7. Flashback# Selalu dihati

267 7 0
                                    

7. Flashback# selalu dihati

Sudah genap 1 minggu sejak kepulanganku dari rumah sakit dan besok rencananya aku mulai sekolah lagi walau belum boleh berkendara sendiri, tapi tak apalah aku kan malah enggak capek nyetir. Aku jadi kasihan sama Reva, biasanya dia selalu protes jika aku tidak mau nyetir tapi untuk beberapa hari ke depan mau tak mau pp sekolah dia yang nyetir.

Sesungguhnya aku sangat bosan di rumah. Tak ada kegiatan apapun selain makan dan tidur, sekarang di rumah berasa di rumah sakit cuma bedanya kalau di rumah sakit diinfus dan dirumah tidak. Andai ada temen yang mengajak ngobrol mungkin tidak akan semembosan ini. Eh aku jadi teringat Tian saat di rumah sakit, dia setiap hari datang setelah pulang sekolah jadi aku tak terlalu bosan disana. Tapi sejak aku pulang dia tidak pernah menjenguk ku, mungkin dia tidak tau rumah ku atau mungkin lagi dia sungkan kesini.

Aku senang sekali dengan perkembangan hubungan kami walau kami belum pacaran tapi diantara sudah jelas ada rasa sama suka. Aku berharap kedekatan kami ini akan terus terjadi dan akhirnya bisa bersama.

*****

Hari ini aku mulai bersekolah lagi, banyak teman ku menanyakan tentang kabar ku. Aku hanya menjawab dengan senyuman dan bilang sudah baikan.

Biasanya sampai disekolah begini aku selalu bersemangat tapi hari ini aku lesu tidak bersemangat gara-gara sudah 3 hari ini Tian tidak ada kabar. Aku pikir ia mungkin lelah akhirnya tidak memberi kabar ke aku tapi hingga siang ini juga tidak ada kabar. Tadi malam aku mencoba sms dia tapi tak kunjung ada jawaban. Aku sudah mencoba positif thinking tapi entah kenapa hati ini menjadi gelisah.

"Hei El... Siang-siang udah ngelamun. Baru masuk sekolah aja langsung susah gitu".

"Enggaklah Va. Aku cuma berpikir berapa banyak aku ketinggalan pelajaran. Kan enggak enak harus mempelajari sendiri". Aku tak berani jujur dengan Reva karna nanti aku dikira terlalu over padahal kami pacaran aja belum.

"Kalau itu mah enggak usah kuatir kan ada mbak Revalina yang siap mengajari Elyasa PW ini".

"Enggak sudi dah aku kamu ajari. Kamu aja sering nyotek punyaku". Ku julurkan lidah ku mengejek Reva.

"Idih anak ini. Enggak tau diuntung".

"Biarin. Memang aku bukan untung yang bisa diuntungin".

"Yaya terserah". Reva menyerah, itu adalah bagian kesenanganku untuk bisa sedikit melupakan masalahku.

Mataku tak sengaja melihat kearah pintu ada seorang cowok tapi sayangnya bukan cowok yang kuharapakan kehadirannya. Devano, cowok tersebut memasuki kelas dan menghampiriku.

"Hay El. Katanya kamu sakit 2 minggu ini. Apa udah baikkan? Ini aku belikan susu coklat kesukaanmu, langsung diminum saja yang masih dingin dan yang lainnya diminum dirumah saja". Devan menaruh kresek putih berlogo swalayan terkenal. Mau tak mau aku tersenyum atas kebaikan Devan.

"Kau itu kenapa bicara seperti kereta api saja. Iya aku memang sakit tapi sekarang udah sehat kok dan untuk susunya terima kasih, kamu selalu tau aja kesukaanku". Devan tersenyum manis lalu duduk dikursi depan ku tapi menghadap kearahku. Lalu dia membuka kresek putih tersebut dan mengambil 1 bungkus susu lalu menyoblos nya dengan sedotan dan diberikan ke aku.

"Syukurlah kalau begitu. Aku cerewet kayak gitu karna aku kuatir sama kamu. Biasanya kamu itu sakit enggak sampai opname. Lha ini, opname sampai beberapa hari".

"Lho kamu tau aku opname sampai beberapa hari dari siapa? Padahal yang tau aku lama di opname itu cuma temen sekelas ku doang". Devan mengaruk leher bagian belakangnya. Terlihat sangat mencurigakan, aku sampai memincingkan mata menatapnya.

Cinta Beda AgamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang