DEGH....
"Ma... Maaf Kas, aku gak bisa. Aku mau kita sahabatan aja, gak lebih. Aku udah nganggep kamu kaya sodara aku sendiri Kas"
Saat itu, hati Bhakas seperti ditusuk ribuan pisau yang amat tajam. Pasalnya, ia menyukai Aurel sedari kelas 5 SD.
"O.. Ohhh.. Yaudah gak papa. Aku juga gak mau maksain orang. Thanks ya udah mau jadi sahabat + sodara yang baik. Hehe.." Ucap Bhakas agak lirih dan tersenyum miris.
"Yaudah Kas yuk kita ke kelas. Bentar lagi masuk loh!" Ucap Aurel dengan kikuk.
"Yaudah yo!!" Balas Bhakas yang badannya seperti lemas seketika.
Back to reality.....
"Arggghhhhh...... Aurel....." Batin Bhakas berucap seiring mata Bhakas yang berkaca - kaca dan mulai mengeluarkan cairan bening.
"Kas, lu kenapa? Ada masalah?" Ucap Adlan khawatir.
"Enggak, gue gak papa. Tadi cuma kelilipan debu" Sahut Bhakas sambil mengelap air matanya yang sudah keluar.
"Oh, tapi janji ya Kas kalo ada masalah bilang ma gue ya! Oke?"
"Iya, iya janji. Biasanya kan gue yang bawel ngomong gitu ke lo" Ucap Bhakas mulai tertawa.
Tring... Tring... Tring...
Bel masuk berbunyi. Seluruh siswa termasuk Adlan, Bhakas, dan Adinda masuk ke kelasnya.
Di kelas....
"Woi.... Ada Bu Nina woi.. Demi Allah gue gak boong!" Ucap salah satu murid itu.
"Yaudah yo beresin - beresin kelasnya biar die kagak marah lagi. Hahahaha" Balas salah satu murid lagi dengan nadanya yang mengejek. Terjadi lagi suara keributan di dalam kelas. Entah apa juga yang mereka ributkan, hanya mereka yang tau
"Selamat siang anak - anak!" Suara perempuan itu memecah kebisingan di kelas.
"Siang Bu..." Ucap seluruh siswa serempak.
"Baik, kali ini kita akan membuat kelompok. Disini jumlah muridnya ada berapa, ketua kelas?"
"36 Bu... " Ucap ketua kelas itu. Namanya, Mamet.
"Saya akan membagi menjadi 9 kelompok yang satu kelompok terdiri dari 4 orang. Saya sebutkan namanya ya!
Kel. 1 : Doel
........
........
........Kel. 2 : ........
........
........
........
••••••••••
••••••••••
••••••••••
Kel. 6 : Adinda
Devi
Kartika
AnnaKel. 7 : Adlan
Gilang
Rudy
Dimas"
"Yah Bu, kenapa saya bisa sekelompok sama si cacat ini sih Bu?" Tiba - tiba ada seorang siswa yang memberhentikan ucapan Bu Nina."Heh, Gilang, jangan sembarangan ya kamu kalau bicara! Sudah terima saja!" Mendengar ucapan Bu Nina, Gilang hanya bisa terdiam tapi raut wajahnya seperti tak terima.
"Yasudah, kita lanjutkan!
Kel. 8 : Bhakas
..............
..............
..............
Dan, kel. 9 : .......
.......
.......
.......
Sudah, kalian duduk di kelompok masing - masing!"~ Adinda ~
Aku mendekati bangku yang akan ku duduki.
"Hai, kamu yang kemaren kan? Si.. Adinda!" Kata Devi.
"Iya, hai juga" Balasku.
"Oh iya, ini temenku. Kartika dan Anna, kemaren mereka gak sempet kenalan sama kamu"
"Iya.. Kenalin juga saya Adinda murid baru" Ucapku sambil melirik mereka dan tersenyum.
"Oke, yaudah yu kita lanjutin Din, Tik, Na" Ucap Devi. Kami hanya membalasnya dengan mengangguk.
Beberapa jam kemudian......
~ Author ~
Bel pulang sekolah sudah berbunyi kurang lebih 45 menit yang lalu. Sekolah sudah mulai sepi dari siswa dan siswi. Kecuali, yang mengurus OSIS, eskul, dll.
"Kas, lo ada kerjaan lagi selain ngurusin basket itu?"
"Gak ada untungnya Dlan, gue lega. Inilah alesan kenapa gue dari awal gak mau jadi ketua tim basket"
Ucapan Bhakas barusan membuat Adlan terpaku dalam lamunannya.
"Huhh.... Andai aja ya Kas, gue gak lumpuh. Mungkin, gue bisa ngegantiin lo biar lo gak secape ini" Ucap Adlan lirih namun dapat terdengar oleh Bhakas.
Bhakas pun memasang wajah kaget.
"Loh... Lo gak boleh patah semangat gini dong. Ini udah takdir kok bukan salah lo. Gue janji bakalan ada paling pertama saat lo lagi seneng maupun sedih, oke?" Ucap Bhakas sambil mengelus pundak Adlan dan memotivasinya.
Adlan tersenyum, "Makasih ya, lo udah mau jadi sahabat baik gue walaupun dulu gue ngelakuin hal gak baik dan lebih milih sahabatan sama Gilang dan ngelupain lo, maaf ya!"
"Ya, udah - udah lupain masa lalu. Kita perlu hadapin masa depan, Dlan. Sampe kapanpun, lo tetep sahabat gue. Yok pulang!!"
"Ayo!"
"Hahahahahaha" Tawa mereka berdua.
Masa lalu biarlah berlalu, apapun yang terjadi, tetap masa depan yang akan kita lewati kini. Persahabatan tak selalu dalam bahagia. Ada kalanya, kita menangis, tertawa, bergembira bersama.
Maafkan aku untuk part yang gajenya minta ampun ini😂
maafkan kalo ceritanya pendek.
Maafkan juga kalo minggu besok lama update nya karena sibuk PTS.
Minta doanya ya biar nilainya bagus!!!!!
AMIN.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tulus Untuk Adlan
Teen FictionMengisahkan tentang seorang pemuda bernama Adlan Bahari. Dia adalah murid dari SMA kartini. Disana, ia terpilih menjadi ketua tim basket. Sejak saat itu, ia dielu - elukan oleh seluruh orang di sekolahnya, didekati banyak siswi perempuan, dan sebaga...