BEGINI LEBIH BAIK

4.2K 890 113
                                    

Perasaan Al tidak menentu, sejak pagi Lyana tidak dapat dihubungi. Nomornya tidak aktif. Setelah semua urusan bisnisnya selesai, Al pun langsung memutuskan pulang, padahal hari sudah larut malam. Dini hari hampir masuk waktunya Subuh, Al baru sampai di apartemen.

Sepi, gelap, begitulah kesan pertama saat dia membuka pintu. Dia langsung masuk dan meletakkan tasnya di sofa. Karena sudah sangat mencemaskan keadaan Lyana, Al pun segera mengetuk pintu kamarnya.

"Ly!!! Lyana!!! Aku sudah pulang," pekik Al sambil mengetuk-ngetuk pintunya berkali-kali. Tapi tidak ada sahutan dari dalam. "Tidur atau pingsan ya bocah itu?" gumam Al bingung menggaruk kepalanya.

Karena merasa khawatir Al iseng menurunkan gagang pintu. Dahinya mengerut, biasanya Lyana selalu mengunci pintu, tapi kenapa ini tidak? Al perlahan membukanya sedikit demi sedikit pintu terbuka lebar, keadaan di dalam gelap gulita.

"Ly??" seru Al.

Lagi-lagi tidak ada yang menyahut. Al memantapkan langkahnya menyalakan lampu. Kosong! Tempat tidur rapi, tak berpenghuni.

"Lyana," lirih Al terkejut tidak menemukan siapa-siapa.

Dia mengecek kamar mandi dan seisi apartemen. Al tak menemukan Lyana.

"Lyana, kamu di mana sih? Bocah kecil bikin pusing kepala?!!!" geram Al geregetan menjambak rambutnya.

Al berniat ingin mencari Lyana di luar, saat dia sudah di luar dan ingin menutup pintu, dari apartemen sebelah Lyana juga keluar. Al menoleh pintu apartemennya, tidak salah, itu benar apartemennya. Wajahnya bingung, Lyana melihat dahi Al mengerut.

"Kamu salah masuk rumah ya?" tanya Al khawatir jika Lyana salah masuk ke apartemen orang lain.

"Nggak," jawabnya singkat.

"Terus, ngapain kamu pagi-pagi buta begini keluar dari apartemen orang?" Al menyeringai curiga.

"Kita mau jalan-jalan pagi, kenapa?" sahut seseorang bersuara besar ke luar dari apartemen itu.

Pria itu berdiri di belakang Lyana lengkap dengan baju olahraga, handuk kecil menggantung di lehernya.

"Bang Andra?" Al terkejut dan menyebut namanya sangat kecil mungkin hanya dirinya sendiri yang mendengar, wajahnya pun tegang.

"Gue sengaja beli apartemen di sini, jadi gue bisa lebih dekat mengawasi Lyana," ucap Andra tersenyum tipis.

Jika berhadapan dengan Andra nyali Al menjadi ciut, bukan karena dia takut melainkan segan dan malu karena sudah menghancurkan adik kecil kesayangannya. Adik yang Andra sayang-sayang masa depannya Al renggut dan dia hancurkan hingga menjadi puing-puing tak berguna.

"Ayo!" ajak Andra merangkul Lyana.

"Kita mau jalan-jalan ke mana pagi buta begini?" Lyana menengadahkan wajah menatap Andra karena tubuhnya tinggi besar dan kekar.

Al juga tinggi, hanya saja tubuhnya standart tidak sebesar Andra. Berotot tapi tidak begitu terlihat seperti otot-otot Andra yang terbentuk karena memang sengaja dia latih dengan berolahraga dan minum suplemen tambahan.

"Katanya kamu pengin bubur ayam? Terus pengin juga makan jajanan tradisional? Jam segini jalan-jalan ke pasar pagi cocok, cari cucur, bika ambon, lemper, baru deh pulangnya dari pasar kita mampir beli bubur ayam. Gimana?" tawar Andra.

"Mau, mau, mau," jawab Lyana ceria.

Al bengong, baru ini dia melihat gadis yang tinggal bersamanya hampir 6 bulan ceria dan tersenyum. Selama ini Lyana selalu sedih dan murung.

"Oke, kita berangkat." Andra memegangi bahu Lyana dan seperti mendorongnya maju ke depan. "Al pergi dulu!" pamit Andra.

"Iya, Bang," sahut Al masih terheran-heran melihat perubahan sikap Lyana.

THERE'S SOMEONE FOR SOMEONE 1  (Cinta Lyana / Emes) [Sudah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang