5

19 3 0
                                    

Kehidupan upik abu yang sering dibacanya di dongeng favoritnya menunjukkan bahwa cerita itu bukanlah fiksi biasa, itu bisa saja terjadi. Dan Cindy percaya itu karena dia merasakannya sendiri. Dan semenjak 11 hari kematian ayahnya sikap Riana kerap berubah-ubah. Penuh rasa sayang kepada Cindy disaat ada orang lain, dan berubah 180o setelah orang itu pergi. Sungguh Cindy sudah benar-benar tidak tahan, tawaran Daniel sebelumnya membuatnya tergerak, tapi Cindy sadar dia harus menahannya hingga tiba waktunya. Dan beberapa hari ini Riana juga sering bepergian seperti sedang mengurus sesuatu, dan Cindy terkadang melihat ada tatapan 'berbeda' dari Kevin kepada Riana.

***

      Langkah lesu membayangi Cindy sejak kematian ayahnya. Teman-teman nya bahkan merasa bahwa jiwa ceria dan hangat Cindy sepenuhnya hilang saat kematian ayahnya, jikapun dia bersikap ceria setiap orang bisa melihat bahwa dia hanya berusaha bersikap seperti dirinya yang dulu namun matanya jelas menyiratkan tatapan kosong dan menerawang. Perubahan sikap Cindy bahkan berpengaruh pada kehidupan sekolahnya, dia akhir-akhir ini kerap kali mendapat teguran dari guru-gurunya karena melamun pada jam pelajaran mereka, bahkan nilai-nilainya pun mengalami penurunan padahal dirinya selalu termasuk dalam 3 besar di kelasnya yang merupakan kelas unggulan sekaligus pada peringkat umum. Bukannya Cindy tidak sadar akan perubahannya, dia hanya tidak peduli dirinya bahkan tidak menggubris tatapan prihatin teman-temannya, entah yang memang prihatin atau hanya berpura-pura. Dunianya hancur tepat setelah satu-satunya orang yang disayanginya meninggal, tapi dia tahu dia tidak boleh hancur sekarang. Atau 'nanti'.

***

      Cindy berjalan gontai memasuki rumah, suasana sunyi menyelimuti rumah membuat mendesah lega karena dia hanya ingin mengistirahatkan kepalanya yang terasa sangat berat dan pandangannya yang terkadang berkunang-kunang. Setidaknya tidak bertemu mama, pikirnya. Terang saja, saat di sekolah tadi wali kelasnya menceramahinya tentang nilai-nilainya yang turun padahal hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya.
Cindy berjalan memasuki ruang guru dan langsung menuju meja wali kelasnya karena panggilan yang terdengar dari intercom kelasnya. Tepat saat Cindy berasa di depan meja wali kelasnya, dirinya langsung diarahkan menuju ruang BK. Kenapa gak langsung ke ruang BK aja sih, kenapa harus ke ruang guru dulu, pikir Cindy geram. Kemudian Cindy dipersilahkan duduk berhadapan dengan wali kelasnya itu dan dia merasa sebentar lagi dirinya pasti akan di interogasi, yang pasti mengenai nilai-nilainya yang turun.
      "Cindy, ibu tahu kamu sedih dengan kepergian ayahmu, tapi kamu harusnya bangkit buat agar ayahkamu bangga, lagipula kamu masih memiliki ibu yang sayang padamu, jadikan ia motivasimu, Cin..."
      Cindy menggertakkan gigi pelan mendengar wali kelasnya menyebut ibu tirinya 'menyayanginya' itu. Rasanya dia ingin segera angkat kaki dari ruangan ini.
      Melihat tidak ada respon apapun dari Cindy, wali kelasnya itu kembali melanjutkan "Cindy ibu memberitahu ini kepada kamu demi kebaikan kamu sendiri, jika nilai kamu terus turun ibu khawatir kamu akan diturunkan ke kelas regular semester genap nanti, ini tahun terakhirmu di SMP, kamu akan gagal mendapat rekomendasi dari sekolah untuk masuk SMA melalui jalur prestasi nanti" dia terdiam sejenak memandangi Cindy yang terus menunduk tanpa merespon ucapannya, setelah menghela nafas pelan dia kembali melanjutkan "Cindy..."
      "Bu..." panggil Cindy setelah mendongakkan wajahnya dan mendaratkan tatapan tepat di manic mata wali kelasnya itu. Cindy sadar wali kelasnya cukup terkejut saat menangkap tatapan dingin yang diarahkan Cindy padanya, pasalnya dia tahu bahwa Cindy orang yang ceria dan hangat pada siapapun terutama pada dirinya yang notabene nya merupakan wali kelas Cindy dari kelas 1 SMP. "Saya bukan robot. Saya manusia. Saya bisa hancur setelah satu-satunya alasan saya tetap hidup, pergi. Maaf kalau saya lancing dan tidak sopan tapi saya butuh menenangkan diri bu, permisi" tanpa menunggu jawaban dari wali kelasnya yang kaget akan perubahan tiba-tiba dari salah satu murid terbaiknya itu, Cindy berlalu begitu saja meninggalkan wali kelasnya dalam suasana hening yang canggung.
      Mengingat kejadian tadi siang membuat Cindy mendesah berat dan menghempaskan diri di kasur tanpa mau repot-repot melepas seragamnya. Kepala nya terasa semakin pusing dan berat, pandangannya main berkunang-kunang. Sekarang dia benar-benar harus istirahat sebelum Riana datang

***

Another Cinderella StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang