YANG TAK TERDUGA

5.5K 804 81
                                    

Rencana sudah sangat matang, pihak sekolah dan yayasan mengadakan pariwisata ke Bali sebelum kelas XII menghadapi ujian. Lima bus yang akan membawa rombongan telah siap menunggu di depan sekolahan. Bianca kali ini tidak mau ketinggalan, karena Al juga ikut serta.

"Tante, aku duduknya satu bus sama Tante saja ya?" rengek Bianca manja bergelayut di tangan Tiara.

"Iya, Sayang," jawab Tiara lembut.

Tiara sudah sangat cocok dengan Bianca, meskipun wanita itu sedikit manja namun Bianca mampu meluluhkan hatinya. Al duduk bersama Wira menunggu siswa yang sedang dipresensi di kelasnya masing-masing. Ketika semua sudah lengkap dan siap, Lyana dan pengurus OSIS kelas XII sibuk mengatur teman-temannya.

"Ayo, yang sudah mendapatkan nomor busnya kalian sudah bisa naik," pekik Lyana menginterupsi.

Wira tersenyum bangga kepada gadis itu, dia tahu bahwa Lyana adalah peraih mendali emas matematika tingkat internasional. Tak hanya itu saja, Lyana sudah mengharumkan nama sekolahan serta yayasannya di mancanegara.

"Kamu lihat gadis itu," tunjuk Wira memperlihatkan Lyana kepada Al.

"Iya," jawab Al melihat gadis bertubuh mungil, lincah dan cekatan yang sedang mengatur teman-temannya masuk ke dalam bus.

"Dia salah satu siswi berprestasi, pintar dan dia berhasil membawa nama sekolahan kita sampai ke Singapura. Papa sangat bangga dengannya," puji Wira tersenyum lebar.

Al tidak terlalu menanggapi, dia hanya tersenyum kecil.

"Pa, Al, ayo kita naik," ajak Tiara beranjak dari tempat duduknya.

Mereka pun lantas naik ke bus khusus mengangkut guru, karyawan dan keluarga pemilik yayasan. Semua naik ke bus sesuai dengan yang ditentukan, hanya Lyana yang masih di luar bus.

"Lyana! Kamu ikut bus mana?" pekik Dona melihatnya kebingungan karena belum mendapat kursi.

"Entahlah, Bu. Gampanglah, yang penting temen-temen sudah dapat kursi," sahut Lyana lebih mementingkan orang lain daripada dirinya.

Dona menghela napas panjang, Wira yang mendengar itu langsung menyuruh Dona supaya Lyana ikut bergabung di bus yang mereka naiki. Tanpa bisa membantah akhirnya Lyana pun ikut bersama mereka. Lyana menunduk sungkan saat sudah berdiri di depan pintu belakang. Di dalam bus itu semuanya orang dewasa dan hanya dia sendiri yang seorang siswi.

"Bu Dona, saya naik bus B saja ya? Saya sungkan di sini, Bu," bisik Lyana menyapu pandangannya.

"Yang minta Pak Wira. Sudah! Kamu duduk di depan sana! Belakang supir masih kosong," titah Dona. Meskipun bernada galak tapi sebenarnya Dona baik dan penyayang.

Lyana berjalan sopan melewati koridor kursi, perasaannya tidak nyaman berada di tempat orang-orang penting. Seandainya dia bisa membantah permintaan orang nomor satu di yayasan yang menaungi sekolahnya, Lyana ingin naik bus B. Di sana ada Rendra, pasti akan lebih menyenangkan.

"Sayang, mana ponsel kamu? Pinjam sebentar," pinta Bianca duduk di kursi kedua satu baris dengan Al.

Al memberikan ponselnya, dia dan Wira duduk paling depan sebelah tempat duduk Lyana.

"Lyana," panggil Wira menjenguk ke arahnya, dia duduk dekat jendela.

"Iya, Pak?" Lyana menoleh dan menjawab sopan sedikit membungkukkan badan, menghormati orang yang lebih tua.

"Apa penginapan kita di Bali sudah beres semua?" tanya Wira basa-basi mengajaknya mengobrol agar Lyana merasa nyaman di tempat itu.

"Sepertinya sudah, Pak. Menurut informasi yang saya dapat kemungkinan setelah kita sampai di Bali, sudah langsung bisa ditempati. Pak Gunawan sudah mengurus semuanya," jelasnya.

THERE'S SOMEONE FOR SOMEONE 1  (Cinta Lyana / Emes) [Sudah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang