Crazy Birds

2.7K 314 17
                                    

[EMPAT HARI SEBELUM BADAI MATAHARI]

Belum ditentukan, 2090. Pukul 15.00

Kami hanya beristirahat selama satu jam di bawah pohon tersebut. Kami rasa itu sudah lebih dari cukup. Victor dan Ares tidak pelit, mereka membagikan makanan-makanan yang berhasil mereka ambil dan membagikannya secara rata kepadaku, Daniel, dan juga Sara. Tapi Sara menolaknya karena ia masih memiliki banyak persediaan makanan hasil rampasannya dari para penjarah yang tak segaja ia temui sedang tidur di antara reruntuhan bangunan.

Sepanjang kami berada di bawah pohon tersebut, Sara hanya diam saja sambil mengunyah potongan rotinya. Ia menatap datar ke arah jalanan yang kosong, aku melihat ada bekas luka di pergelangan tangannya dan juga di sudut bibirnya. Pasti semua itu ulah dari penjahat yang mau menculiknya tadi. Pakaian Sara lusuh, jaketnya berlubang, celana jinsnya kotor, rambutnya yang keriting sepinggang kotor—sama seperti diriku. Yah, penampilan kami tidak jauh berbeda; sama-sama menyedihkan.

Sekarang kami sedang berjalan kaki masih sama seperti tujuan kami sebelumnya: mencari tempat untuk bermalam. Namun kami mendadak berhenti saat Victor berkata ada sebuah minimarket di sekitaran bangunan yang sudah runtuh di bagian Barat. Kami mengikutinya, minimarket itu juga sudah runtuh sebagian, namun kami tetap masuk ke dalam guna mencari apapun itu yang berguna bagi kami untuk bertahan hidup.

"Sara, akan aku carikan obat untuk lukamu," kataku. Aku berjalan menuju rak penyimpanan obat-obatan, Sara di belakang mengekoriku. Aku berhenti, bukan berhenti karena sudah menemukan rak obat-obatan namun berhenti karena seorang pria berada di depanku, menghalangi jalanku.

Sara mencengkram jaketku, aku dapat merasakannya. Pria tersebut berkumis tipis, lebih tua beberapa tahun dariku. Tubuhnya pendek, kurus dan berbau obat nyamuk. Apa pria ini baru saja menyemprotkan banyak-banyak obat nyamuk ke bajunya? Karena begitu baunya sekarang. Mungkin saja tubuhnya bau atau apa, sehingga ia memutuskan untuk menyemprotkan obat nyamuk semprot ke bajunya. Tapi penampilannya lebih baik ketimbang diriku.

Aku mundur selangkah, tangan kananku sudah berada di balik punggungku sekarang. Siaga jika pria ini tiba-tiba berbuat jahat jadi aku bisa mengambil pistolku langsung. Tapi pria ini tidak melakukan apapun. Belum, kata batinku.

"Apa yang kalian cari?" tanyanya. Belum bisa kupastikan apakah ia orang baik atau jahat. Meskipun ia tampak peduli belum tentu ia baik, bukan?

"Obat merah untuk luka," jawabku.

Ia berbalik, berjalan ke arah yang berlawanan. Aku mengikuti langkahnya, Sara di belakangku masih mencengkram kuat jaketku. Pria tersebut berhenti di rak penyimpanan obat, mengambil obat merah, antiseptik, dan perban yang tersisa di sana.

"Mana lukanya?" tanyanya. Aku mempersilahkan Sara maju menghadap pria tersebut, Sara menggeleng ketakutan namun aku berusaha membujuknya supaya ia jangan ketakutan. "Aku hanya ingin membantu."

Sara mengulurkan kedua tangannya, pria tersebut melakukannya dengan cepat dan tenang. Ia membersihkan tangan Sara dari kotoran, mengolesi obat merah di sekeliling pergelangan tangan Sara yang terluka, lalu memperbannya dengan benar. Sudut bibir Sara diolesi menggunakan obat merah juga olehnya.

Sara meringis saat itu. "Maaf jika menyakitkan," kata pria tersebut.

Setelah dua menit berlalu, begitulah yang kutaksir, pria tesebut selesai mengobati Sara. Saat itu juga Daniel, Victor, dan Ares datang. Daniel langsung menyeretku dan juga Sara, berusaha membuatku menjauh dari pria asing tersebut. Pria tersebut memperhatikan wajah Daniel dengan tatapan bingung.

"Tenang, Daniel, dia mengobati luka Sara," kataku.

Daniel menghiraukanku, ia malah menatap pria asing tersebut. "Siapa kamu?"

Indonesian Apocalypse: Revenge of FallenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang