4

35 5 2
                                    

Kantin sekolah Pelita Harapan terlihat ramai, semua murid berdesak desakan untuk masuk tidak terkecuali Lina dan Sisil. Sisil harus terima diseret keluar dari kelasnya dan berdesak desakan hanya karena rengekan Lina yang membuat telinganya terasa sangat panas. Awalnya dia ingi menunggung di luar kantin tapi Lina memaksa agar dirinya ikut.

Setelah selesai mereka bergegas untuk keluar karena meras gerah dengan semua tatapan tersebut. Tapi saat kaki Lina melangkah melewati tempat segerombolan siswi. Kaki Lina dicekal menyebabkan dia tersungkur jatuh. Seketika kantin ramai dipenuhi gelak tawa. Sisil membantu Lina untuk berdiri, bahkan wajah Lina saat ini sudah memerah menandakan dia sedang dalam mode menahan kekesalannya.

Lina menatap tajam orang yang membuatnya terjatuh. Dengan wajah cantik nan sombong gadis itu mengangkat dagu menantang Lina.

"Kenapa marah?" Gadis itu tersenyum meremehkan.

Sisil memegang tangan Lina mencoba menenangkan tapi percuma karena Lina saat ini sudah mengacuhkan telunjuknya. Menunjuk sang pelaku tepat di depan hidung.

Tidak terima gadis itu menepis kasar tangan Lina dan dengan angkuh mendorong bahu Lina.

"Enggak usah nantang lo. Lo itu enggak tau siapa gue?" Tanya gadis itu menekan setiap ucapannya.

"Gue Salsabila Veronica Bramoto. Anak tunggal keluarga Bramoto. Orang terkaya di sini. Gue bisa nendang lo keluar dari sekolah ini." Salsabila tersenyum licik penuh kemenangan merasa berhasil membuat takut gadis di depannya ini.

Tapi itu cumanlah angan angan karena kenyataannya Lina hanya memasang wajah datar lalu tersenyum mengejek.
"Oh ya? Lo orang terkaya ya di sini? Cuman biar lo inget, masih ada langit di atas langit dan keluarga lo ...."

Lina mendorong bahu Salsa dengan telunjuknya. "Bukan orang terkaya, Campakan itu Nona terkaya."

"Lo memang enggak pernah berubah," Ucapan seseorang dengan seringannya yang menonton pertunjukkan tersebut.

Salsa menggeram menahan amarahnya. Dapat dilihat banyak anak yang menyetujui ucapan Lina sedangkan Lina sudah menarik Sisil pergi dari kantin.

"Lihat aja pembalasan gue! Ini baru awalnya Karlina," ucap Salsa menatap tajam kedua punggung yang mulai menjauh itu.

Sesampainya di kelas Lina masih saja mengomel. Sampai semua orang di kelas kena sembur termasuk Sisil yang duduk di samping Lina sekarang.

"Lo itu bisa diam enggak?" Semua mata mengarah pada Dave.

Mendengar itu membuat telinga Lina tambah panas. "Lo itu yah, enggak tau apa apa jadi diam aja. Cih sombong banget Salsabila itu mentang mentang orang kaya. Dikirai gue takut apa?" Ubun ubun Lina rasanya terbakar mengingat kejadian itu.

"Dengan lo ngomel ngomel gini memang masalahnya bisa selesai? Enggakkan? Yang ada cuman bikin lo capek dan bikin yang lain pada pusing. Mendingan lo itu berhenti sekarang, gue pusing dengerin omelan enggak bermutu dari lo."

Seketika Lina terdiam, ucapan dingin dari Dave ada benarnya juga. Hanya membuat dirinya capek dan menumpuk dosa.

-----

Pelajaran olahraga adalah pelajaran terakhir di kelas Sisil debelum mereka pulang dan sialnya guru olahraga kelas mereka tidak masuk. Sehingga terpaksa kelas mereka bergabung dengan kelas lain. Membuat murid murid yang biasanya bersemangat untuk olahraga menjadi malas. Karena mereka pasti akan menjadi bahan ejekkan saja.

Setelah selesai berganti pakaian mereka segera bergegas menuju lapangan dan alangkah tercengangnya Lina ketika melihat kelas mana yang menjadi patner mereka olahraga hari ini yang tidak lain adalah kelas gadis sombong itu.

Ends In Seven DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang