LARA

5.5K 997 171
                                    

'Tolong lakukan sesuatu, Dok. Jangan langsung mendadak memberitahukan kabar ini sama Lyana.' Al memohon pada Dokter Gracia.

Cinta memejamkan matanya rapat, berbaring tidak berdaya di tempat tidur. Banyak alat medis menempel di tubuh mungilnya. Mata Lyana sembap, sejak kemarin terus menangis dan tidak henti-hentinya memanggil nama Cinta sampai suaranya serak.

"Sudah, jangan nangis terus nanti kamu sakit," ucap Al mengelus-elus lengan Lyana berdiri di belakangnya.

Al memeluknya dan mencium pucuk kepala Lyana. Matanya juga sembap hatinya pilu namun dia berusaha tabah dan kuat di depan orang-orang terutama Lyana.

"Al," panggil Andra.

Al menoleh, Andra menganggukkan kepala isyarat supaya Al mengikutinya. Posisi Al digantikan Rani, mereka keluar dari ruangan itu. Di luar ada Wira, Taufik, Ratna dan Tiara. Wajah mereka semua sendu.

"Bagaimana?" tanya Andra.

Al bersandar di tembok dan mendongakkan kepalanya menahan air mata. Sekuat apa pun dia tahan, air mata pada akhirnya meleleh juga. Dadanya terasa sangat sesak, Andra memeluknya dan menguatkan dia.

"Lo harus tabah," bisik Andra menepuk punggung Al.

Al memecahkan tangisannya di pelukan Andra. Tiara dan Ratna malah semakin terisak-isak. Baru saja Tiara bisa dekat dengannya.

"Mbak." Ratna mengelus lengan Tiara mereka saling memandang dan berpelukan mengeluarkan sesak di dada.

"Aku akan aja Lyana pulang dulu, tolong Bang, urus semuanya," pinta Al menghapus air mata dan mengusap-usap wajahnya.

"Iya, jangan pikirkan itu. Tenangkan diri lo dan Lyana," jawab Andra.

"Makasih sebelumnya," ucap Al.

Andra membalas dengan anggukan lantas Al masuk ke ruang rawat Cinta. Lyana masih saja menangis di pelukan Rani. Al menghela napasnya dalam, dia harus terlihat kuat di depan Lyana. Al berjongkok di samping Lyana dan memegang kedua tangannya.

"Sayang, lihat aku." Al mengarahkan wajah Lyana yang sangat kacau agar menatapnya.

Matanya sendu, sisa air mata membekas di wajah kuyunya, hidung dan mata merah, lingkaran hitam menghiasi kelopak mata, rambutnya acak-acakan, Lyana benar-benar kacau. Al menjadi tidak tega tapi ini harus dia melakukan.

"Istirahat di rumah yuk!" ajak Al memohon menengadahkan wajahnya menatap ke dalam dua bola mata Lyana.

"Cinta?" Suara Lyana sangat lirih dan serak.

"Di sini ada Bang Andra, Kak Rani, Mama sama Papa. Semuanya menjaga Cinta. Kamu harus istirahat, jangan sampai sakit. Yuk!" bujuk Al mencium kedua tangannya berharap Lyana mau diajak pulang.

Lyana menatap Cinta dan menoleh ke belakang. Rani tersenyum meski dalam hati sangat terpukul dan sedih.

"Iya, benar kata Al. Kamu perlu istirahat, kalau kamu sakit, nanti siapa yang menjaga Cinta?" Rani mengelus bahunya.

Lyana seperti orang linglung, bingung menatap Cinta, Al dan Rani bergantian. Dia tidak mau jauh dari anaknya. Al khawatir jika Lyana terus begitu akan stres dan bisa-bisa kejiwaannya terganggu.

"Mamanya Cinta, Sayang." Al memanggil sangat lembut, mengarahkan wajah Lyana menatapnya. "Pulang ya? Kamu juga belum mandi kan dari kemarin? Lihat baju kamu sudah lusuh. Mmm... kamu kangen nggak pulang ke rumah Papa Taufik? Gimana kalau kita pulang ke sana?" usul Al merayu agar Lyana mau pulang bersamanya.

Taufik masuk bersama Tiara dan Ratna. Sedangkan Wira dan Andra mengurus sesuatu. Lyana memalingkan wajahnya menatap Taufik sendu.

"Kalau kamu takut Papa akan memarahimu, aku yang izin." Al menengadahkan wajahnya menatap Taufik. "Pa, Lyana boleh kan pulang ke rumah Papa?"

THERE'S SOMEONE FOR SOMEONE 1  (Cinta Lyana / Emes) [Sudah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang