanya dengan nada sedikit bercanda, agar tidak terlalu di anggap serius.

     "Hey, Aiden udah bilang ke gue lo sakit. Emang Aiden ga kasih tau lo? Kan mama papa gue lagi diluar negri. Gua disuruh jagain rumah. pembantu-pembantu gue pulang kampung semua. Kakak gua ada field trip ke Thailand. Gua udah bilang ke kakak lo nitip salam,".

     James merupakan salah satu adik dari teman kakakku, bisa dibilang kakakku dan kakakknya sangat dekat.

   "Ehh itu mrs. Lyla datang, ayok masuk,". Kata salah seorang murid yang sekelas denganku juga. Aku dan James segera masuk. Bel berbunyi tanda jam pelajaran akan dimulai. Banyak guru-guru yang bertanya apa penyakit yang kualami. Aku memutuskan untuk tidak memberitahu. Teman-temanku juga tidak ada yang tahu, paling hanya James dan Stella. Aku hanya menjawab lagi demam.
 
    Bel pulang berbunyi. Aku segera pergi meninggalkan kelas. Saat aku sedang menuruni tangga, aku mendapati Grayson sedang berjalan ke arahku bersama teman-teman segengnya. Tangannya membawa sebatang cokelat dan sebuah bunga mawar. Selama aku menurunin tangga, banyak perempuan yang sinis terhadapku. Aku tidak tahu kenapa. Salah satu orang berkata bahwa Grayson menyukaiku dan akan menembakku dalam waktu dekat.

    "Lucy, ini buat lo cokelatnya dan bunganya,". Aku tidak ingin menerimanya. Tapi teman-temanku yang sedang mengelilingiku pun memaksa. Aku menerimanya. Aku segera pergi meninggalkan kerumunan siswa/i disana. Salah seorang menarik tanganku. Itu pasti masih Grayson.

    "Jangan pergi dulu. Gue mau ngomong. Lo itu kayak hujan ya. Yang datang tiba-tiba dan pergi tiba-tiba. Sekalinya datang, hanya petir yang nyambut lo, sekalinya ga ada, semua orang nyari lo. Gue mau nanya, will you be my girl friend, pls?". Tidak tahu harus berkata. Muluyku bugkam selama 10 detik. Mataku menatap tak percaya kepadanya. Bagaimana bisa, seorang ketos yang digemari banyak orang memilihku. Masih ada waketos yang juga populer. Kakakku pernah bilang, jika kamu tidak mencintai orang itu, kamu harus berkata sejujurnya. Kamu tidak boleh menyakitin orang, karena itu sangat menyakitkan. Aku mengikuti kata kakakku.

    Dengan perlahan dan jelas, aku mulai membuka mulut,"Maaf Grayson, kita temanan saja,". Sambil sedikit tersenyum agar suasananya menjadi cair. Terlihat dari mimik wajah Grayson yang sedikit kesal.

    "Lo pasti lebih milih James kan? Lo kan dekat sama James? James emang lebih keren, menurut lo iyakan?---". Aku mulai naik pitam. Aku tidak bisa marah kepada orang. Aku hanya kembali sabar dan menenangkan hatiku. Tidak peduli apa yang dia omongkan. Setelah selesai, aku berkata,"Sudah selesai? Yaudah gue mau pulang, kakak gue dah nunggu, bye Gray". Aku langsung turun menuju lantai bawah. Grayson masih meneriakinku. Aku tetap jalan fokus kedepan. Aku berlari ke lahan parkir sekolahan. Terlihan sedan milik kakakku. Aku membuka pintu dan duduk di samping kakak.

    Selama perjalanan, aku sibuk menceritakan tentang Gray. Kakak hanya bisa menertawakanku saja. Aku lebih memilih untuk diam, karena aku paling tidak suka dinyolotin.

    Sesampai di rumah, aku berjalan menuju kamarku. Bantal, guling, boneka, dan selimut sudah tersusun rapi. Aku duduk di sofa yang terdapat didepan tempat tidur. Aku mengeluarkan sebuah buku dengan cover bewarna soft pink beserta hiasan-hiasan quotes. Tanpa berpikir,aku langsung menulis sebuah puisi. Ini bisa menenangkan hatiku.

Tak pernah ku bayangkan
Hati ini lebih memilihmu.
Tak pernah kupikirkan
Hati ini berkeluh kesah tentangmu.
Walau ku tahu
Kau tidak akan memikirkanku
Bagai bulan dan matahari
Berbagi tentang cahaya
Cahaya yang akan menerangi
Orang lain.
Untuk kamu, maafkan aku
Yamg terus memendam perasaan ini
Karena hatiku tidak kuat
Untuk menerima kepeegianmu
Karena kau bukanlah milikku
Kau hanyalah sebatas sahabatku.
-Violetta Alexandra Lucy-

    Yaa, aku akui, aku memang menyukai James. Dia pria yang baik, punya sopan santun, dan tentu dia sangat perhatian. Hanya sebatas sahabat.

    Matahari sudah kembali ke ufuk barat. Mom sudah pulang dari rumah sakit. Kami bertiga makan di meja makan yang sudah dihidangkan berbagai makanan. Mataku tertuju pada 1 mangkuk sup makaroni. Aku mengambilnya dan memakan sendiri. "Lucy, bagi mom sana. Kamu jangan makan sendiri doang,". Kakak yang selalu saja tidak suka jika aku makan banyak disaat malam hari. Aku rindu dengan dad. Aku merindukan dad yang selalu duduk di samping mom. "Kak, dad mana?". Aku tidak sengaja mengucapkannya. Mom sedang ke toilet. Kakak langsung menyuruhku untuk diam. Terlihat dia sepertinya sedang marah kepadaku.

    Setelah dinner, aku kembali ke kamarku. Mulai menyiapkan keperluanku. 

     Aku membuka ponselku, terlihat 9 chat line yang belum kubaca. Aku membuka line, dan ternyata Grayson mengintaiku. Aku baca dengan perlahan

Lucy.
Udah pulang belum.
Lucy gue pasti akan perjuangin lo.
Gue gak akan biarin James nyakitin lo.
Apapun caranya, gue yakin, gue pasti menangin hati lo.
Gue akan menyayangi setulus mungkin.
Lo bisa dapet apaaja yang lo mau dari gue.
Lucy,pls, ksh gue kesempatan.
Lucy, gue gaakan nyakiti lo.

      Grayson memang tipikal cowok yang setia. Aku hanya membalasnya dengan apa yang aku rasain.

Yaudah, itu wajar, tapi maaf kalau suatu saat gue lebih milih yang lain dariapada lo.

      Tidak sampai 1 menit, Grayson membalasnya

Okey, gue akan gunain kesempatan itu sebaik mungkin.

       

   

Lucy's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang