Author POV
"Satu kali lagi saja."
"Tidak, Jimin. Sudah cukup."
Jimin menghembuskan napas kasar.
"Ayolah, Young-ie. Kau baru makan lima suap, bahkan bubur ini belum habis setengah.""Rasanya pahit, Jim. Tenggorokanku juga sakit untuk menelan." Rengek Hayoung dengan wajah memelas.
"Tapi setidaknya kau harus mengisi perutmu untuk minum obat, kau bilang belum makan apapun dari pagi." Bujuk Jimin dengan sesendok bubur di tangan kanannya.
"Baiklah ... tapi satu suap saja!"
Akhirnya, terpaksa Hayoung membuka mulutnya kembali, menyambut sesendok bubur yang terasa pahit di lidahnya. Lalu menelan bubur itu dengan susah payah.
Melihat itu, Jimin mengulurkan segelas air hangat yang disambut tangan lemas Hayoung. Diteguknya air itu perlahan.
Ya, Hayoung sakit. Tidak parah, hanya demam yang diikuti dengan flu.
Setelah membaca pesan dari Hayoung, Jimin datang ke rumah gadis itu. Ia membawa semangkuk juk yang sempat dibuat ibunya dan menyuapinya dengan telaten, walaupun Hayoung menolak dengan alasan tenggorokannya yang sakit untuk menelan. (bubur)
Bukan sengaja Hayoung menyuruh Jimin untuk mengunjunginya. Justru ia menentang saat Jimin mengirim pesan yang mengatakan bahwa laki-laki itu akan datang.
Namun Jimin tetap datang, bahkan ia membawa makanan untuknya. Hayoung jadi merasa tak enak pada Bibi Park, takut merepotkan.
Hayoung juga tak menyangka bahwa flunya akan bertambah parah, bahkan demam ikut menyerangnya. Padahal, ia masih merasa sehat sepulang sekolah bersama Yoongi tadi. Rasa bahagia pun masih melekat di hatinya.
Tubuh Hayoung mulai terasa lemas saat ia selesai membersihkan diri sore tadi, kepalanya berat, jadi ia memutuskan untuk tidur. Satu jam kemudian, Hayoung terbangun dan mendapat notifikasi di ponselnya.
Park Jimin
Sedang apa?Dengan kepala yang pusing, Hayoung menjawab.
Oh Hayoung
Aku sakit :(Beberapa menit kemudian, Jimin kembali membalas.
Park Jimin
Tunggu sebentar, aku akan kesana.Setelah membaca pesan itu, Hayoung sibuk melarang Jimin agar tidak jadi datang ke rumahnya. Percuma, tiba-tiba Jimin sudah mengetuk pintu kamarnya.
"Ibumu sudah tau?" Tanya Jimin saat Hayoung sedang memasukkan satu tablet obat pereda demam ke dalam mulutnya.
Hayoung menelan obat itu perlahan lalu kembali meminum air hangat tadi.
"Kalau aku sakit? Tidak, Ibu belum tau.""Kenapa tidak mengabarinya?"
"Ah-choo ... aku tidak ingin mengganggu waktu Ibu bekerja. Lagipula ... Hey! Aku kan bukan anak kecil!" Sahut Hayoung dengan wajah kesal.
Melihat itu, Jimin terkekeh pelan. Tangannya bergerak mengacak surai panjang gadis itu dengan gemas.
"Tidak mau mengucapkan terimakasih?"
"Oh iya, sampaikan ucapan terimakasihku pada Bibi nanti."
"Hanya pada Ibuku?" Jimin menatap Hayoung tak percaya.
"Lalu untuk siapa lagi?"
"Kalau tau begini, lebih baik aku tidak datang kemari." Sungut Jimin.
"Apa ada yang memintamu untuk datang kemari?" Hayoung melipat kedua tangannya di dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Future [Sequel of The Past]
FanfictionSaat kau mencoba melupakan cinta di masa lalu, cinta yang baru akan tiba mengisi hatimu. Namun, ketika kau telah menemukan cinta baru, apakah kau masih mengenang cinta lamamu? Atau kau akan melupakannya dan menjalani kisah cintamu yang baru? Warning...