5. Flashback 4# Musibah atau Barokah 1

280 4 0
                                    


Hah. Sekolah masuk siang itu ada enak dan enggaknya ternyata. Enaknya bisa bangun siang dan enggak enaknya berangkat pas matahari diatas kepala dan hawa disekolah panas sekali.

Sebentar lagi diesnatalis smk, kelas udah mulai sibuk mempersiapkan kebutuhan untuk lomba dan perlengkapan lainnya. Untung aja aku enggak kepilih untuk mengikuti lomba apapun, yang jelas aku malas bila harus ngikutin lomba-lomba. Mungkin kalau ada lomba makan krupuk aku akan ikut, lumayan buat ngenyangi perut hahaha. Dan hari ini adalah persiapan untuk pembuatan baju dari Koran dan koordinasinya lumayan lama karna harus debat untuk menentukan bentuk pakaiannya dan modelnya sampai-sampai pelajaran pkn dihabiskan Cuma untuk debat.

“Model yang dipakai Septi, dia kulitnya putih dan badannya kurus ideal. Dan untuk warna bajunya nanti kita beli pilok warna ungu dan merah. Besok jam 9 kumpul di kosanku untuk membuat bajunya okey”. Ujar Delin selaku pemimpin rapat tadi. Semuanya menyetujui keputusan tersebut, mungkin mereka yang tadi mendebat sudah lelah jadi setuju saja.

Besok harus bangun pagi deh. Padahal ingin hati bangun siangtapi taka pa-apalah dari pada dimusuhin satu kelas. Tambah lagi sampai punya gara-gara sama Delin and the genk, mati sana ajalah. Diakan terkenal nakalnya dan digenknya juga ada Septi juga, jadi pas lah genknya anak cantik, kaya, bandel dan enggak bisa ditentang.

*****

Entah kenapa pagi ini aku bangun dengan badan agak enggak enak tapi aku tetap bersikap biasa aja. Toh inikan sudah biasa malah mendingan dari pada dulu. Jadi aku putuskan memakai jaket untuk berangkat pagi ini padahal masih jam 8  dan cuaca enggak terlalu dingin.

Setelah sampai di kostan si Delin, kulepas jaketku yang tadinya tersa dingin dan sekarang terasa panas. Disana kami membuat bentuk-bentuk hiasan dan mendesain baju korannya tapi modelnya malah enak-enak makan buah mangga muda, emangnya dia hamil muda tapi ujung-ujungnya aku ikutan makan juga. Sekitar jam 10 tinggal pilox memilox bajunya dengan warna ungu, disaat itu juga kami terlibat percekcokan dengan Ika dan Galuh yang tidak mau datang karena alesan setelah ekstra capek, tuh dua anak senengannya cari masalah aja. Udah enggak dating malah masih mengolok-olok kami.

Tepat pukul 12 baju sudah selesai tinggal beres-beres tapi entah kenapa tangan kiriku tiba-tiba gatal padahal dari tadi aku tidak terkena debu karna biasanya kalau aku gatal-gatal begini disebabkan oleh debu. Untung aja aku bawa salep untuk mengobati gatal.

“El tangan kamu kenapa bentol-bentol gitu?”. Aku oleskan obat gatal cukup lumayan tebal tetapi enggak ngefek sama sekali.

“Enggak tau ini Ang. Tiba-tiba aja gatal dan bentol-bentol gini”. Anggun melihat tanganku tangan ku yang bentol-bentol lalu melihat sekelilingku.

“Mungkin kamu terkena daun belakangmu itu deh El”. Aku melihat daun yang ada dibelakangku tapi mana mungkin kan baju aku lengan panjang dan yang gatal ini tangan ku yang tertutup lengan baju.

“Enggak mungkinlah Ang kan baju aku lengan panjang dan dari tadi enggak aku gulung sama sekali”.

“Tapi lihat deh tanganmu, sekarang semakin melebar dan merah gitu”.

“Temen-temen ayo berangkat”. Teriak Sindy ketua kelas ku.

Sesampainya di sekolahan, bentol-bentol ku sudah menyebar sampai ke tangan kanan aku sampai-sampai ada anak jurusan lain yang lihat aku bilang kalau aku alergi tapi alergi apa coba?. Obat terus aku oleskan di tepat yang bentol-bentol berharap agar cepet sembuh tetapi hasil malah makin parah. Sampai masuk aja bentolnya sampai keseluruh tubuh dan wajah, minum obat gatal yang didapat bukan sembuh tapi malah pusing. Untung aja guru yang mengajar orangnya enakan jadi aku suruh pulang aja tapi enakan Reva, dia jadinya pulang sekalin sambil mengatarkan aku pulang.

Cinta Beda AgamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang