Zombie Action

2.4K 330 27
                                    

[TIGA HARI SEBELUM BADAI MATAHARI]

Belum ditentukan, 2090. Pukul 17.30


Matanya terpancar di dalam kegelapan di rumah ini. Victor di sampingku menjerit, tubuhnya gemetar. Aku sendiri tidak jauh berbeda seperti Victor, tubuhku mendadak membeku. Tidak lagi, pikirku. Setelah serangan burung gila jangan ada serangan zombi gila.

Daniel mengacungkan pistolnya, ia hendak menarik pelatuknya saat ia mendengar seseorang berbicara, "Jatuhkan pistolmu atau kamu akan menyesal selamanya!" gertak suara tersebut.

Daniel menurunkan pistolnya, tidak menjatuhkannya, orang tersebut maju selangkah. Ia bukan zombi, ia seorang manusia. Seorang wanita, lebih muda dari pada diriku, dengan rambut sepanjang paha, tubuh pendek, kurus, dengan kulit sawo matang. Di kedua tangannya ia memegang pistol.

"Apa kamu Yang Selamat?" tanyaku hanya untuk memastikan.

"Tampaknya begitu."

Kemarin aku menemukan dua Yang Selamat lainnya: Victor dan Ares. Dan sekarang aku menemukan tiga Yang Selamat lainnya: Sara, Fad, dan perempuan ini yang belum kuketahui namanya. Aku selalu mengira hanya aku Yang Selamat di Indonesia tetapi sepertinya tidak.

Perempuan tersebut menyuruhku minggir agar ia bisa melihat keluar melalui jendela rumah ini. Ia mundur selangkah saat satu ekor burung mematuki jendela di depannya.

"Monster," katanya.

"Maaf, apa katamu barusan?" tanya Victor. "Monster?"

Perempuan itu mengangguk, memasukkan kedua pistolnya ke tempat khusus yang mengantung di celana jinsnya. "Kalian lihat perilaku burung-burung tersebut, tidak biasa. Lihat mata mereka, berwarna merah."

"Bagaimana bisa?" tanya Daniel.

"Mereka tidak menemukan makanan untuk bertahan hidup; biji-bijian. Mereka terpaksa memakan daging, daging yang mereka makan adalah bangkai daging manusia yang telah berubah menjadi zombi. Oleh karena itu mereka berubah." Perempuan itu menjelaskan.

"Maksudmu mereka itu zombi?"

"Kalian menyebut hewan yang berubah menjadi zombi itu monster, kan? Berarti mereka monster," ujar perempuan itu.

Perempuan bertubuh kecil itu mengamati wajah kami satu persatu, mengamati tubuh kami juga dari atas ke bawah. Pandangannya berhenti ke wajah Fad, mendadak perempuan itu mengambil pistolnya dan mengacungkannya ke arah dahi Fad. Aku berseru panik.

"Apa yang kamu lakukan?"

"Lihat pipinya, temanmu dipatuk oleh monster tadi. Tidak lama dia akan berubah menjadi zombi," jawabnya.

"Jangan tembak dia," aku memohon.

"Kamu mau dia merubahmu juga?"

"Dia tidak akan berubah."

Perempuan itu menurunkan pistolnya, memasukannya ke tempat di mana ia menyimpann pistol tersebut sebelumnya. "Jaga dia."

Aku memandangi wajah Fad. Dua cabikan berada persis di wajahnya, darah segar mengalir keluar dari sana. Apa benar Fad akan berubah menjadi zombi juga? Tapi itu tidak mungkin. Ia hanya dipatuk oleh burung. Burung yang telah menjadi monster ....

Fad dipatuk oleh burung yang telah menjadi monster, pikirku. Dan ia akan berubah menjadi salah satunya.

"Biar kuobati, Fad," kataku. Kami duduk di lantai yang dingin. Sara di sampingku membantu mengobati luka Fad.

"Dia tidak akan berubah, kan?" bisik Sara di telingaku.

Aku mengedikan bahu. "Aku tidak tahu."

Jauh di dalam hatiku, aku tidak ingin Fad berubah. Ia orang baik. Ia membantu Sara, mengobati luka-luka Sara. Ia temanku juga dan aku tidak ingin temanku berubah menjadi zombi.

Indonesian Apocalypse: Revenge of FallenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang