6. Flashback 5# musibah atau barokah 2

274 6 0
                                    

“Saran mbak lebih baik kamu temenan aja dulu kalau mereka putus kamu bisa nunjukin perasaanmu itu tapi kamu juga harus cari yang lainnya juga. Kalau enggak seumpama mereka bersama sampai nikah kan yang rugi kamu. Kamu udah nunggu dia lama tapi ditinggal nikah dan kamu bukan siapa-siapanya pula. Tapi yang paling penting jangan merusak hubungan mereka atau kamu nanti kena karma”. Inilah enaknya punya saudara perempuan, mereka bisa diajak curhat dan memberikan solusi yang baik.

“Iya mbak”.

“Ini apelnya dimakan”. Mbak Anggraeni menyodorkan apel yang telah dikupas dan dipotong-potong.

>>>>> 6. Flashback#musibah atau barokah part 2

Kubuka mataku dan ku perjapkan mata ku menyesuaikan cahaya diruangan yang aku tempati ini. Ingin sekali aku menggeliatkan butuhku yang terasa pegal ini karna beberapa hari Cuma tidur saja. Tapi bila aku lakukan itu akan menyakiti aku sendiri.

Kuedarkan pandangan mataku dan tak menemukan siapa pun di ruangan ini. Mungkin kedua kakak ku sudah pulang inikan sudah malam dan kudengar seperti suara ibu yang seperti mengobrol. Jangan-jangan tetangga rumahku pada menjengguk aku. kalau iya aku akan mati gaya ini, aku kan enggak bisa bertingkah sesukaku.

Ku nyalakan hp ku dan sekarang masih pukul 06.30 pm. Biasanya kalau orang membesuk lebih sering jam 7 sore tapi masih jam segini sudah ada. Tanpa ambil pikir aku mulai memaikan hp ku dari pada aku nanti mati gaya. Dan tak lama kemudian ibu masuk ke ruangan ku bersama seorang cowok. Aku tak mengenalinya karna dia memakai tudung jaket dan kepala menunduk. Sesampainya dia didekatku dia mendongak sambil lepas kudung jaketnya. Betapa kagetnya aku melihatnya, ternyata dia Tian yang sekarang tersenyum manis.

“Hay… bagaimana keadaanmu sekarang?”. Tian duduk dibangku sebelah ku tanpa melepaskan senyumnya.

“Baik. Lho kok kamu kesini?”.

“Put dijenguk temannya kok malah Tanya nya begitu. Ini bawain parsel sama nak Tian”. Ibu menyahut dari belakang Tian duduk sambil menaruh parsel yang katanya dari Tian.

“Iya buk. Yan kok kamu tau aku dirawat diruang ini? Padahal tadi aku enggak kasih tau aku dirawat di ruang mana”.

“Tadi nak Tian Tanya sama ibu dimana ruang ini. Lalu ibu Tanya apakah dia teman kamu dan ternyata iya. Jadi ibu ajakin masuk aja”. Ibu langsung menjelaskan kronologi Tian bisa sama ibu tapi yang buat aku penasaran adalah kenapa Tian bisa tau aku dirawat diruang ini.

“Ibu pergi sebentar ya sayang, kan udah Tian yang nemenin dan makanannya jangan lupa dimakan, sore tadi kamu Cuma makan apel doang. Titip anak ibu ya Tian”.

“Iya bu”.

Setelah ibu pergi langsung saja Tian aku cerca dengan pertanyaan yang menganggu diotak ku.

“Sekarang jawab pertanyaan ku tadi”.

“Pertanyaan yang mana? Aku lupa tuh”. Tian mengedikan bahunya seolah-olah tidak tau.

“Dasar orang tua. Pertanyaan baru sebentar aja sudah lupa”. Kupalingkan wajahku menghadap tembok ruang rawat ku, aku sebal dengannya suka ngodain aku. Tak lama aku mendengar suara kekehan darinya, emangnya ada yang lucu sampai-sampai dia terkekeh begitu.

“Kamu cantik deh kalu sedang marah”.

“Udah deh jangan godain aku, aku malas denger godaanmu”.

“Okey-okey aku jelasin kenapa aku disini dan tau ruang rawat kamu”. Kutatap dia dan siap mendengarkannya.

“Pertama-tama aku tau ruang rawat kamu dari Reva. Tadi aku kelas kamu saat setelah dapet sms kamu kalau kamu lagi sakit”.

Cinta Beda AgamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang