Its just epilog for "Remember"
Epilog: Cho Nara
Saat itu, putrinya masih terlalu kecil. Sangat kecil malah. Di usia empat tahun, putrinya sudah pandai melakukan banyak hal. Hal yang selalu di impikan oleh banyak ibu. Begitu juga dengan dirinya. Karena Cho Nara, adalah putri pertama mereka, Seohyun pun selalu ingin melakukan hal yang terbaik untuk putrinya. Apapun itu. Oleh karena itu, ketika melihat putrinya yang lincah bermain dengan beberapa alat musik, Seohyun mungkin berpikir bahwa putrinya memiliki minat serta bakat di bidang itu. Dan karena itu, tanpa berpikir banyak, Seohyun mengajari putrinya untuk bermain musik. Beberapa alat musik yang mudah dan seringkali menjadi minat putrinya.mmi heh
Bahkan untuk hal serepot mengikuti les musik pun, Seohyun lakukan untuk putrinya. Setelah melihat putrinya memang memiliki minat di bidang itu, Seohyun pun semakin gencar membuat putrinya nyaman dengan apa yang gadis itu sukai.Sejak saat itulah, putrinya pandai di bidang musik.
Mereka ingin menjadi orang tua yang baik untuk Nara. Baik dalam memberikan pendidikan, maupun kasih sayang. Dan melihat Nara yang bahagia, mereka yakin dan berjanji untuk tidak membuat Nara terluka sedikitpun. Selagi mereka masih memiliki cinta dan bisa saling membaginya, mereka pikir, hal buruk bisa di selesaikan bersama karena mereka punya satu alasan. Yaitu saling mencintai.
Tapi satu hal yang tak pernah di rencanakan adalah, ketika mereka sendiri tidak bisa menebak apa yang akan terjadi di masa depan dengan segala janji itu. Mereka tak akan pernah tahu, karena cinta bukan dasar segalanya. Terkadang siapapun bisa berubah dalam situasi tersulit.
"Kita akan membesarkan Nara dengan baik, sayang. Aku takkan melukainya." Kyuhyun selalu mengucapkan itu sebelum mereka tertidur dan terbangun esok pagi. Seohyun hanya akan mengangguk setuju dan tersenyum menawan seraya mengecup kening putrinya yang tertidur.
Hal hal kecil sepeti itu adalah hal yang selalu mereka tanamkan sebagai keluarga yang menerapkan sistem keharmonisan. Karena pada dasarnya, menjadi orang tua itu sulit jika salah mengambil tindakan. Bagi mereka, sebagai orang tua, yang utama adalah komunikasi dan kasih sayang. Mereka harus bisa memastikan hal itu untuk mengeratkan hubungan.
"Aku mencintaimu, sayang..Aku mencintai kalian."
Seohyun terus membalikkan album usang berwarna putih itu, menampilkan sederet foto Nara sebagai kenangannya. Seohyun menangis, melihat Nara tertawa, bahagia, dan juga tersenyum dalam foto ini, seperti memukul telak dirinya yang telah salah mengambil tindakan dengan menceraikan Kyuhyun dan seolah melupakan Nara.
Demi Tuhan, Seohyun tak tahu jika akhirnya akan seperti ini. Jika Seohyun tahu akan seperti ini, Seohyun takkan pernah mau melakukannya. Ia tak ingin melukai Nara. Seohyun tak pernah merasa se-egois ini sebelumnya, hanya karena ia terluka, bukan berarti ia seharusnya menjadi bodoh. Tapi demi apapun, Seohyun selalu mengutamakan Nara di banding apapun.
"Maafkan ibu, Nara."
Seohyun menangis. Selalu begitu. Karena semua berdasar pada perasaan, sesuatu yang tak di inginkan pun bisa terjadi kapan saja. Yang tak pernah di pikirkan adalah, bahwa suatu saat nanti, jika ada hal yang tak bisa kita cegah sedikitpun. Bagaimana dengan penyelesaian atas semua janji itu? Apa yang tersisa?
Apa yang masih bisa di pertanyakan ?
Seharusnya, menyesal bukanlah pilihan. Tapi tak merasakan apapun bukan juga kebaikan. Jadi yang terpenting adalah, seharusnya, dalam hubungan, ada sesuatu yang di sebut dengan merajut. Mengikat semua jalan dan kasih, untuk menyatu di satu sayatan yang memukau. Seharusnya. Tapi terkadang, seberapa lama pun seseorang menjalani sebuah hubungan, itu sama sekali tak menjamin bahwa mereka akan mampu menghadapinya lagi."Nara terlihat bahagia ya?" Seohyun tersentak mendengar seruan sang ibu di belakangnya. Seohyun merasakan jemari ibunya yang membelai lembut rambutnya. Seohyun merasakan itu.
"Y-ya. Nara terlihat bahagia." Seohyun mengelus pelan foto Nara dalam album itu. Benar kata ibunya, Nara terlihat bahagia. Sangat bahagia malah.
"Kenapa kau memutuskan menceraikan Kyuhyun, sayang?" Ibunya bertanya dengan perlahan. Takut-takut menyinggung perasaan putrinya. Padahal, sebagai seorang ibu, ia mengerti sangat perasaan putrinya itu.
"K-karena aku terluka, bu. Dan aku takut, bahwa Kyuhyun takkan mencintai Nara lagi. Karena Kyuhyun tak mencintaiku lagi."
"Padahal kau tak pernah tahu bagaimana sebenarnya perasaan Kyuhyun, kan? Seharusnya, selagi Nara bahagia dengan apapun keadaannya, itulah yang terbaik."
"Tapi Nara, ia mengatakan akan bahagia melihat aku dan Kyuhyun bahagia."
"Ibu, Nara paham. Nara memang tak paham mengapa kalian tak bisa lagi hidup bersama dan saling menyayangi seperti dulu. Nara juga tidak bisa memaksa dan memohon dengan alasan semua demi Nara. Tapi nenek bilang, perpisahan tak berarti buruk juga. Jadi Nara akan ikut bahagia bersama ibu. Dan Nara akan membiasakan diri untuk hidup tanpa ayah."
"Ya. Dan sekarang Nara bahagia. Bahagia melihat ibunya sudah jujur, bahwa ibunya masih sangat mencintai ayahnya. Nara juga bahagia sekarang, karena dengan begitu, kalian bisa berpikir lebih baik lagi." Seohyun memeluk ibunya. Benar. Benar apa yang ibunya katakan. Nara pasti bahagia. Nara mengatakan hal itu karena ia tahu bagaimana cara membuat mereka bahagia. Nara pasti bahagia mendengar bahwa ibunya sudah jujur tentang banyak hal. Dan yang terpenting, Nara tahu ibunya akan bahagia karena bisa mengambil keputusan yang lebih baik lagi.
© Keyralaws
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember: Our Last
FanfictionEnd: 08 Juni 2017 [✓] Entah kemarin, hari ini, atau esok, tawa hanya akan menjadi bagian dari ingatan dan kenangan, ketika akhir mengatakan sudah saatnya saling melepaskan. .......... /Dilarang menjiplak ide, atau seluruh isi cerita yang ada di dala...