5

44 5 3
                                    

Happy reading guys 😚 budayakan vote dan coment karena sangat membantu saya.

Sepanjang koridor di penuhi oleh siswa siswi yang sibuk tertawa membuat Sisil bingung. Tapi saat sampai tengah koridor Sisil mulai mengetahui penyebabnya.

Muka dan pakaian Lina, Hana, Fina dan Gea berwarna warni karena cat piloks perkiraan Sisil. Salsa, Ayu, serta Nia yang memberi komando menertawainya membuat Sisil mengepalkan tangannya.

Sampai sebuah suara menyadarkannya. "Wow tunggu tunggu kayaknya gue kenal deh dengan orang yang di sana." Tunjuk Salsa ke arah Sisil sehingga semua murid seolah membuka jalan untuk Sisil.

"Wow god ternyata ini dia satu orang lagi yang gue tunggu."

"Sini anak manis." Sisil berjalan dengan wajah datar disertai tawa siswa siswi di sekitarnya.

Seketika cat piloks sudah melekat pada wajah dan pakaian Sisil kemudian seperti manusia yang tidak berperi kemanusian semuanya tertawa. Dari tempatnya berdiri Sisil dapat melihat Hana yang menahan tangisnya, Lina mengepalkan tangannya, Gea yang santai menyederkan tubuhnya di tembok, dan Fina yang memasang wajah datarnya.

"See ini hukuman buat lo lo lo lo dan lo." Tunjuk Salsa satu persatu.

"Buat orang orang yang sudah berani sama gue campakkan itu losers. Dan buat kalian semua ini akibatnya kalau kalian ngelawan gue."

"Lo ....." tunjuk Lina dengan geran.

"Apa?" tantang Salsa.

Murid murid semakin ricuh tapi tiba tiba suasana hening. Semua orang fokus pada empat pria yang berjalan mendekat dan semuanya membuka jalan untuk mereka.

Raihan berjalan berdampingan dengan Rafa dan di belakang mereka ada Bimo dan Rico yang masih berdebat. Ketika keempatnya berhenti semua siswi berteriak histeris termasuk Salsa yang sudah berlari dan bergelayut manja di lengan Raihan.

Ini dia pangeran sekolah yang dinanti nanti seluruh penjuru sekolah.

Raihan hanya berekpresi dingin dan datar, jengah dengan tingkah laku Salsa.

"Sayang kapan kamu sampai kok enggak kasih tau aku sik?," ucap Salsa manja.

"Lepas," ujar Raihan dingin dan dengan enggan Salsa melepaskannya.

"Bubar semua!" Seketika semua siswa berlari memasuki kelas mereka.

Setelah sepi Raihan melangkah melewati lima gadis yang hanya memperhatikan Raihan.

-----

"Shit!" Lina memukul meja keras sehingga menimbulkan suara berisik. Sedangkan Hana meringis melihatnya. Kini kelas sepi karena bel istirahat yang berbunyi lima menit yang lalu.

"Why? Santai Lin," ujar Gea sambil membolak balik buku.

"Santai? Lo bilang santai? Gila aja lo." Lina memukul meja lagi menyalurkan emosi yang bergejolak.

"Terus lo mau gimana? Memang dengan lo teriak teriak dan mukul meja bisa balas dendam sama mereka? Enggak stupid!" ucap Fina kelewat datar.

"Sudah deh kenapa kalian yang jadi berantem?" kata Hana jengkel.

"Dia yang mulai!"

"Lo stupid!"

Sisil bangkit menimbulkan suara decitan.

"Kalian berdua yang stupid"  Sisil berjalan meninggalkan kelas yang sunyi.

Sisil menghela nafas ketika sudah duduk di bawah pohon yang berada di belakang sekolah. Menutup mata merasakan semilir angin membelai wajanya dan menciptakan ketenangan.

Sampai sesuatu menimpuk kepalanya membuat Sisil mengaduh. "Aduh!"

Sisil menatap ke atas pohon, menatap tajam seseorang yang bertanggung jawab atas rasa sakit di kepalanya.

"Kenapa?" Tanya pria itu kelewat santai.

"Lo itu yang kenapa," ucap Sisil tajam.

Pria itu mengendikkan bahunya. "Cuman mau kasih itu." Pria itu menunjuk sebuah roti yang ada di pangkuan Sisil.

"Buat?"

Dave memutar bola matanya. "Buat lo makanlah."

Sisil hanya ber OH ria kemudian membuka dan melahap roti.

"Ngapai lo di atas?"

"Nope, cuman iseng aja."

"Lo sendiri?"

"Cuman menenangkan diri."

Kemudian keduanya terdiam menikmati kesunyian yang menerpa. Mereka tidak sadar bahwa ada seseorang yang memperhatikan dengan pandangan yang datar yaitu Raihan kemudian pria itu berbalik.

Dari kejauhan seorang pria juga memperhatikan mereka bertiga. Kemudian tersenyum licik.

'Selamat datang dalam permainan.' 

---

Siang itu seperti biasa Sisil bekerja di cafe B'via, melakukan rutinitasnya setiap hari. Sampai lonceng pintu berbunyi, menandakan pelanggan yang baru masuk.

Bukannya terkejut Sisil malah memutar kedua matanya sejak tau siapa yang berkunjungan dan tidak lain adalah keempat curut.

Dengan senyum yang merekah dan langkah yang ringan mereka duduk di meja sudut kemudian melambai lambaikan tangannya ke arah Sisil.

Mau tak mau Sisil menghampirinya.
"Selamat datang di B'via ada yang bisa saya bantu?" ucapnya tak ramah sekali.

"Come on baby kayak sama siapa aja lo,"
ucap Hana jengah.

Sisil memutar bola matanya lagi. "Yaudah mau pesan apa? Dan tau dari mana kalian gue kerja di sini?"

Mereka bertiga serempak menunjuk Hana. Hana hanya cengengsan menanggapinya.

"Duduk dulu!" Gea menarik menepuk kursi di sebelahnya.

Setelah Sisil duduk Lina membuka suaranya. "Jadi gini kami ke sini buat bahas lomba olahraga."

"Sorry gue enggak ikut ikutan." Sisil angkat tangan.

"Plis Sil sekali lagi tolongi gue.  Kita harus balas penghinaan yang kita terima kemarin. Memang lo enggak mau balas dendam?"

"Gue enggak tertarik."

Fina angkat bicara dengan nada datarnya. "Lo harus ikut karena lo sudah terlibat dari awal."

Setelah perdebatan yang panjang akhirnya Sisil menyetujui.

"Terserah, terserah kalian!"

Mereka bersorak kemenangan mendengar Sisil yang menyerah.

Ends In Seven DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang