1

125 7 0
                                    

Sebuah awal dari apa yang engkau tanam akan mengakhirinya juga.

Gadis dengan rambut sebahu itu berjalan pelan menelusuri lorong lorong koridor yang telah sepi. Sisil namanya, tidak ada yang spesial dari mahasiswi ini dengan penampilan yang sangat sederhana atau bahkan dipandang tidak pantas oleh mahasiswa kampus elit ini. Kelas sudah selesai sejak 30 menit yang lalu tapi sisil baru mulai beranjak dari tempatnya ketika Rima, temannya menghampirinya.

"Sisil," sapa Rima dengan riang.

Berbeda dengan Sisil, Rima berpenampilan modis dan manis serta sifatnya yang riang membuatnya mudah bergaul.

"Ayo Sil ke kantin, gue laper." Ucap Rima merengek, Sisil hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum melihat tingkah imut temannya itu.

Rima langsung menyeret Sisil ketika  Sisil sudah selesai membereskan barang-barangnya.

Kantin hari ini tidak terlalu ramai mungkin karena sudah lewat jam makan siang.

"Mau makan apa ma?"

Rima melihat sekeliling dan tangan lentingnya menunjuk salah satu stan makanan.

"Bakso aja Sil sama es alpokat."

"Oke."

Rima mengantri di belakang seorang pria yang tinggi menutupi tubuhnya yang bisa dikatakan mungil atau pendek. Aroma parfum memasuki indra penciumannya, aroma ini tidak asing atau bisa dikatakan aroma yang dibencinya, tangannya mengepal dengan kuat sampai sebuah panggilan membuyarkan lamunanya.

"Mbak..."

Sisil menoleh kanan kiri mencari pria tadi tapi tidak terlihat sejauh matanya mencari.

"Mbak..." panggil Pak Mahmud sekalinya.

"Eh, iya pak, aduh maaf ya mbak saya melamun," ucap Sisil tak enak hati.

"Iya neng, santai aja, mau pesan apa?" Pak Mahmud termasuk penjual yang ramah dan gaul.

"Kayak bisa pak, baksonya 2, es alpokat 1 sama es jeruk berdua."

"Oke neng." Ucap Pak Mahmud sambil mengacuhkan jempolnya.

"Nanti dianter di meja sana ya mang"

"Siap, meluncur neng,"

Sisil tersenyum mendengar ucap gaul Pak Mahmud.

Sisil berjalan ke tempat duduknya tanpa sadar ada sepasang mata yang memperhatikannya sejak tadi.

"Hai Sil" sap Rio pacar Rima.

"Hai yo, sudah lama? Maaf gue enggak mesenin lo makan."

"Enggak, baru kok Sil. Enggak pa pa gue cuman mampir aja sebentar lagi gue ada kelas."

Sisil mengangguk menanggapi ucapan Rio. Rio adalah pacar Irma sejak setahun yang lalu dan kating mereka walaupun beda Fakultas.

Irma dan Rio sedang asik mengobrol sedangkan Sisil mengedarkan pandangan ke penjuru kantin dan terhenti. Mata mereka saling bertatapan.

Sisil tau siapa pria itu, pria yang pernah menorehkan luka terdalam dihatinya. Secara tidak sadar Sisil mencengkram tangan Rima yang sedang asik mengobrol dengan kuat sehingga Rima meringis.

"Sil!" Tegur Rima tapi tidak ada respon.

Rima menoleh dan melihat pandangan Sisil. Rima merasakan amarah yang memuncak, melihat tingkah dua sahabat yang aneh Rio. Mengikuti pandangan Sisil lalu berdiri menghalangi Sisil dan Rima untuk melihat pria tersebut.

Pandangan yang terputus membuat Sisil sadar dan melihat ke arah tangan Rima yang digenggamnya. Cap tangan berwarna merah nampak jelas terlihat membuktikan seberapa kuat genggam itu.

Ends In Seven DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang