Part 9

67.1K 2.4K 14
                                    

Anin POV

Sekarang aku sudah duduk dikursiku dan kalian tahu sekarang didepanku sudah banyak teman kantorku yang menyerbuku dengan berbagai pertanyaan. Mereka sudah ribut sendiri menanyakan ini itu kepadaku.

"Ehh gila lo nin jadi selingkuhan pak Adnan"
"Parah lo Nin kok lu mau sih jadi selingkuhannya"
"Gue kira lo hanya teman atau saudaranya pak Adnan ternyata lo jadi jalangnya pak Adnan parah"
"Gue gak nyangka sama lo Nin"
"Jaga sikap lo dong masa pake hijab kelakuannya begitu"
"Ciuman pak Adnan enak gak Nin?"
"Lo dibayar berapa sama pak Adnan?"
"Dasar wanita murahan, mau-maunya jadi selingkuhan bos"
"Tau masa berhijab kelakuan begitu"

Dan masih banyak lagi ucapan yang mereka lontarkan untukku. Cukup sesak mendengar ucapan mereka semua, Aku hanya mendengarkan tanpa berkomentar sama sekali sampai bu Nindy datang menghadangku.

"Anin apa-apaan kamu, baru juga beberapa bulan kerja udah godain bos besar aja" ucapnya sambil menggebrak mejaku, orang-orang yang berada didepan mejaku langsung menyingkir kebelakang saat bu Nindy datang. Aku dengan sabar tersenyum kepadanya, sabar Nin ini pilihan kamu untuk merahasiakan status kamu dikantor

"Ehh Anin jauhi pak Adnan, atau gak kamu saya pecat" ucap bu Nindy, dihh emang lo siapa berani pecat gue segala

"Maaf ya bu Nindy saya rasa urusan pekerjaan dan pribadi gak bisa disatukan, jadi saya mohon sama kalian juga jangan urusi pribadi orang lain, karena itu urusan pribadi saya" bu Nindy melotot kepadaku, Aku hanya tersenyum manis didepannya

"Kamu benar-benar ya Anin, kalian bubar, Anin ikut saya" ucap bu Nindy marah, yang lainnya pun bubar, bu Nindy mengajakku tetapi aku menolak

"Maaf ya bu, saya mau kerja dan ibu gak berhak ngatur-ngatur hidup saya" ucapku santai semakin membuat bu Nindy kesal

"Awas kamu Anin" ucapnya lalu keluar ruangan. Lina dan Rere menghampiriku

"Gila lo Nin gak takut sama ancaman nenek lampir?" Ucap Rere

"Biasa aja, udah kalian duduk gih gue mau kerja" Lina dan Rere pun mengangguk lalu kembali ketempat duduknya. Aku kembali menatap komputer.

Aku pun kembali melanjutkan pekerjaanku dan melupakan sejenak ucapan orang biarlah mereka berkata apa. Aku fokus pada pekerjaan sampai tak sadar jam sudah menunjukkan waktu istirahat.

Drrttt drrrtt drrtt hp ku bergetar sudah dari tadi dengan malas aku mengangkatnya ternyata mas Adnan yang menelpon

"Halo" ucapku malas

"Halo Anin ayo kita makan siang" aku menghembuskan nafas

"Hemm makan sendiri-sendiri aja ya mas" ucapku pelan karena masih ada teman lain diruangan

"Ehh kenapa kamu takut ya? Aku udah tau tentang gosip kita" mas Adnan ternyata sudah tau dan ia nantangin aku

"Enggak siapa yang takut" ucapku lantang mas Adnan tertawa disebrang sana

"Yaudah kamu kesini keruangan aku, aku udah pesan makan kita makan diruangan aku aja"

"Iya iya" mas Adnan pun langsung menutup telponnya.

Aku merapihkan mejaku lalu bergegas meninggalkan mejaku menuju ruangan mas Adnan, sampai depan pintu aku mendengar suara bu Nindy memanggilku. Mau apa lagi sih nih bu Nindy

"Mau kemana kamu?"

"Mau makan" jawabku

"Nih sekalian kasih berkas ini ke resepsionist ya" ucapnya sambil menaruh setumpuk berkas ditanganku, gak tau apa aku mau kelantai atas, terpaksa aku menerimanya.

My Husband is My Boss (SUDAH DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang