Petir kembali menggelegar membuyarkan kenangan menyakitkan Cindy, kali ini lebih bergemuruh dibandingkan sebelumnya. "aaaaaaaahhhhhhhhh" teriak Cindy spontan tanpa berusaha menahannya lagi dan semakin membenamkan wajahnya dibalik bantal dan menutup kedua telinganya erat-erat "ayah... bunda... hiksss... Cindy takut... hiks..."
Cindy yang masih bersembunyi dibalik selimut tidak menyadari derap langkah kaki yang menghampirinya "Cindy?" panggil Kevin pelan, cukup pelan sehingga Cindy masih belum juga sadar. Kevin menarik selimut yang menutupi kepala Cindy dan sedikit terpaku memandangi keadaan Cindy yang cukup memprihatinkan ditambah tatapan sendunya saat melihat Kevin. "k-kak Kevin..." Tanpa pikir panjang Cindy bangkit dan langsung memeluk Kevin erat seolah enggan untuk melepasnya meski sedetik. Kepalanya yang disandarkan di dada Kevin bergerak kekanan dan kekiri dengan pelan "k-kak... a-aku ta-takut kak" ucapnya lirih dan terbata diselingi isakan kecil. Kevin yang masih terpaku seketika sadar dan namun tidak balas memeluk Cindy. Kevin hanya mengelus kepala Cindy pelan dan menepuk pelan kepala Cindy berusaha menenangkan dengan tindakan kaku nya karena dia pun tidak tahu bagaimana harus menenangkan Cindy dengan ucapan. Kevin jelas bukan tipe orang yang seperti itu. Karena setidak peduli atau sedingin-dinginnya Kevin, bagaimanapun sekarang dia harus menerima bahwa Cindy adalah adiknya. Kevin hanya tidak tahu bagaimana caranya bertindak sebagai kakak, dia terbiasa sebagai anak tunggal dan terbiasa melakukan semua hal sendiri tanpa ada seorangpun menetap di sisinya sedari dulu yang sukses membangun sikap dingin dan acuhnya tanpa dia sadari. Kevin melepaskan pelukan mereka yang dibalas tatapan sendu Cindy. Tangan Kevin terangkat kearah pipi Cindy dan kedua ibu jarinya ia gunakan untuk menghapus air mata Cindy dengan pelan. Mata Cindy terpaku saat mereka beradu pandang. Jantungnya entah mengapa berdegup cepat melihat tatapan datar yang biasa diperlihatkan Kevin seolah ini tatapan datar yang 'beda'. Kevin menggiring Cindy untuk berbaring diatas ranjang dan menyelimutinya. Saat akan pergi, tiba-tiba ia merasakan jari-jarinya digenggam erat oleh tangan Cindy "jangan pergi kak, aku takut... hujan dan petir"
Seolah mengerti, Kevin duduk dipinggir ranjang sambil mengamati Cindy yang mulai memejamkan mata. Petir kembali menggelegar, tanpa sadar Cindy memeluk sebelah tangan Kevin dengan mata yang masih terpejam erat. Cindy menarik tangan Kevin hingga Kevin jatuh berbaring disebelahnya "kak temenin aku, aku... aku benar-benar takut" Tidak tega melihat Cindy ketakutan, Kevin menyetujui untuk menemaninya tidur. Lagi-lagi terdengar suara petir yang jauh lebih besar dibanding sebelumnya membuat Cindy memeluk erat Kevin yang sedang tidur menghadapnya. Kevin kembali menepuk pelan puncak kepala Cindy yang bersandar di dadanya dan berusaha membuatnya mengerti bahwa Cindy tidak lagi sendiri.
Merasa nyaman, pelan-pelan mata Cindy mulai terasa berat dan berbaring diatas kasurnya "makasih kak"gumamnya pelan dibarengi dengan memeluk Kevin makin erat dan perlahan-lahan jatuh tertidur. Kevin memandangi Cindy dengan pandangan menerawang. Pasalnya, baru kali ini Kevin menyadari akan phobia Cindy setelah memasuki tahun kedua mereka tinggal bersama. Kevin mengakui bahwa dirinya memang menghindari adik tirinya, lebih tepatnya tidak menyukai bila berada disekitar Cindy yang selalu kelebihan semangat dan senyum yang selalu melekat diwajahnya tanpa lelah membuatnya jengah tiap melihat wajah itu, karena bisa dibilang hal itu berbanding terbalik dengan dirinya yang terkenal dingin dan kaku itu. Juga mengingatkannya tentang masa lalu. Dan juga ditambah lagi tiap malam dirinya selalu keluar untuk sekedar hang out ataupun melepas penat di klub favorit teman-temannya itu, meskipun terkadang seringkali dia ditinggalkan oleh teman-temannya yang seolah larut dengan dunia mereka sendiri dengan wanita-wanita di klub itu. Bagi Kevin tidak sedikitpun dirinya tertarik dengan wanita-wanita itu, meskipun seringkali teman-temannya meledek atau bahkan mencoba menjebaknya untuk setidaknya merasakan 'gairah muda' dengan salah satu dari mereka. Kevin melirik tajam teman-temannya setiap mereka mengatakan hal itu. Bagi Kevin, cinta hanya omong kosong dan ilusi memabukkan yang membuat orang kehilangan akal dan kewarasan serta ingin melakukan apapun untuk cinta itu sendiri. Menurut Kevin itu konyol dan bodoh. Namun, bukan tanpa alasan dia begitu skeptis mengenai segala hal tentang cinta, tentu dia memiliki alasan kuat meskipun dia menutup rapat hal itu dan enggan untuk memberitahukannya kepada siapapun, menurutnya di dunia ini tidak ada orang yang bisa benar-benar dipercaya bahkan orang terdekatpun, semua memiliki kemungkinan untuk berkhianat. Dia sangat membenci pengkhianatan. Jadi, dia terus membentengi diri terutama dari makhluk berjenis kelamin perempuan, agar dirinya tidak terjebak kelak. Kini pikirannya dipenuhi memori-memori masa lalu, saat dirinya berusaha bangkit sendiri dengan kedua kakinya yang masih lemah akan dunia luar. Bayangan itu terus mendatanginya silih berganti seiring dengan mata Kevin yang mulai terasa berat.***
Sinar matahari berebut masuk melalui celah tirai kamar, hal itu membuat Cindy mau tak mau membuka matanya perlahan. Namun saat dia merasa masih nyaman dengan posisinya, kembali dia memejamkan mata dan memeluk erat sesuatu disampingnya, sesuatu seperti guling. Tiba-tiba guling yang Cindy peluk itu bergerak pelan namun terasa jelas membuat Cindy sontak membuka matanya dan langsung berhaqdapan dengan dada bidang seorang remaja laki-laki. Hal ini membuatnya mendongak dan terkejut melihat Kevin yang saat ini tengah menatapnya datar dengan mata elangnya. Tanpa Cindy mengerti, jantungnya berdebar kencang kala iris sewarna karamel nya bersirobok dengan iris onyx yang dibingkai pas dengan mata elang milik Kevin. Cindy langsung teringat kejadian semalam dimana dirinya memohon pada Kevin untuk menemaninya tidur. Setelah Cindy sadar dari lamunan tentang kejadian semalam, dia segera baru menyadari bahwa dirinya saat ini tengah memeluk erat pinggang Kevin, dia segera melepasnya dan menunduk malu. Tiba-tiba Kevin bangun dan berdiri disamping ranjang lalu matanya kembali menatap Cindy datar dan berlalu begitu saja tanpa mengucapakan sepatah katapun membuat Cindy menghela nafas berat sambil terus memandangi punggung lebar Kevin yang mulai hilang ketika berbelok menuju kamarnya.
"huh... aku kira seenggaknya kita bisa lebih akrab kak, ternyata enggak ya" gumam Cindy kecewa diselingi senyum getir***
Cindy menggeliat pelan dibalik selimut tebal yang membungkusnya dan mengerjapkan mata, lalu meraih handphone nya di nakas sebelah ranjangnya dan membelalak melihat jam yang tertera disana yang telah menunjukkan waktu pukul 7 malam. Tiba-tiba dia merasakan perutnya bergemuruh cukup kencang yang membuatnya meringis. "aku lupa aku belum makan dari pagi. Ini semua gara-gara tugas matematika, ngerjain dari pagi sampai siang baru dapat beberapa soal, sampe ketiduran kan" dia menggeram sebal. Cindy tidak bisa memasak dan hari ini adalah hari minggu yang artinya seluruh pembantunya diliburkan. Mau tidak mau dia beranjak dari ranjangnya dengan enggan dan berjalan menuruni tangga menuju dapur. Tidak dilihatnya sosok Kevin dimana pun termasuk di dapur, Cindy segera berlari kearah garasi untuk melihat motor Kevin. Setelah yakin bahwa Kevin masih dirumah, dia kembali berjalan menuju dapur dan segera mengambil kornet, telur, daun bawang dan tuna kaleng lalu mencampur semua bahan yang bisa ditemuinya di kulkas itu, yang dia bahkan tidak sadar bahwa potongan pada daun bawang dan tuna nya terlalu besar dan tebal. Setelah meraba-raba apa yang akan dia lakukan selanjutnya, dia seketika teringat ketika ibu nya menuangkan banyak minyak pada saat menggoreng ikan, mungkin sama saja saat menggoreng telur dadar, jadi dia menuangkan sebanyak mungkin minyak agar telurnya nanti terendam. Setelah itu dia segera menyalakan api dengan besar agar cepat matang dan segera menuangkan telur yang telah dikocoknya tadi. Ini adalah pertama kalinya bagi Cindy untuk memasak, jelas dia hanya meraba-raba kira-kira apa yang akan dilakukan selanjutnya. Cindy menunggu agak lama karena telur dibagian atasnya tidak kunjung matang, akhirnya dia duduk di meja makan sambil menunggu telurnya matang. Saat hampir ketiduran, Kevin berlari membuat Cindy kaget langsung mengambil tempat disamping Kevin
"kak kok dimatiin kompornya? Kan belum matang"
Kevin menghembuskan nafas kasar sambil menatap Cindy tajam "kamu mau bakar rumah atau gimana?" Kevin lalu mengambil telur tadi dan diletakkannya ke piring "kamu lihat? Ini gak layak makan"
Cindy melihat telur dadarnya yang sudah tidak karuan bentuknya dengan hampa. Dia sadar dia benar-benar tidak ada bakat dalam memasak bahkan hanya sekedar menggoreng telur berbeda dengan bundanya dulu yang sangat mahir soal urusan dapur. Kevin mendecak kesal dan beranjak menuju kulkas dan mengambil daging, kornet, saus sambal dan saus tomat, fettucini, keju parut, bawang bombay, crab stick lalu dengan cekatan mulai merebus fettucini tadi juga mengiris bawang untuk segera ditumis dan mencampurnya dengan daging, kornet dan crab stick yang telah dipotongnya kecil-kecil setelah cukup matang segera dituangkannya saus sambal dan tomat kemudian fettucini yang sudah matang tadi langsung dimasukkan kedalam bersama bahan-bahan sebelumnya dan tidak lama kemudian langsung dituangkannya ke piring yang telah disediakannya sebelumnya untuk kemudian ditaburi keju diatasnya. Cindy hanya diam memperhatikan Kevin yang memasak dengan cekatan juga tanpa jeda hingga sepiring fettucini dihadapannya pun belum dimakannya. Tanpa menghiraukan Cindy, Kevin segera memakan fettucini nya tanpa bersuara. Cindy pun mulai memasukkan sesendok fettucini buatan Kevin tadi dan terdiam cukup lama.
"waaaaaaaaa...." Teriak Cindy cukup keras tapi dia seketika terdiam saat dilihatnya Kevin menatapnya tajam. "kak ini fettucini terenak yang pernah aku coba"
Tanpa merespon pujian dari Cindy, Kevin kembali memakan fettucini nya dengan cepat dan beranjak dari dapur lalu kembali ke kamar. Cindy yang masih asyik menikmati fettucini nya tidak sadar akan kepergian Kevin terheran-heran karena mengetahui Kevin yang sudah menghilang dari hadapannya. Cindy mengangkat bahu acuh lalu kembali melanjutkan menyantap makanannya.***
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Cinderella Story
Fanfiction"...Akhirnya Cinderella pun menikah dengan Pangeran dan hidup bahagia selamanya" Tidak. Tidak sesimple itu. Nyatanya kisah Cinderella Deraya tidaklah seindah dongeng yang selalu jadi penghantar tidurnya. Dongeng yang selalu membawanya keangan-angan...